Kisah Pembangkangan Muawiyah kepada Khalifah Ali bin Abi Thalib

Jum'at, 22 Januari 2021 - 18:43 WIB
Ilustrasi/Ist
KEHIDUPAN kenegaraan dan tata kemasyarakatan yang ditinggalkan Khalifah Utsman bin Affan r.a. memang berada dalam situasi dan kondisi yang tidak menguntungkan Ali bin Abi Thalib r.a. sebagai Khalifah .

Sejak sebelum dibai'at Khalifah Ali bin Abi Thalib sudah membayangkan adanya kesulitan-kesulitan besar yang bakal dihadapi. Berbagai macam problema sosial, politik dan ekonomi ternyata muncul dalam waktu yang bersamaan.

Langkah pertama untuk membenahi keadaan yang serba tak mantap, tentu saja memulihkan ketertiban, khususnya di ibukota, Madinah.

H.M.H. Al Hamid Al Husaini dalam bukunya berjudul " Sejarah Hidup Imam Ali bin Abi Thalib r.a. " memaparkan ribuan kaum pemberontak yang bertebaran di ibukota berhasil diimbau dan dijinakkan sampai mereka berhasil dipulihkan kembali ke dalam kehidupan normal.

Bagi Khalifah Ali bin Abi Thalib tidak ada kemungkinan untuk bertindak terhadap ribuan kaum pemberontak yang telah mengakibatkan terbunuhnya Khalifah Utsman r.a. Bertindak terhadap mereka, berarti menyulut api perang saudara.



Bagi Khalifah Ali bin Abi Thalib r.a. memang tidak ada pilihan lain yang lebih baik. Daripada bermusuhan dengan kaum muslimin yang menuntut terlaksananya kebenaran dan keadilan, lebih baik berhadap-hadapan dengan tokoh-tokoh Bani Umayyah, betapa pun besarnya risiko yang akan dipikul.

Dan ternyata, tidak bertindaknya Khalifah Ali bin Abi Thalib terhadap kaum mulimin yang memberontak terhadap Khalifah Utsman r.a., dijadikan alasan dan dalih oleh lawan-lawan politiknya untuk menggerakan kekuatan oposisi dan perlawanan. Kemungkinan itu pun telah diperhitungkan oleh

Khalifah Ali bin Abi Thalib.

Ada lagi tindakan dan langkah Khalifah Ali bin Abi Thalib yang sangat menjengkelkan lawan-lawan politiknya. Yaitu tindakan menertibkan aparatur pemerintahan. Penguasa-penguasa daerah yang selama 6 tahun terakhir masa pemerintahan Khalifah Utsman r.a. terbukti telah menyalah-gunakan wewenang untuk kepentingan pribadi dan golongan, digeser seorang demi seorang.

Banyak pejabat tinggi yang tidak dipakai lagi. Di antara mereka ialah Marwan bin Al Hakam, seorang pembantu Khalifah Utsman r.a. yang sangat dominan kekuasaannya, yang kemudian lari meninggalkan Madinah. Juga Abdullah bin Abi Sarah digeser dari kedudukkannya sebagai penguasa daerah Mesir.

Pembangkang

Khalifah Ali bin Abi Thalib juga berniat mengganti penguasa daerah Syam yang berpengaruh itu, Muawiyah bin Abi Sufyan .

Sebelum bertindak melaksanakan penertiban, Khalifah Ali bin Abi Thalib telah mengadakan pertukaran pendapat dengan para pemuka kaum Muhajirin dan Anshar . Ia yakin, bahwa hanya dengan aparatur yang bersih dan sepenuhnya mengabdi kepentingan agama dan ummat saja, pemerintahnya akan dapat berjalan dengan lancar dan kebenaran serta keadilan dapat ditegakkan.

Tetapi memecat Muawiyah bin Abi Sufyan tidaklah mudah. Ia dalam waktu relatif panjang menjadi seorang penguasa di daerah Syam. Ia bukan hanya membangkang, bahkan menentang kekhalifahan Ali r.a. secara terang-terangan.

Sejak mendengar Ali bin Abi Thalib terbai'at sebagai Amirul Mukminin, Muawiyah telah memasang kuda-kuda untuk menjegal kepemimpinan Ali. Apa yang disiapkan oleh Muawiyah bukannya tidak dimengerti oleh Amirul Mukminin, dan justru itulah motivasinya hendak menggeser Muawiyah.

Banyak sahabat Ali bin Abi Thalib yang menyampaikan kekhawatiran bila Khalifah Ali bin Abi Thalib melaksanakan niatnya. Mereka menasehatkan agar Ali bin Abi Thalib tidak cepat-cepat mengambil tindakan terhadap Muawiyah.

Mereka mengatakan: "Kami yakin Muawiyah tidak akan tinggal diam bila dia disingkirkan dari kedudukannya. Sebaliknya, ada kemungkinan ia merasa cukup puas jika sementara dibiarkan memegang jabatan itu."

Tetapi Khalifah Ali bin Abi Thalib sebagai seorang pemimpin yang selalu bersikap prinsipal, tak mau mundur sejengkal pun. Ia menegaskan pendiriannya: "Aku tidak dapat lagi memakai Muawiyah, sekalipun hanya untuk dua hari! Aku tidak akan mempergunakannya dalam tugas apa pun juga," ucapnya.

"Bahkan ia tidak akan kuperbolehkan menghadiri peristiwa upacara penting. Ia juga tidak akan mendapat kedudukan dalam pasukan muslimin!"
Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
Halaman :
cover top ayah
اِنۡ تَجۡتَنِبُوۡا كَبٰٓٮِٕرَ مَا تُنۡهَوۡنَ عَنۡهُ نُكَفِّرۡ عَنۡكُمۡ سَيِّاٰتِكُمۡ وَنُدۡخِلۡـكُمۡ مُّدۡخَلًا كَرِيۡمًا
Jika kamu menjauhi dosa-dosa besar di antara dosa-dosa yang dilarang mengerjakannya, niscaya Kami hapus kesalahan-kesalahanmu dan akan Kami masukkan kamu ke tempat yang mulia (surga).

(QS. An-Nisa Ayat 31)
cover bottom ayah
Artikel Terkait
Al-Qur'an, Bacalah!
Rekomendasi
Terpopuler
Artikel Terkini More