Kisah Tragis Santri Penghafal Kitab Tuhfatul Muhtaj Jadi Penjual Arang
Sabtu, 13 Februari 2021 - 12:03 WIB
Kemudian datanglah kabar bahwasanya si Fulan telah isa'atul adab (berbuat kurang baik terhadab gurunya). Ia pun bertanya pada si Fulan, setelah mendengar penjelasannya, si ahli ilmu menasehati agar ia (si Fulan) minta maaf pada sang maha guru.
Memang sudah dikuasai oleh setan, iapun enggan untuk tawadhu’ dan minta maaf pada sang guru. Hidupnya pun bertambah tragis, ilmunya sudah hilang dan tanpa ada keluarga yang mau menerimanya tanpa teman yang peduli pada nasibnya. Hingga akhirnya ia hidup dalam keadaan sangat miskin di pinggiran Kota Mukalla dan sehari-hari menjadi penjual Arang di toko area pasar.
Akhir hayatnya ia hidup dalam keadaan miskin bahkan untukkain kafan pun ia tak punya dan diberi sedekah oleh ahlul khair yang dermawan. Innalillahi wa inna ilaihi roji'un. Dan salah satu yang merawat jenazahnya dan memberi sumbangan kain kafan dan pengurusan jenazah beliau Habib Abdullah Sodiq Al-Habsyi.
Betapa berharganya adab kepada guru dan sifat tawadhu. Mudah-mudahan Allah menjaga kita dari sifat-sifat tercela.
Sayyid Muhammad bin 'Alawi al-Maliki berkata :
أغضب من الطالب الذی لا یحترم أستاذه ولوکان الأستاذ صاحبه
"Aku murka terhadap penuntut (ilmu) yang tidak menghormati ustaznya, meskipun ustaz tersebut adalah temannya sendiri."
Habib Abdullah bin Alawi Al-Haddad berkata:
وأضر شیئ علی المرید تغیر قلب الشیخ علیه، ولو اجتمع علی إصلاحه بعد ذلك مشایخ المشرق والمغرب لم یستطیعه إلا أن یرضي عنه شیخه
"Yang paling berbahaya bagi seorang murid adalah berubahnya hati guru kepada muridnya (dari yang semula ridho menjadi murka). Andai saja semua guru dari timur dan barat berkumpul untuk memperbaiki keadaan si murid itu, maka mereka tidak akan mampu kecuali gurunya tersebut telah ridho kepadanya".
Demikian kisah tragis ini semoga dapat menjadi iktibar bagi kita. Semoga kita semua menjadi orang yang berbakti kepada kepada guru-guru kita. Aamiin.
Wallahu A'lam
Memang sudah dikuasai oleh setan, iapun enggan untuk tawadhu’ dan minta maaf pada sang guru. Hidupnya pun bertambah tragis, ilmunya sudah hilang dan tanpa ada keluarga yang mau menerimanya tanpa teman yang peduli pada nasibnya. Hingga akhirnya ia hidup dalam keadaan sangat miskin di pinggiran Kota Mukalla dan sehari-hari menjadi penjual Arang di toko area pasar.
Akhir hayatnya ia hidup dalam keadaan miskin bahkan untukkain kafan pun ia tak punya dan diberi sedekah oleh ahlul khair yang dermawan. Innalillahi wa inna ilaihi roji'un. Dan salah satu yang merawat jenazahnya dan memberi sumbangan kain kafan dan pengurusan jenazah beliau Habib Abdullah Sodiq Al-Habsyi.
Betapa berharganya adab kepada guru dan sifat tawadhu. Mudah-mudahan Allah menjaga kita dari sifat-sifat tercela.
Sayyid Muhammad bin 'Alawi al-Maliki berkata :
أغضب من الطالب الذی لا یحترم أستاذه ولوکان الأستاذ صاحبه
"Aku murka terhadap penuntut (ilmu) yang tidak menghormati ustaznya, meskipun ustaz tersebut adalah temannya sendiri."
Habib Abdullah bin Alawi Al-Haddad berkata:
وأضر شیئ علی المرید تغیر قلب الشیخ علیه، ولو اجتمع علی إصلاحه بعد ذلك مشایخ المشرق والمغرب لم یستطیعه إلا أن یرضي عنه شیخه
"Yang paling berbahaya bagi seorang murid adalah berubahnya hati guru kepada muridnya (dari yang semula ridho menjadi murka). Andai saja semua guru dari timur dan barat berkumpul untuk memperbaiki keadaan si murid itu, maka mereka tidak akan mampu kecuali gurunya tersebut telah ridho kepadanya".
Demikian kisah tragis ini semoga dapat menjadi iktibar bagi kita. Semoga kita semua menjadi orang yang berbakti kepada kepada guru-guru kita. Aamiin.
Wallahu A'lam
(rhs)
Lihat Juga :