Pesan Rasulullah SAW Menghadapi Penguasa yang Egois
Kamis, 18 Februari 2021 - 15:38 WIB
Salah satu fenomena akhir zaman adalah munculnya pemimpin atau penguasa yang tidak perduli dengan urusan rakyatnya. Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم menyebut karakter pemimpin ini adalah pemimpin egois atau mementingkan diri sendiri.
Berikut pesan Nabi dalam menyikapi pemimpin (penguasa) tersebut:
عَنْ أُسَيْدِ بْنِ حُضَيْرٍ أَنَّ رَجُلًا مِنْ الْأَنْصَارِ خَلَا بِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ أَلَا تَسْتَعْمِلُنِي كَمَا اسْتَعْمَلْتَ فُلَانًا؟ فَقَالَ إِنَّكُمْ سَتَلْقَوْنَ بَعْدِي أَثَرَةً فَاصْبِرُوا حَتَّى تَلْقَوْنِي عَلَى الْحَوْضِ (رواه مسلم)
Dari Usaid bin Khudlair radhiyallahu 'anhu, bahwa seorang laki-laki Anshar menemui Rasulullah صلى الله عليه وسلم seraya berkata, "Tidakkah anda mengangkatku sebagaimana anda mengangkat fulan (sebagai Amir)?" Beliau bersabda: "Sesungguhnya sepeninggalanku kelak, kamu akan menjumpai (penguasa) yang mementingkan diri sendiri. Maka sabarlah hingga kalian berjumpa denganku di telaga (haudh)." (HR Muslim No 3432)
Baca Juga: Pesan Rasulullah untuk Pejabat dan Ganjaran Bagi Pemimpin Adil
Dai lulusan Al-Azhar Mesir Ustaz Rikza Maulan MA menerangkan makna hadis di atas. Menurut Ustaz Rikza, ambisi terhadap jabatan demi kepentingan diri sendiri adalah tercela. Terlebih dengan bentuk datang kepada orang yang berpengaruh, lalu "meminta" untuk diberikan jabatan dan kedudukan, senagaimana digambarkan dalam hadits di atas. Berkeinginan terhadap satu jabatan akan menjadi mulia ketika kedudukan itu digunakan dalam rangka ibadah kepada Allah, dakwah di jalan Allah, memberikan perlindungan bagi umat atau untuk memberikan kemaslahatan masyarakat.
"Fenomena akan munculnya kepemimpinan yang hanya mementingkan diri sendiri atau kelompoknya telah disampaikan oleh Nabi sejak 14 abad yang silam. Alih-alih melundungi dan mengayomi umat, bahkan mereka pun tega untuk berkhianat terhadap umat dan negrinya. Menjual dan menggadaikan negrinya demi keuntungan dan kepentingan diri pribadi dan atau kelompoknya saja. Inilah hal yang disabdakan Nabi sejak berabad silam," kata Ustaz Rikza dikutip dari saluran blog beliau.
Dalam riwayat lainnya Nabi صلى الله عليه وسلم bersabda: "Sebaik-baik pemimpin kalian adalah mereka mencintai kalian dan kalian mencintai mereka, mereka mendoakan kalian dan kalian mendoakan mereka. Dan sejelek-jelek pemimpin kalian adalah mereka yang membenci kalian dan kalian membenci mereka, mereka mengutuk kalian dan kalian mengutuk mereka." (HR Muslim)
Apabila bertemu dengan pemimpin yang membenci umat, mencaci umat, memfitnah umat, mengutuk umat dan umat Islam pun membencinya dan mengutuknya, maka hadapilah dengan sabar. Dan sabar dalam konteks ini adalah mengatakan yang haq adalah haq, dan yang bathil adalah bathil.
Karena sebaik-baik jihad adalah perkataan yang haq di hadapan penguasa yang zalim, sebagaimana sabda Nabi: "Sesungguhnya jihad yang paling agung adalah ungkapan yang adil (benar) yang disampaikan di hadapan penguasa yang zhalim." (HR. Tirmidzi, Abu Daud, An-Nasa'i, Ibnu Majah, Imam Ahmad).
Siapa yang konsisten dengan hal itu, maka Nabi صلى الله عليه وسلم menjanjikan telaga "haudh". Haudh adalah sebuah telaga di dalam surga, yang siapa pun meminum air darinya maka ia tidak pernah merasakan dahaga selamanya.
Wallahu A'lam
Berikut pesan Nabi dalam menyikapi pemimpin (penguasa) tersebut:
عَنْ أُسَيْدِ بْنِ حُضَيْرٍ أَنَّ رَجُلًا مِنْ الْأَنْصَارِ خَلَا بِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ أَلَا تَسْتَعْمِلُنِي كَمَا اسْتَعْمَلْتَ فُلَانًا؟ فَقَالَ إِنَّكُمْ سَتَلْقَوْنَ بَعْدِي أَثَرَةً فَاصْبِرُوا حَتَّى تَلْقَوْنِي عَلَى الْحَوْضِ (رواه مسلم)
Dari Usaid bin Khudlair radhiyallahu 'anhu, bahwa seorang laki-laki Anshar menemui Rasulullah صلى الله عليه وسلم seraya berkata, "Tidakkah anda mengangkatku sebagaimana anda mengangkat fulan (sebagai Amir)?" Beliau bersabda: "Sesungguhnya sepeninggalanku kelak, kamu akan menjumpai (penguasa) yang mementingkan diri sendiri. Maka sabarlah hingga kalian berjumpa denganku di telaga (haudh)." (HR Muslim No 3432)
Baca Juga: Pesan Rasulullah untuk Pejabat dan Ganjaran Bagi Pemimpin Adil
Dai lulusan Al-Azhar Mesir Ustaz Rikza Maulan MA menerangkan makna hadis di atas. Menurut Ustaz Rikza, ambisi terhadap jabatan demi kepentingan diri sendiri adalah tercela. Terlebih dengan bentuk datang kepada orang yang berpengaruh, lalu "meminta" untuk diberikan jabatan dan kedudukan, senagaimana digambarkan dalam hadits di atas. Berkeinginan terhadap satu jabatan akan menjadi mulia ketika kedudukan itu digunakan dalam rangka ibadah kepada Allah, dakwah di jalan Allah, memberikan perlindungan bagi umat atau untuk memberikan kemaslahatan masyarakat.
"Fenomena akan munculnya kepemimpinan yang hanya mementingkan diri sendiri atau kelompoknya telah disampaikan oleh Nabi sejak 14 abad yang silam. Alih-alih melundungi dan mengayomi umat, bahkan mereka pun tega untuk berkhianat terhadap umat dan negrinya. Menjual dan menggadaikan negrinya demi keuntungan dan kepentingan diri pribadi dan atau kelompoknya saja. Inilah hal yang disabdakan Nabi sejak berabad silam," kata Ustaz Rikza dikutip dari saluran blog beliau.
Dalam riwayat lainnya Nabi صلى الله عليه وسلم bersabda: "Sebaik-baik pemimpin kalian adalah mereka mencintai kalian dan kalian mencintai mereka, mereka mendoakan kalian dan kalian mendoakan mereka. Dan sejelek-jelek pemimpin kalian adalah mereka yang membenci kalian dan kalian membenci mereka, mereka mengutuk kalian dan kalian mengutuk mereka." (HR Muslim)
Apabila bertemu dengan pemimpin yang membenci umat, mencaci umat, memfitnah umat, mengutuk umat dan umat Islam pun membencinya dan mengutuknya, maka hadapilah dengan sabar. Dan sabar dalam konteks ini adalah mengatakan yang haq adalah haq, dan yang bathil adalah bathil.
Karena sebaik-baik jihad adalah perkataan yang haq di hadapan penguasa yang zalim, sebagaimana sabda Nabi: "Sesungguhnya jihad yang paling agung adalah ungkapan yang adil (benar) yang disampaikan di hadapan penguasa yang zhalim." (HR. Tirmidzi, Abu Daud, An-Nasa'i, Ibnu Majah, Imam Ahmad).
Siapa yang konsisten dengan hal itu, maka Nabi صلى الله عليه وسلم menjanjikan telaga "haudh". Haudh adalah sebuah telaga di dalam surga, yang siapa pun meminum air darinya maka ia tidak pernah merasakan dahaga selamanya.
Wallahu A'lam
(rhs)