Jadikan Segala Sesuatu Bernilai Zikir

Rabu, 24 Februari 2021 - 07:07 WIB
loading...
Jadikan Segala Sesuatu Bernilai Zikir
Memungkinkan bagi seseorang untuk mengubah segala perbuatannya menjadi zikir kepada Allah. Foto ilustrasi/ istimewa
A A A
Ketika seseorang senantiasa berzikir mengingat Allah, merendahkan diri di hadapan-Nya, berdoa, dan selalu kembali kepada-Nya, maka niscaya ia senantiasa dalam penjagaan dan perlindungan Allah dari kejelekan syetan dan tipu dayanya.



Namun ketika seseorang lalai dan tidak mengingat Allah kecuali sedikit, sebagaimana keadaan orang-orang munafik, maka akan mudah bagi syetan untuk mempermainkannya dan menjerumuskannya ke dalam berbagai kemaksiatan dan kebid'ahan, dan berbagai keburukan.



Oleh karena itu, Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih al-'Utsaimin rahimahullah mengajak setiap muslim dan muslimah untuk senantiasa mengubah segala perbuatan menjadi zikir kepada Allah. Al-Utsaimin berkata, "Memungkinkan bagi seseorang untuk mengubah segala perbuatannya menjadi zikir kepada Allah. Yakni tidaklah dia berbicara melainkan mengharapkan pahala Allah, tidaklah dia menahan diri dari sesuatu melainkan mengharap pahala Allah, dan tidaklah dia melakukan sesuatu melainkan mengharap pahala Allah."(Kitab Fath Dzī al-Jalāli wal Ikrām)



Oleh karena itu Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda kepada Sa'd bin Abi Waqqash, 'Tidaklah engkau memberikan infak yang engkau mengharapkan Wajah Allah dengannya melainkan engkau akan diberi pahala disebabkan itu, sekalipun apa yang engkau suapkan di mulut istrimu'.

Nabi SAW juga mengabarkan bahwa apabila seseorang menafkahi dirinya sendiri maka hal itu bernilai sedekah. Maka orang yang mendapatkan taufik -aku memohon kepada Allah agar menjadikan aku dan kalian bagian dari mereka- mampu merubah segala macam kebiasaan dan syahwatnya bernilai ibadah, dan dalam kondisi seperti ini jadilah dia seorang yang berzikir kepada Allah. Apabila engkau menginginkan agar Allah memberkahi usia dan waktu-waktumu, maka hendaknya engkau berzikir kepada Allah.



Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman,

الَّذِيۡنَ يَذۡكُرُوۡنَ اللّٰهَ قِيَامًا وَّقُعُوۡدًا وَّعَلٰى جُنُوۡبِهِمۡ وَيَتَفَكَّرُوۡنَ فِىۡ خَلۡقِ السَّمٰوٰتِ وَالۡاَرۡضِ‌ۚ رَبَّنَا مَا خَلَقۡتَ هٰذَا بَاطِلًا ۚ سُبۡحٰنَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

"(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk atau dalam keadaan berbaring, dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), "Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini sia-sia; Mahasuci Engkau, lindungilah kami dari azab neraka. (QS Ali 'Imran: 191).



Dan perkara yang tidak diragukan lagi bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam adalah manusia yang paling kuat dan sering berzikir kepada Allah; oleh karena itu Allah memberkahi usia, amalan, ucapan, dan perbuatan beliau shallallahu 'alaihi wa sallam."

Sedangkan Asy-Syaikh ‘Abdullah Alu Bassam rahimahullah dalam kitab 'Taudhih al-Ahkam' berkata,

الذكر جلاء القلوب وصقالها وهو باب الله الأعظم المفتوح بينه وبين عبده ما لم يغفله العبد بغفلته وهو روح الأعمال فإذا خمل العبد عن الذكر كان كالجسد الذي لا روح فيه.

"Zikir adalah penerang dan pembersih hati, pintu Allah yang paling besar yang dibuka antara Dia dan hamba-Nya selama hamba tersebut tidak lalai serta zikir juga merupakan rohnya amalan. Apabila seorang hamba melemah dari berzikir, maka dia seperti jasad yang tidak memiliki roh."



wallahu A'lam
(wid)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2469 seconds (0.1#10.140)