Apakah Amal Kita Diterima Allah SWT? Kenali Tanda-tandanya

Jum'at, 26 Februari 2021 - 19:00 WIB
Sebuah contoh, ketika kita telah sholat fardhu lalu kemudian diberikan oleh Allah kekuatan untuk berdzikir setelahnya, setelah itu kemudian Allah berikanlah kekuatan untuk sholat sunah setelahnya, maka itu menunjukkan mudah-mudahan bahwasanya sholat fardhu kita diterima oleh Allah Jalla wa ‘Ala.



Ketika kita membaca Al-Qur’anul Karim, kemudian ketika membaca Al-Qur’an membuat kita ingat kepada Allah, membuat kita ingat kepada kehidupan akhirat kemudian setelahnya menimbulkan rasa rindu untuk berdzikir kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, itu pertanda bahwasannya bacaan Al-Qur’an kita diterima oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Namun ketika kita shalat, ternyata tidak ada keinginan untuk berusaha menjaga shalat sunnah kita, ketika kita shalat ternyata tidak memberikan kekuatan di hati kita untuk meninggalkan maksiat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, itu pertanda shalat kita belum diterima oleh Allah Jalla wa ‘Ala. Karena bukankah Allah mengatakan:

إِنَّ الصَّلَاةَ تَنْهَىٰ عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنكَرِ

“Sesungguhnya sholat itu mencegah dari perbuatan keji dan mungkar.” (QS. Al-Ankabut : 45)



Ternyata ia sholat tidak mencegah dari perbuatan keji dan mungkar. Apakah ada sesuatu yang memasuki hatinya saat ia sholat? Bisa jadi riya’ yang masuk ke dalam hatinya, bisa jadi ketika shalat tidak pernah khusyuk, pikirannya pergi kesana-kemari, tidak bisa ia khusyuk di dalam sholatnya, sehingga akhirnya Allah tidak menerima shalatnya. Sebagaimana Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengabarkan:

إِنَّ الرَّجُلَ لَيَنْصَرِفَ وَمَا كُتِبَ لَهُ إِلاَّ عُشُرُ صَلاَتِهِ تُسُعُهَا ثُمُنُهَا سُبُعُهَا سُدُسُهَا رُبُعُهَا ثُلُثُهَا نِصْفُهَا

“Sesungguhnya seseorang hamba setelah selesai dari shalatnya ternyata hanya ditulis oleh Allah pahala sepersepuluh shalatnya saja, ada yang sepersembilan, seperdelapan, sepertujuh, seperenam, seperlima, seperempat, sepertiga, dan setengah.” (HR Abu Dawud)



Maka setiap kita segera introspeksi diri, ketika kita telah beribadah kepada Allah, apakah ibadah itu menimbulkan kekuatan kita untuk beribadah kepada Allah yang lainnya? Ketika kita telah selesai beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, segera kita introspeksi dan periksa hati kita, apakah ibadah itu menimbulkan ketakwaan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala atau tidak? Apabila tidak, maka ucapkan inna lillahi wa inna ilaihi rojiun. Karena itu adalah musibah yang menimpa diri kita.

Wallahu A'lam
(wid)
Halaman :
Follow
Hadits of The Day
Abu Hurairah radliallahu 'anhu berkata bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:  Allah 'azza wajalla telah berfirman: Setiap amal anak Adam adalah teruntuk baginya kecuali puasa. Puasa itu adalah bagi-Ku, dan Akulah yang akan memberinya pahala.  Dan puasa itu adalah perisai. Apabila kamu puasa, maka janganlah kamu merusak puasamu dengan rafats, dan jangan pula menghina orang. Apabila kamu dihina orang atau pun diserang, maka katakanlah, 'Sesungguhnya saya sedang berpuasa.'  Demi Allah, yang jiwa Muhammad ada di tangan-Nya. Sesungguhnya bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah pada hari kiamat kelak daripada wanginya kesturi. Dan bagi mereka yang berpuasa ada dua kebahagiaan. Ia merasa senang saat berbuka lantaran puasanya, dan senang pula saat berjumpa dengan Rabbnya juga karena puasanya.

(HR. Muslim No. 1944)
Artikel Terkait
Al-Qur'an, Bacalah!
Rekomendasi
Terpopuler
Artikel Terkini More