Wabah Covid-19, Quraish Shihab: Bukan Siksaan tapi Peringatan
Senin, 13 April 2020 - 10:35 WIB
ULAMA Tafsir Indonesia Prof Dr Muhammad Quraish Shihab mengemukakan sisi lain tentang keberadaan Covid-19 yang tengah melanda negara-negara di dunia, termasuk Indonesia. Menurut Quraish Shihab, wabah Covid-19 merupakan peringatan dari Allah, bukan siksaan.
"Corona ini bukan siksa, tapi peringatan. Peringatan supaya kita menjadi lebih baik, supaya kita menjadi lebih eling, supaya kita lebih banyak menjalin hubungan antarsesama kita dan sebagainya. Kita diperingatkan itu, dan peringatan itu adalah hikmah," jelas Prof Quraish pada program Kelas.Mu Belajar Live yang disiarkan cariustadz.id, Ahad (12/4).
Acara tersebut bertemakan "Menolak Jenazah dalam Pandangan Agama dan Sisi Kemanusiaan". Menurut Quraish Shihab, mengajak siapa pun untuk memanfaatkan waktu di rumah sebagai akibat Covid-19 ini untuk melakukan berbagai kegiatan yang menambah kebaikan. "Kita harus yakin bahwa tidak ada yang ditetapkan Tuhan, kecuali baik," jelas pendiri Pusat Studi Al-Qur'an itu.
Tak Habis Pikir
Di sisi lain, Quraish Shihab mengecam sebagian masyarakat, terlebih kepada provokator yang menolak pemakaman jenazah seorang perawat RSUP Dr Kariadi yang dinyatakan meninggal karena Covid-19. "Saya kira paling sedikit dia harus dikecam," katanya.
Quraish tak habis pikir sampai terjadi peristiwa penolakan dari sebagian masyarakat terhadap jenazah Covid-19. Apalagi jenazah tersebut adalah seorang perawat yang berjasa menangani pandemi itu.
Menurut dia, seandainya orang yang mati itu penjahat, lalu dihalangi dalam proses pemakamannya, maka tindakan penolakan itu masih ada alasan. Sekalipun tetap saja penolakan itu tidak dibenarkan.
"Ini perawat-perawat yang sudah berkorban untuk itu, lantas diperlakukan semacam itu. Ini bukan hanya di luar peri kemanusiaan. Akan tetapi, juga di luar tuntunan agama dan moral," ujarnya.
Quraish mengingatkan, orang yang meninggal karena Covid-19 termasuk syahid, sekalipun tingkatannya tidak seperti syahid karena wafat dalam perang. Ia menggambarkan wafatnya orang tersebut disambut malaikat maut. "Jadi tidak wajar untuk dihalangi," tegasnya.
Dia pun mendukung aparat yang menangkap pelaku penolakan terhadap jenazah. Menurutnya, penangkapan terhadap pelaku dapat menjadi salah satu bentuk pendidikan kepada masyarakat sehingga tidak ada yang meremehkan persoalan tersebut.
"Walaupun bisa jadi nanti (pelaku) tidak dijatuhi hukuman yang berat, tapi penangkapan itu sendiri, merupakan suatu hukuman dan peringatan keras untuk dia dan orang-orang yang lain yang akan melakukan hal yang sama," katanya.
Ia menjelaskan bahwa di dalam agama, manusia disuruh bekerja sama dalam hal kebaikan dan dilarang membantu dalam keburukan. Kerja sama itu, lanjutnya, tidak hanya dilakukan sesama umat Islam, tetapi juga dengan sesama manusia secara luas.
Ia menegaskan bahwa siapa pun harus menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan. "Agama orang lain harus dihormati. Walaupun kita tidak seagama, tetapi ada hal-hal dalam hidup ini, ada nilai-nilai yang sebenarnya kita sepakati untuk itu. Salah satu di antaranya memghormati manusia, menghormati orang mati, mengikuti tata cara untuk membumikannya, menampakkan bela sungkawa kepada keluarga yang ditinggalkan," terangnya.
"Itu adalah kesepakatan umum yang mestinya selalu diperhatikan dalam tradisi kita," imbuh ulama yang mendapat penghargaan berupa Bintang Tanda Kehormatan Tingkat Pertama Bidang Ilmu Pengetahuan dan Seni dari Pemerintah Mesir itu.
Sebagaimana diketahui, tiga orang yang diduga menjadi provokator penolakan pemakaman jenazah perawat yang meninggal karena Covid-19 telah ditangkap polisi.
"Corona ini bukan siksa, tapi peringatan. Peringatan supaya kita menjadi lebih baik, supaya kita menjadi lebih eling, supaya kita lebih banyak menjalin hubungan antarsesama kita dan sebagainya. Kita diperingatkan itu, dan peringatan itu adalah hikmah," jelas Prof Quraish pada program Kelas.Mu Belajar Live yang disiarkan cariustadz.id, Ahad (12/4).
Acara tersebut bertemakan "Menolak Jenazah dalam Pandangan Agama dan Sisi Kemanusiaan". Menurut Quraish Shihab, mengajak siapa pun untuk memanfaatkan waktu di rumah sebagai akibat Covid-19 ini untuk melakukan berbagai kegiatan yang menambah kebaikan. "Kita harus yakin bahwa tidak ada yang ditetapkan Tuhan, kecuali baik," jelas pendiri Pusat Studi Al-Qur'an itu.
Tak Habis Pikir
Di sisi lain, Quraish Shihab mengecam sebagian masyarakat, terlebih kepada provokator yang menolak pemakaman jenazah seorang perawat RSUP Dr Kariadi yang dinyatakan meninggal karena Covid-19. "Saya kira paling sedikit dia harus dikecam," katanya.
Quraish tak habis pikir sampai terjadi peristiwa penolakan dari sebagian masyarakat terhadap jenazah Covid-19. Apalagi jenazah tersebut adalah seorang perawat yang berjasa menangani pandemi itu.
Menurut dia, seandainya orang yang mati itu penjahat, lalu dihalangi dalam proses pemakamannya, maka tindakan penolakan itu masih ada alasan. Sekalipun tetap saja penolakan itu tidak dibenarkan.
"Ini perawat-perawat yang sudah berkorban untuk itu, lantas diperlakukan semacam itu. Ini bukan hanya di luar peri kemanusiaan. Akan tetapi, juga di luar tuntunan agama dan moral," ujarnya.
Quraish mengingatkan, orang yang meninggal karena Covid-19 termasuk syahid, sekalipun tingkatannya tidak seperti syahid karena wafat dalam perang. Ia menggambarkan wafatnya orang tersebut disambut malaikat maut. "Jadi tidak wajar untuk dihalangi," tegasnya.
Dia pun mendukung aparat yang menangkap pelaku penolakan terhadap jenazah. Menurutnya, penangkapan terhadap pelaku dapat menjadi salah satu bentuk pendidikan kepada masyarakat sehingga tidak ada yang meremehkan persoalan tersebut.
"Walaupun bisa jadi nanti (pelaku) tidak dijatuhi hukuman yang berat, tapi penangkapan itu sendiri, merupakan suatu hukuman dan peringatan keras untuk dia dan orang-orang yang lain yang akan melakukan hal yang sama," katanya.
Ia menjelaskan bahwa di dalam agama, manusia disuruh bekerja sama dalam hal kebaikan dan dilarang membantu dalam keburukan. Kerja sama itu, lanjutnya, tidak hanya dilakukan sesama umat Islam, tetapi juga dengan sesama manusia secara luas.
Ia menegaskan bahwa siapa pun harus menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan. "Agama orang lain harus dihormati. Walaupun kita tidak seagama, tetapi ada hal-hal dalam hidup ini, ada nilai-nilai yang sebenarnya kita sepakati untuk itu. Salah satu di antaranya memghormati manusia, menghormati orang mati, mengikuti tata cara untuk membumikannya, menampakkan bela sungkawa kepada keluarga yang ditinggalkan," terangnya.
"Itu adalah kesepakatan umum yang mestinya selalu diperhatikan dalam tradisi kita," imbuh ulama yang mendapat penghargaan berupa Bintang Tanda Kehormatan Tingkat Pertama Bidang Ilmu Pengetahuan dan Seni dari Pemerintah Mesir itu.
Sebagaimana diketahui, tiga orang yang diduga menjadi provokator penolakan pemakaman jenazah perawat yang meninggal karena Covid-19 telah ditangkap polisi.
(mith)