Ta'aruf Gagal? Perhatikan Kesalahan-kesalahan dalam Prosesnya Ini
Rabu, 24 Februari 2021 - 14:39 WIB
Dalam menemukan pasangan , Islam telah mengajarkan kita dengan cara yang baik , yakni ta'aruf. Jika memilih jalan ta'aruf, maka sudah melangkah ke arah yang lebih baik. Namun, tentunya kita mesti mempersiapkan mental untuk menghadapi hal-hal yang mungkin akan terjadi.
Dan ta’aruf bukanlah sekadar proses menuju pernikahan, melainkan sebuah proses syar’i menuju ikatan suci . Itulah awal ikatan yang kelak akan dipertahankan kuat hingga akhir hayat dan akan dipertanggungjawabkan di hari akhirat.
Namun ternyata pada prakteknya, banyak kesalahan terjadi selama proses tersebut. Dilansir muslimahdaily, berikut beberapa kesalahan dalam ta'aruf yang sering kali ditemui dan dilakukan muslimin.
1. Menganggap sebagai pacaran Islami
Kesalahan pertama yang banyak terjadi ialah menganggap ta’aruf sebagai pacaran Islami. Inilah kesalahan paling fatal dalam proses taaruf. Tidak ada istilah pacaran dalam Islam. Sebaliknya, Islam justru melarang segala perbuatan yang biasa dilakukan orang berpacaran.
Yakni bertemu pria dan wanita non mahram, berduaan, pergi bersama, berkomunikasi tanpa perantara, hingga bermesraan, berpegangan tangan, berpelukan, dan lain sebagainya.
Tak sedikit muslimin yang menganggap dibolehkannya pacaran Islami, yakni pacaran tanpa bersentuhan, tidak berduaan di tempat sepi, dan lain sebagainya. Namun mereka tetap bertemu, berkomunikasi, pergi bersama, saling memandang, memikirkan pasangan, jatuh hati, dan lain sebagainya.
Padahal telah jelas dalil larangan mendekati zina. Saking beratnya dosa zina, Allah pun melarang segala hal berkaitan zina, meski sekedar mendekatinya dan tidak melakukannya.
Allah Ta'ala berfirman,
وَلَا تَقۡرَبُوا الزِّنٰٓى اِنَّهٗ كَانَ فَاحِشَةً ؕ وَسَآءَ سَبِيۡلًا
“Dan janganlah kalian mendekati zina. Sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji, dan suatu jalan yang buruk.” (QS. Al Isra’: 32).
Rasulullah bersabda, “Mata bisa berzina, dan zinanya adalah pandangan (yang diharamkan). Zina kedua telinga adalah mendengar (yang diharamkan). Lidah (lisan) bisa berzina, dan zinanya adalah perkataan (yang diharamkan). Tangan bisa berzina, dan zinanya adalah memegang (yang diharamkan). Kaki bisa berzina, dan zinanya adalah ayunan langkah (ke tempat yang haram). Hati itu bisa berkeinginan dan berangan-angan. Sedangkan kemaluan membenarkan yang demikian itu atau mendustakannya.” (HR. Al Bukhari dan Muslim).
Ta'aruf sejatinya menggali informasi sedalam-dalamnya tentang calon pasangan. Inilah keunggulan taaruf yang tak bisa didapatkan dalam pacaran. Banyak orang yang baru mengetahui keburukan pacarnya setelah menikah. Hal itu semestinya tidak terjadi jika melalui proses taaruf.
Karena itulah sangat penting mencari informasi secara detail. Jangan hanya berpegang dari data diri yang dikirimkan calon pasangan, melainkan bertanyalah pada saudaranya, sahabatnya, gurunya, tetangganya tentang tabiat calon suami. Jangan sampai menyesal di kemudian hari, lalu menyalahkan proses ta'aruf syar’i.
Lalu informasi apa saja yang harus dicari tentang pasangan? Maka ini telah dijelaskan oleh Rasulullah tentang poin penting mencari pasangan.
Dan ta’aruf bukanlah sekadar proses menuju pernikahan, melainkan sebuah proses syar’i menuju ikatan suci . Itulah awal ikatan yang kelak akan dipertahankan kuat hingga akhir hayat dan akan dipertanggungjawabkan di hari akhirat.
Namun ternyata pada prakteknya, banyak kesalahan terjadi selama proses tersebut. Dilansir muslimahdaily, berikut beberapa kesalahan dalam ta'aruf yang sering kali ditemui dan dilakukan muslimin.
1. Menganggap sebagai pacaran Islami
Kesalahan pertama yang banyak terjadi ialah menganggap ta’aruf sebagai pacaran Islami. Inilah kesalahan paling fatal dalam proses taaruf. Tidak ada istilah pacaran dalam Islam. Sebaliknya, Islam justru melarang segala perbuatan yang biasa dilakukan orang berpacaran.
Baca Juga
Yakni bertemu pria dan wanita non mahram, berduaan, pergi bersama, berkomunikasi tanpa perantara, hingga bermesraan, berpegangan tangan, berpelukan, dan lain sebagainya.
Tak sedikit muslimin yang menganggap dibolehkannya pacaran Islami, yakni pacaran tanpa bersentuhan, tidak berduaan di tempat sepi, dan lain sebagainya. Namun mereka tetap bertemu, berkomunikasi, pergi bersama, saling memandang, memikirkan pasangan, jatuh hati, dan lain sebagainya.
Padahal telah jelas dalil larangan mendekati zina. Saking beratnya dosa zina, Allah pun melarang segala hal berkaitan zina, meski sekedar mendekatinya dan tidak melakukannya.
Allah Ta'ala berfirman,
وَلَا تَقۡرَبُوا الزِّنٰٓى اِنَّهٗ كَانَ فَاحِشَةً ؕ وَسَآءَ سَبِيۡلًا
“Dan janganlah kalian mendekati zina. Sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji, dan suatu jalan yang buruk.” (QS. Al Isra’: 32).
Rasulullah bersabda, “Mata bisa berzina, dan zinanya adalah pandangan (yang diharamkan). Zina kedua telinga adalah mendengar (yang diharamkan). Lidah (lisan) bisa berzina, dan zinanya adalah perkataan (yang diharamkan). Tangan bisa berzina, dan zinanya adalah memegang (yang diharamkan). Kaki bisa berzina, dan zinanya adalah ayunan langkah (ke tempat yang haram). Hati itu bisa berkeinginan dan berangan-angan. Sedangkan kemaluan membenarkan yang demikian itu atau mendustakannya.” (HR. Al Bukhari dan Muslim).
Ta'aruf sejatinya menggali informasi sedalam-dalamnya tentang calon pasangan. Inilah keunggulan taaruf yang tak bisa didapatkan dalam pacaran. Banyak orang yang baru mengetahui keburukan pacarnya setelah menikah. Hal itu semestinya tidak terjadi jika melalui proses taaruf.
Karena itulah sangat penting mencari informasi secara detail. Jangan hanya berpegang dari data diri yang dikirimkan calon pasangan, melainkan bertanyalah pada saudaranya, sahabatnya, gurunya, tetangganya tentang tabiat calon suami. Jangan sampai menyesal di kemudian hari, lalu menyalahkan proses ta'aruf syar’i.
Lalu informasi apa saja yang harus dicari tentang pasangan? Maka ini telah dijelaskan oleh Rasulullah tentang poin penting mencari pasangan.