5 Pesan Buya Yahya Dibalik Mukjizat Isra Mikraj
Senin, 08 Maret 2021 - 15:25 WIB
Buya Yahya menyampaikan lima pesan penting dibalik mukjizat Isra Mikraj. Tahun ini, Isra Mikraj 27 Rajab jatuh pada Kamis (11/3/2021).
Isra Mikraj adalah kejadian luar biasa atau mukjizat yang diberikan Allah kepada Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم yang di dalamnya terdapat hikmah dan ilmu bagi orang yang merenunginya. Kejadian Isra disebutkan oleh Allah dalam Al-Qur'an surat Al-Isra' ayat 1.
Adapun kejadian Mikraj disebutkan dalam riwayat-riwayat yang shohih di antaranya riwayat yang disebutkan oleh Imam Al-Bukhari dan Imam Muslim dalam hadis panjang yang menceritakan tentang perjalanan Nabi صلى الله عليه وسلم saat Isra Mikraj.
Baca Juga: Beginilah Dialog Nabi Muhammad Ketika Bertemu Allah Saat Isra' Mi'raj
Berikut 5 pesan Buya Yahya (Pengasuh Lembaga Pengembangan Dakwah dan Pondok Pesantren Al-Bahjah) yang dilansir dari risalah beliau.
1. Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم Diperjalankan dengan Bentuk Aslinya.
Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم diperjalankan oleh Allah dari Masjidil Harom ke Masjidil Aqso hingga ke atas langit ke tujuh adalah dengan badan dan ruhnya. Dan badan Nabi masih tetap dalam bentuk aslinya dan tidak berubah menjadi cahaya seperti yang diceritakan oleh sebagian penulis-penulis yang kurang berakal. Inilah salah satu Mukjizat Nabi yang luar biasa. Maka di dalam memahami istilah ilmiah seperti ini hendaknya dikembalikan oleh Ulama terdahulu dan jangan menghayal dengan berdalih disesuaikan dengan kajian-kajian ilmiah.
Yang harus dipahami bahwa penemuan ilmiah tidak akan bertentangan dengan syariat, kalau ada pertentangan antara kajian ilmiah dengan syariat tentu karena salahnya kajian ilmiah atau salahnya seseorang dalam memahami syariah. Dan perjalanan Isra Mikraj Nabi tidak bertentangan dengan penemuan ilmiah karena perjalanan Nabi adalah tidak bisa tunduk kepada riset dan kajian ilmiah. Akan tetapi kejadian Isra Mikraj terjadi karena kuasa Allah yang menciptakan waktu dan tempat.
2. Perayaan Isra Mikraj Bermakna Mengagungkan dan Menghidupkan Sunnah Nabi.
Perayaan Isra Mikraj selalu mengangkat tema kisah Isra Mikraj Nabi, dengan pembahasan panjang lebar dan ditekankan pada pemahaman akan kewajiban sholat. Hal semacam ini tidak bertentangan dengan apa yang diajarkan oleh Nabi. Justru hal-hal semacam inilah yang diperintahkan oleh Rasulullah صلى الله عليه وسلم.
Maka sungguh aneh jika tiba-tiba ada orang yang mengatakan perayaan Isra Mikraj adalah bid'ah. Bagaimana mengagungkan kejadian agung, membacakan riwayat dari Nabi serta menjelaskannya agar umat semakin paham tentang Isra Mikraj, hikmah Isra Mikraj, ilmu Isra Mikraj, pesan dibalik Isra Mikraj dan lain sebagainya akan dikatakan sebagai bid’ah?
Dan sungguh alangkah indahnya di sebuah acara Isra Mikroj tiba-tiba ada seorang anak kecil menyenandungkan syair untuk Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم kemudian diikuti dengan santunan untuk anak yatim. Kemudian setelah itu berdirilah beberapa Ustaz menjelaskan dengan detail tentang sholat tentang apa yang dilihat oleh Nabi dalam Isra Mikraj.
Memang ada sebagian perayaan Isra Mikraj yang dibarengi dengan pelanggaran syariat, seperti berkumpulnya laki-laki dan perempuan yang saling berdesakan atau mungkin adanya tontonan yang membuka aurat. Akan tetapi orang yang berfikir dan berilmu akan tahu bahwasanya Isra Mikraj bukan seperti itu. Itu adalah pelanggaran-pelanggaran dalam Isra Mikraj yang harus dipangkas. Bukan Isra Mikraj nya yang harus dihentikan.
Adapun hari dan tanggal terjadinya Isra dan Mikraj memang Ulama berbeda pendapat dalam hal ini .Ada yang mengatakan tanggal 27 Rojab, ada yang mengatakan selain tanggal tersebut.Masalah hari dan tanggal tidak penting, yang jelas dan pasti bahwa Rasulullah صلى الله عليه وسلم benar-benar Isra Mikraj dan kita tidak merayakan hari dan tanggal akan tetapi kita merayakan kejadian dan pesan yang ada di dalam kisah Isra Mikraj.
3. Nabi Muhammad Diangkat Ke Atas Langit Ketujuh.
Disebutkan bahwa Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم berbicara langsung dengan Alloh. Yang harus dipahami bahwa menurut jumhur ulama bahwa Nabi di saat itu tidak melihat Allah dengan mata kepala beliau, akan tetapi beliau melihat Alloh dengan mata hatinya. Dan memang benar Allah berbicara dengan Nabi Muhammad adalah dengan hakikat berbicara yang hanya Allah dan Rasulullah-lah yang tahu caranya.
Akan tetapi yang harus kita ketahui bahwa di saat Nabi Muhammad berbicara dengan Allah bukan berarti Nabi harus melihat dengan mata kepala beliau, ini yang harus kita yakini. Memang ada sebagian para ulama yang mengatakan Nabi Muhammad melihat dengan mata kepala beliau seperti pendapat yang dinukil dari Imam an-Nawawi, Imam Qodi’iyadh dan Imam Al-Farro'. Akan tetapi para pakar aqidah Ahlisunnah waljamaah menjelaskan bahwasanya pendapat itu adalah pendapat lemah.
4. Nabi Muhammad Berbicara dengan Allah di Atas Mustawa.
Mungkin ada sebagian kaum muslimin yang setelah membaca kisah Isra Mikraj dan kisah Nabi berbicara dengan Allah di atas Sidratul Muntaha dan di atas Mustawa lalu berangan-angan bahwa Allah ada di atas langit sana. Maka yang harus dijelaskan bahwa atas Mustawa bukanlah tempatnya Allah, akan tetapi tempatnya Nabi صلى الله عليه وسلم.
Allah tidak butuh kepada tempat. Maka jangan dikatakan Allah di atas, sebab atas dan bawah adalah ciptaan Allah. Disebutkan juga di dalam Al-Qur’an, Allah mengajak bicara Nabi Musa di saat Nabi Musa berada di atas bukit Tursina, maka yang harus dipahami adalah bahwa bukit Tursina adalah tempatnya Nabi Musa, bukan tempatnya Allah.
Isra Mikraj adalah kejadian luar biasa atau mukjizat yang diberikan Allah kepada Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم yang di dalamnya terdapat hikmah dan ilmu bagi orang yang merenunginya. Kejadian Isra disebutkan oleh Allah dalam Al-Qur'an surat Al-Isra' ayat 1.
Adapun kejadian Mikraj disebutkan dalam riwayat-riwayat yang shohih di antaranya riwayat yang disebutkan oleh Imam Al-Bukhari dan Imam Muslim dalam hadis panjang yang menceritakan tentang perjalanan Nabi صلى الله عليه وسلم saat Isra Mikraj.
Baca Juga: Beginilah Dialog Nabi Muhammad Ketika Bertemu Allah Saat Isra' Mi'raj
Berikut 5 pesan Buya Yahya (Pengasuh Lembaga Pengembangan Dakwah dan Pondok Pesantren Al-Bahjah) yang dilansir dari risalah beliau.
1. Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم Diperjalankan dengan Bentuk Aslinya.
Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم diperjalankan oleh Allah dari Masjidil Harom ke Masjidil Aqso hingga ke atas langit ke tujuh adalah dengan badan dan ruhnya. Dan badan Nabi masih tetap dalam bentuk aslinya dan tidak berubah menjadi cahaya seperti yang diceritakan oleh sebagian penulis-penulis yang kurang berakal. Inilah salah satu Mukjizat Nabi yang luar biasa. Maka di dalam memahami istilah ilmiah seperti ini hendaknya dikembalikan oleh Ulama terdahulu dan jangan menghayal dengan berdalih disesuaikan dengan kajian-kajian ilmiah.
Yang harus dipahami bahwa penemuan ilmiah tidak akan bertentangan dengan syariat, kalau ada pertentangan antara kajian ilmiah dengan syariat tentu karena salahnya kajian ilmiah atau salahnya seseorang dalam memahami syariah. Dan perjalanan Isra Mikraj Nabi tidak bertentangan dengan penemuan ilmiah karena perjalanan Nabi adalah tidak bisa tunduk kepada riset dan kajian ilmiah. Akan tetapi kejadian Isra Mikraj terjadi karena kuasa Allah yang menciptakan waktu dan tempat.
2. Perayaan Isra Mikraj Bermakna Mengagungkan dan Menghidupkan Sunnah Nabi.
Perayaan Isra Mikraj selalu mengangkat tema kisah Isra Mikraj Nabi, dengan pembahasan panjang lebar dan ditekankan pada pemahaman akan kewajiban sholat. Hal semacam ini tidak bertentangan dengan apa yang diajarkan oleh Nabi. Justru hal-hal semacam inilah yang diperintahkan oleh Rasulullah صلى الله عليه وسلم.
Maka sungguh aneh jika tiba-tiba ada orang yang mengatakan perayaan Isra Mikraj adalah bid'ah. Bagaimana mengagungkan kejadian agung, membacakan riwayat dari Nabi serta menjelaskannya agar umat semakin paham tentang Isra Mikraj, hikmah Isra Mikraj, ilmu Isra Mikraj, pesan dibalik Isra Mikraj dan lain sebagainya akan dikatakan sebagai bid’ah?
Dan sungguh alangkah indahnya di sebuah acara Isra Mikroj tiba-tiba ada seorang anak kecil menyenandungkan syair untuk Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم kemudian diikuti dengan santunan untuk anak yatim. Kemudian setelah itu berdirilah beberapa Ustaz menjelaskan dengan detail tentang sholat tentang apa yang dilihat oleh Nabi dalam Isra Mikraj.
Memang ada sebagian perayaan Isra Mikraj yang dibarengi dengan pelanggaran syariat, seperti berkumpulnya laki-laki dan perempuan yang saling berdesakan atau mungkin adanya tontonan yang membuka aurat. Akan tetapi orang yang berfikir dan berilmu akan tahu bahwasanya Isra Mikraj bukan seperti itu. Itu adalah pelanggaran-pelanggaran dalam Isra Mikraj yang harus dipangkas. Bukan Isra Mikraj nya yang harus dihentikan.
Adapun hari dan tanggal terjadinya Isra dan Mikraj memang Ulama berbeda pendapat dalam hal ini .Ada yang mengatakan tanggal 27 Rojab, ada yang mengatakan selain tanggal tersebut.Masalah hari dan tanggal tidak penting, yang jelas dan pasti bahwa Rasulullah صلى الله عليه وسلم benar-benar Isra Mikraj dan kita tidak merayakan hari dan tanggal akan tetapi kita merayakan kejadian dan pesan yang ada di dalam kisah Isra Mikraj.
3. Nabi Muhammad Diangkat Ke Atas Langit Ketujuh.
Disebutkan bahwa Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم berbicara langsung dengan Alloh. Yang harus dipahami bahwa menurut jumhur ulama bahwa Nabi di saat itu tidak melihat Allah dengan mata kepala beliau, akan tetapi beliau melihat Alloh dengan mata hatinya. Dan memang benar Allah berbicara dengan Nabi Muhammad adalah dengan hakikat berbicara yang hanya Allah dan Rasulullah-lah yang tahu caranya.
Akan tetapi yang harus kita ketahui bahwa di saat Nabi Muhammad berbicara dengan Allah bukan berarti Nabi harus melihat dengan mata kepala beliau, ini yang harus kita yakini. Memang ada sebagian para ulama yang mengatakan Nabi Muhammad melihat dengan mata kepala beliau seperti pendapat yang dinukil dari Imam an-Nawawi, Imam Qodi’iyadh dan Imam Al-Farro'. Akan tetapi para pakar aqidah Ahlisunnah waljamaah menjelaskan bahwasanya pendapat itu adalah pendapat lemah.
4. Nabi Muhammad Berbicara dengan Allah di Atas Mustawa.
Mungkin ada sebagian kaum muslimin yang setelah membaca kisah Isra Mikraj dan kisah Nabi berbicara dengan Allah di atas Sidratul Muntaha dan di atas Mustawa lalu berangan-angan bahwa Allah ada di atas langit sana. Maka yang harus dijelaskan bahwa atas Mustawa bukanlah tempatnya Allah, akan tetapi tempatnya Nabi صلى الله عليه وسلم.
Allah tidak butuh kepada tempat. Maka jangan dikatakan Allah di atas, sebab atas dan bawah adalah ciptaan Allah. Disebutkan juga di dalam Al-Qur’an, Allah mengajak bicara Nabi Musa di saat Nabi Musa berada di atas bukit Tursina, maka yang harus dipahami adalah bahwa bukit Tursina adalah tempatnya Nabi Musa, bukan tempatnya Allah.
Lihat Juga :