Begini Do'a dan Zikir Ketika I’tidal Sesuai Sunah Nabi
Rabu, 03 Maret 2021 - 19:09 WIB
Dari Ibnu Abbas r.a., bahwasannya Nabi saw. ketika mengangkat kepalanya dari ruku’ beliau mengucapkan, “Rabbanaa lakal hamdu mil’as samaawaati wamil al-ardli wa mil a maa bainahumaa wa mil a maa syi’ta min syai in ba’du.” (HR. Muslim)
Kelima, Rabbanaa walakal hamdu hamdan katsiiran thayyiban mubaarakan fihi
عن رفاعة بن رافع الزرقي رضي الله عنه قال: كنا يوما نصلي وراء النبي صلى الله عليه وسلم، فلما رفع رأسه من الركعة قال: “سمع الله لمن حمده ” ، فقال رجل وراءه: ربنا ولك الحمد حمدا كثيرا طيبا مباركا فيه، فلما انصرف قال: “من المتكلم؟” قال: أنا، قال: “رأيت بضعة وثلاثين ملكا يبتدرونها أيهم يكتبها أول” (رواه البخاري)
Dari Rifa’ah bin Rafi’ Az-Zarqi r.a., ia berkata, “Suatu hari, kami shalat di belakang Nabi saw. lalu ketika beliau mengangkat kepalanya dari ruku’, beliau mengucapkan, “Sami’Allahu liman Hamidah. Lalu ada seorang laki-laki yang berada di belakangnya mengucapkan, “Rabbanaa walakal hamdu hamdan katsiran thayyiban mubarakan fihi.” Ketika (hendak) pergi, beliau bertanya, “Siapa yang mengucapkan tadi?” laki-laki itu menjawab, “Saya.” Beliau bersabda, “Aku melihat 30 lebih malaikat yang berebutan pertama kali menulis amalnya.” (HR. Al-Bukhari)
Imam Nawawi mengatakan ragam bacaan dzikir yang bisa dibaca saat i’tidal tersebut semuanya sunnah dilakukan baik bagi imam, makmum, maupun orang yang shalat sendirian.
Kecuali bagi imam, tidak boleh membaca semua dzikir tersebut kecuali ia mengetahui bahwa makmumnya juga memperbolehkan ia shalat dengan bacaan yang panjang. Hal ini disebabkan karena kondisi imam yang berbeda-beda, ada yang tua, sibuk, dan lain sebagainya. Sehingga dikhawatirkan jika imam membaca terlalu panjang dan lama, maka makmumnya akan merasa resah. Wa Allahu A’lam bis Shawab.
Kelima, Rabbanaa walakal hamdu hamdan katsiiran thayyiban mubaarakan fihi
عن رفاعة بن رافع الزرقي رضي الله عنه قال: كنا يوما نصلي وراء النبي صلى الله عليه وسلم، فلما رفع رأسه من الركعة قال: “سمع الله لمن حمده ” ، فقال رجل وراءه: ربنا ولك الحمد حمدا كثيرا طيبا مباركا فيه، فلما انصرف قال: “من المتكلم؟” قال: أنا، قال: “رأيت بضعة وثلاثين ملكا يبتدرونها أيهم يكتبها أول” (رواه البخاري)
Dari Rifa’ah bin Rafi’ Az-Zarqi r.a., ia berkata, “Suatu hari, kami shalat di belakang Nabi saw. lalu ketika beliau mengangkat kepalanya dari ruku’, beliau mengucapkan, “Sami’Allahu liman Hamidah. Lalu ada seorang laki-laki yang berada di belakangnya mengucapkan, “Rabbanaa walakal hamdu hamdan katsiran thayyiban mubarakan fihi.” Ketika (hendak) pergi, beliau bertanya, “Siapa yang mengucapkan tadi?” laki-laki itu menjawab, “Saya.” Beliau bersabda, “Aku melihat 30 lebih malaikat yang berebutan pertama kali menulis amalnya.” (HR. Al-Bukhari)
Imam Nawawi mengatakan ragam bacaan dzikir yang bisa dibaca saat i’tidal tersebut semuanya sunnah dilakukan baik bagi imam, makmum, maupun orang yang shalat sendirian.
Kecuali bagi imam, tidak boleh membaca semua dzikir tersebut kecuali ia mengetahui bahwa makmumnya juga memperbolehkan ia shalat dengan bacaan yang panjang. Hal ini disebabkan karena kondisi imam yang berbeda-beda, ada yang tua, sibuk, dan lain sebagainya. Sehingga dikhawatirkan jika imam membaca terlalu panjang dan lama, maka makmumnya akan merasa resah. Wa Allahu A’lam bis Shawab.
(mhy)