Wanita Cantik dan Pernikahan Tak Halal
Jum'at, 26 Februari 2021 - 15:13 WIB
Setiap nabi memiliki ujian masing-masing. Demikian pula yang dialami Nabi Yahya alaihissalam . Kehidupan dan dakwahnya yang semula tentram dan berjalan lancar, tiba tiba terusik oleh ulah kaumnya Bani Israil .
Sosok Nabi Yahya sendiri dikenal sebagai orang yang cerdik pandai, dan berpikiran tajam . Sejak berusia muda, ia sangat tekun beribadah siang dan malam. Ia dikenal oleh kaumnya sebagai orang alim yang menguasai soal-soal keagamaan dan hafal kitab Taurat.
Oleh karena itu ia menjadi tempat bertanya tentang hukum-hukum agama . Ia memiliki keberanian dalam mengambil suatu keputusan. Ia tidak takut dicerca orang. Ia tidak pula khawatir akan ancaman pihak penguasa dalam usahanya menegakkan kebenaran dan melawan kebatilan.
Suatu ketika Dakwah Nabi Yahya terusik sebuah konflik pernikahan yang tak halal dan sosok wanita keji dan ambisius. Dikutip dari 'Stories of the Prophets' oleh Ibnu Katsir, dikisahkan bukan Bani Israil namanya jika tak gemar mengganggu dan menentang nabi mereka sendiri. Nabi Yahya berdakwah menyampaikan estafet dakwah sang ayah Nabi Zakaria alaihissalam, menyampaikan Taurat kepada kaum Bani Israil, yang dipimpin Raja Herod Antipas.
Kala itu, Raja Herod mengumumkan sebuah pernikahan yang tak pernah terjadi sebelumnya. Ia hendak menikah dengan Salome (diriwayat lain disebut Herodia) yang bukan lain adalah putri saudaranya sendiri alias kemenakannya. Salome terkenal sebagai wanita yang amat sangat cantik. Kecantikan Salome pun membuat Raja Herod bertekuk lutut meski ia berstatus sebagai pamannya.
Mendengar rencana sang raja, Nabi Yahya terkejut. Semestinya Bani Israil, termasuk orang-orang di kerajaan memahami betul isi Taurat. Namun ternyata sang raja merencanakan pernikahan yang bertentangan dengan kitab suci. Nabi Yahya pun segera menolak rencana pernikahan paman dan kemenakan tersebut. Ia mengingatkan pada raja bahwa pernikahan tersebut melanggar hukum Taurat.
Namun ternyata pernikahan tersebut didukung oleh ibunda Salome dan orang-orang berilmu dari kalangan Bani Israil. Nabi Yahya tak habis pikir mengapa mereka mendukung pernikahan terlarang tersebut. Opsinya hanya dua, mereka dijanjikan sebuah kekuasaan, atau mereka diancam dan merasa ketakutan untuk menentang.
Alhasil, Nabi Yahya berdiri seorang diri untuk menegakkan hukum kitab suci Taurat. Ia menasihati seraya menyeru bahwa jika rencana tersebut benar-benar dilakukan, maka pernikahan tak akan sah. Raja Herod dan Salome akan jatuh pada perzinahan.
Nasihat Nabi Yahya itu pun menyebar di kalangan Bani Israil hingga Salome merasa marah. Ia berpikir Nabi Yahya telah mencemarkan nama baiknya dan menghalanginya merebut hati raja. Apalagi Salome ternyata berkeinginan menguasai kerajaan dengan menikahi Raja Herod meski sang raja adalah pamannya sendiri.
Salome yang cantik parasnya itu ternyata memiliki hati yang sangat buruk. Ia membuat makar untuk melawan Nabi Yahya. Bagaimanapun juga, rencana pernikahannya harus terlaksana, pikir Salome.
Si wanita keji itu pun kemudian berdandan secantik mungkin. Dikenakannya pakaian yang terindah dan riasan termewah. Ia lalu menari dan bergoyang di hadapan Raja Herod. Salome berusaha menggoda pamannya dan ia berhasil. Raja Herod langsung bergairah dan memeluk Salome. Pikiran sang raja telah kalut dan hanya ada keinginannya mendapatkan Salome. Demi mendapatkan si wanita, si raja pun pun menawarkan akan memenuhi segala keinginan Salome.
Si wanita buruk itu pun kemudian mengajukan permintaan yang amat sangat kejam lagi mengerikan. “Aku ingin kepala Yahya, karena dia telah mencemarkan kehormatanmu dan kehormatanku di seluruh negeri (yakni dengan tersebarnya nasihat larangan pernikahan antara paman dan kemenakan). Jika Anda memenuhi permintaan saya, maka saya akan sangat bahagia dan berkehendak menawarkan diri ini pada Anda.”
Raja Herod terkejut dengan permintaan Salome. Permintaan Salome berarti mengharuskannya membunuh sang nabi. Namun ia telah jatuh hati pada Selome dan menginginkan pernikahan dengan si wanita jelita. Meski permintaan itu sangat kejam, Raja Herod tetap saja menuruti.
Tak lama kemudian, Nabi Yahya dieksekusi mati oleh kerajaan. Wafat lah sang utusan Allah dengan hukuman mati yang amat sangat kejam. Kepalanya lalu dihadiahkan ke hadapan Salome. Si wanita itu lalu bersorak kegirangan.
Sosok Nabi Yahya sendiri dikenal sebagai orang yang cerdik pandai, dan berpikiran tajam . Sejak berusia muda, ia sangat tekun beribadah siang dan malam. Ia dikenal oleh kaumnya sebagai orang alim yang menguasai soal-soal keagamaan dan hafal kitab Taurat.
Oleh karena itu ia menjadi tempat bertanya tentang hukum-hukum agama . Ia memiliki keberanian dalam mengambil suatu keputusan. Ia tidak takut dicerca orang. Ia tidak pula khawatir akan ancaman pihak penguasa dalam usahanya menegakkan kebenaran dan melawan kebatilan.
Suatu ketika Dakwah Nabi Yahya terusik sebuah konflik pernikahan yang tak halal dan sosok wanita keji dan ambisius. Dikutip dari 'Stories of the Prophets' oleh Ibnu Katsir, dikisahkan bukan Bani Israil namanya jika tak gemar mengganggu dan menentang nabi mereka sendiri. Nabi Yahya berdakwah menyampaikan estafet dakwah sang ayah Nabi Zakaria alaihissalam, menyampaikan Taurat kepada kaum Bani Israil, yang dipimpin Raja Herod Antipas.
Kala itu, Raja Herod mengumumkan sebuah pernikahan yang tak pernah terjadi sebelumnya. Ia hendak menikah dengan Salome (diriwayat lain disebut Herodia) yang bukan lain adalah putri saudaranya sendiri alias kemenakannya. Salome terkenal sebagai wanita yang amat sangat cantik. Kecantikan Salome pun membuat Raja Herod bertekuk lutut meski ia berstatus sebagai pamannya.
Mendengar rencana sang raja, Nabi Yahya terkejut. Semestinya Bani Israil, termasuk orang-orang di kerajaan memahami betul isi Taurat. Namun ternyata sang raja merencanakan pernikahan yang bertentangan dengan kitab suci. Nabi Yahya pun segera menolak rencana pernikahan paman dan kemenakan tersebut. Ia mengingatkan pada raja bahwa pernikahan tersebut melanggar hukum Taurat.
Namun ternyata pernikahan tersebut didukung oleh ibunda Salome dan orang-orang berilmu dari kalangan Bani Israil. Nabi Yahya tak habis pikir mengapa mereka mendukung pernikahan terlarang tersebut. Opsinya hanya dua, mereka dijanjikan sebuah kekuasaan, atau mereka diancam dan merasa ketakutan untuk menentang.
Alhasil, Nabi Yahya berdiri seorang diri untuk menegakkan hukum kitab suci Taurat. Ia menasihati seraya menyeru bahwa jika rencana tersebut benar-benar dilakukan, maka pernikahan tak akan sah. Raja Herod dan Salome akan jatuh pada perzinahan.
Nasihat Nabi Yahya itu pun menyebar di kalangan Bani Israil hingga Salome merasa marah. Ia berpikir Nabi Yahya telah mencemarkan nama baiknya dan menghalanginya merebut hati raja. Apalagi Salome ternyata berkeinginan menguasai kerajaan dengan menikahi Raja Herod meski sang raja adalah pamannya sendiri.
Salome yang cantik parasnya itu ternyata memiliki hati yang sangat buruk. Ia membuat makar untuk melawan Nabi Yahya. Bagaimanapun juga, rencana pernikahannya harus terlaksana, pikir Salome.
Baca Juga
Si wanita keji itu pun kemudian berdandan secantik mungkin. Dikenakannya pakaian yang terindah dan riasan termewah. Ia lalu menari dan bergoyang di hadapan Raja Herod. Salome berusaha menggoda pamannya dan ia berhasil. Raja Herod langsung bergairah dan memeluk Salome. Pikiran sang raja telah kalut dan hanya ada keinginannya mendapatkan Salome. Demi mendapatkan si wanita, si raja pun pun menawarkan akan memenuhi segala keinginan Salome.
Si wanita buruk itu pun kemudian mengajukan permintaan yang amat sangat kejam lagi mengerikan. “Aku ingin kepala Yahya, karena dia telah mencemarkan kehormatanmu dan kehormatanku di seluruh negeri (yakni dengan tersebarnya nasihat larangan pernikahan antara paman dan kemenakan). Jika Anda memenuhi permintaan saya, maka saya akan sangat bahagia dan berkehendak menawarkan diri ini pada Anda.”
Raja Herod terkejut dengan permintaan Salome. Permintaan Salome berarti mengharuskannya membunuh sang nabi. Namun ia telah jatuh hati pada Selome dan menginginkan pernikahan dengan si wanita jelita. Meski permintaan itu sangat kejam, Raja Herod tetap saja menuruti.
Tak lama kemudian, Nabi Yahya dieksekusi mati oleh kerajaan. Wafat lah sang utusan Allah dengan hukuman mati yang amat sangat kejam. Kepalanya lalu dihadiahkan ke hadapan Salome. Si wanita itu lalu bersorak kegirangan.