Istri Tak Sholat, Apakah Suami Ikut Menanggung Dosa?

Selasa, 16 Februari 2021 - 23:54 WIB
Di antara kewajiban suami adalah mengingatkan keluarganya agar senantiasa menjaga shalat yang difardhukan. Foto/Ilustrasi
Sholat adalah perkara yang sangat penting sehingga menjadi rukun Islam kedua setelah syahadat. Saking pentingnya, sholat merupakan amalan yang pertama kali dihisab pada Hari Kiamat.

Ada yang bertanya, jika seorang istri tidak sholat 5 waktu, apakah suami ikut menanggung dosa? Berikut jawaban Ustaz Farid Nu'man Hasan, Dai lulusan Sastra Arab Universitas Indonesia.

Allah Ta'ala berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ

"Wahai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan." (QS. At Tahrim: 6)

Ustaz Farid Nu'man mengatakan, menjaga keimanan keluarga kita, orang tua, istri dan anak-anak adalah kewajiban seorang laki-laki sekaligus sebagai seorang suami. Dan di antara kewajibannya adalah mengingatkan keluarganya agar senantiasa menjaga shalat yang difardhukan.

Allah berfirman: "Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya." (QS. Thaha: 132)

Membina anggota keluarga adalah tanggung jawab seorang suami atau kepala keluarga. Di pundaknya terdapat tanggung jawab untuk memastikan seluruh anggota keluarganya beriman kepada Allah Ta’ala. Namun hidayah tetap menjadi hak-Nya.

Oleh sebab itu kita harus memaksimalkan peran kita dan menunaikan kewajiban untuk membina anak dan istri. Jika kita membiarkan anak dan istri kita tidak beriman kepada Allah Ta’ala dan melalaikan kewajibannya sebagai seorang hamba, maka kita turut berdosa.

Namun, apabila upaya dan usaha membina mereka sudah kita lakukan dengan maksimal, maka hidayah hanyalah milik Allah. Kita tidak bisa memaksakan hidayah datang kepada keluarga kita. Yang bisa kita lakukan hanyalah berupaya menyadarkan mereka.

Sebagaimana Nabi Ibrahim 'alaihissalam kepada ayahnya, Nabi Luth 'alaihissalam kepada istrinya, Nabi Nuh 'alaihissalam kepada anaknya, dan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam kepada pamannya.

Wallahu A'lam
(rhs)
Lihat Juga :
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Hadits of The Day
Dari Abdullah bin Buraidah dari ayahnya dia berkata, Nabi shallallahu 'alaihi wasallam pernah mendengar seseorang mengucapkan: Ya Allah, sesungguhnya aku meminta kepada-Mu, bahwasanya Engkau adalah Allah Yang Maha Esa, yang bergantung pada-Nya segala sesuatu, yang tidak beranak dan tidak diperanakkan, dan tidak ada seorang pun yang setara dengan-Nya. Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: Sungguh dia telah meminta kepada Allah dengan nama-Nya yang Agung, yang apabila diminta dengan menyebut-Nya, pasti akan diberi dan apabila berdoa dengan menyebut-Nya pasti akan dikabulkan.

(HR. Sunan Ibnu Majah No. 3847)
Artikel Terkait
Al-Qur'an, Bacalah!
Rekomendasi
Terpopuler
Artikel Terkini More