Meremehkan Masalah Kehalalan Harta
Senin, 08 Februari 2021 - 06:23 WIB
Bagaimana Mengenal Harta Haram?
Salah satu diantara upaya menghindari bahaya adalah mengenal tanda bahaya. Termasuk upaya untuk menghindari harta haram ini dan bagaimana cara bertaubat darinya.
Dinukil dari website pengusahamuslim, salah satu definisi harta haram, disebutkan oleh Syaikh Dr. Khalid al-Mushlih,
المكاسب المحرمة: هي الأموال التي تحصلتْ أو اجتمعت من طريق ممنوع شرعًا
“Harta haram adalah semua harta yang didapatkan atau dikumpulkan dengan cara yang melanggar syariat.” (at-Taubah minal Makasib al-Muharramah, Paper untuk Jurnal Kementrian Keadilan, Arab Saudi)
Urgensi memahami harta haram ini, agar hidup ini tidak ada yang sia-sia, karena semua akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah.
Dari Abu Barzah Al-Aslami, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لاَ تَزُولُ قَدَمَا عَبْدٍ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتَّى يُسْأَلَ عَنْ عُمْرِهِ فِيمَا أَفْنَاهُ وَعَنْ عِلْمِهِ فِيمَا فَعَلَ وَعَنْ مَالِهِ مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبَهُ وَفِيمَا أَنْفَقَهُ وَعَنْ جِسْمِهِ فِيمَا أَبْلاَهُ
“Kedua kaki seorang hamba tidaklah beranjak pada hari kiamat hingga ia ditanya mengenai: (1) umurnya di manakah ia habiskan, (2) ilmunya di manakah ia amalkan, (3) hartanya bagaimana ia peroleh dan (4) di mana dia infakkan dan (5) mengenai tubuhnya di manakah usangnya.” (HR. Tirmidzi dan dishahihkan al-Albani)
Apa yang kita miliki akan dihisab oleh Allah, dari mana didapatkan dan untuk apa digunakan. Anda tidak boleh merasa aman -yang penting rizki di tangan saya halal- tapi anda juga harus memikirkan bagaimana cara penggunaannya yang benar.
Terlebih di akhir zaman ketika manusia semakin rakus dengan harta. Di beberapa kota, materialis menjadi karakter yang ada pada setiap orang. Manusia lebih mengejar fasilitas dunia sekalipun belum waktunya untuk memilikinya, sehingga harus nekat utang riba.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لَيَأْتِيَنَّ عَلَى النَّاسِ زَمَانٌ لاَ يُبَالِى الْمَرْءُ بِمَا أَخَذَ الْمَالَ ، أَمِنْ حَلاَلٍ أَمْ مِنْ حَرَامٍ
“Sungguh akan datang satu zaman di tengah manusia, seseorang tidak lagi peduli dengan harta yang dia ambil, apakah dari harta halal ataukah dari harta haram.” (HR. Ahmad 9870 & Bukhari 2083)
Mengenal keburukan tentu bukan untuk diamalkan, namun agar kita bisa lebih mudah menghindarinya. Orang bisa saja terjebak dalam keburukan ketika dia tidak mengenalnya.
Pepatah arab mengatakan,
عرفت الشر لا للشر لكن لتوقيه ، ومن لا يعرف الشر من الخير يقع فيه
Salah satu diantara upaya menghindari bahaya adalah mengenal tanda bahaya. Termasuk upaya untuk menghindari harta haram ini dan bagaimana cara bertaubat darinya.
Dinukil dari website pengusahamuslim, salah satu definisi harta haram, disebutkan oleh Syaikh Dr. Khalid al-Mushlih,
المكاسب المحرمة: هي الأموال التي تحصلتْ أو اجتمعت من طريق ممنوع شرعًا
“Harta haram adalah semua harta yang didapatkan atau dikumpulkan dengan cara yang melanggar syariat.” (at-Taubah minal Makasib al-Muharramah, Paper untuk Jurnal Kementrian Keadilan, Arab Saudi)
Urgensi memahami harta haram ini, agar hidup ini tidak ada yang sia-sia, karena semua akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah.
Dari Abu Barzah Al-Aslami, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لاَ تَزُولُ قَدَمَا عَبْدٍ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتَّى يُسْأَلَ عَنْ عُمْرِهِ فِيمَا أَفْنَاهُ وَعَنْ عِلْمِهِ فِيمَا فَعَلَ وَعَنْ مَالِهِ مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبَهُ وَفِيمَا أَنْفَقَهُ وَعَنْ جِسْمِهِ فِيمَا أَبْلاَهُ
“Kedua kaki seorang hamba tidaklah beranjak pada hari kiamat hingga ia ditanya mengenai: (1) umurnya di manakah ia habiskan, (2) ilmunya di manakah ia amalkan, (3) hartanya bagaimana ia peroleh dan (4) di mana dia infakkan dan (5) mengenai tubuhnya di manakah usangnya.” (HR. Tirmidzi dan dishahihkan al-Albani)
Apa yang kita miliki akan dihisab oleh Allah, dari mana didapatkan dan untuk apa digunakan. Anda tidak boleh merasa aman -yang penting rizki di tangan saya halal- tapi anda juga harus memikirkan bagaimana cara penggunaannya yang benar.
Terlebih di akhir zaman ketika manusia semakin rakus dengan harta. Di beberapa kota, materialis menjadi karakter yang ada pada setiap orang. Manusia lebih mengejar fasilitas dunia sekalipun belum waktunya untuk memilikinya, sehingga harus nekat utang riba.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لَيَأْتِيَنَّ عَلَى النَّاسِ زَمَانٌ لاَ يُبَالِى الْمَرْءُ بِمَا أَخَذَ الْمَالَ ، أَمِنْ حَلاَلٍ أَمْ مِنْ حَرَامٍ
“Sungguh akan datang satu zaman di tengah manusia, seseorang tidak lagi peduli dengan harta yang dia ambil, apakah dari harta halal ataukah dari harta haram.” (HR. Ahmad 9870 & Bukhari 2083)
Mengenal keburukan tentu bukan untuk diamalkan, namun agar kita bisa lebih mudah menghindarinya. Orang bisa saja terjebak dalam keburukan ketika dia tidak mengenalnya.
Pepatah arab mengatakan,
عرفت الشر لا للشر لكن لتوقيه ، ومن لا يعرف الشر من الخير يقع فيه
Lihat Juga :