3 Pesan Habib Quraisy Menyikapi Kematian
Sabtu, 03 April 2021 - 16:58 WIB
Pengasuh Ponpes ASh-Shidqu Kuningan Jawa Barat Al-Habib Quraisy Baharun menyampaikan nasihat tentang kematian. Pesan ini disampaikannya untuk mengenang kepergian Al-Habib Abdillah Bin Gasim Baharun (adik kandung Habib Quraisy Baharun) yang wafat pada Senin, 29 Maret 2021 M (15 Sya'ban 1442 H).
Habib Quraisy mengatakan bahwa almarhum adalah sosok muda yang saleh, ceria, optimistis, dermawan dan baik hati. "Mudah-mudahan Allah melipatgandakan kebaikan Al-Habib Abdillah Bin Gasim Baharun dan mengumpulkannya bersama Kakeknya tercinta Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam," kata Habib Quraisy lewat media sosialnya.
Salah satu bentuk doa dan kesaksian kita kepada orang sholeh setelah wafatnya, yaitu mengucapkan: "ASYHADU ANNAHU MIN AHLIL KHAYR (Aku bersaksi Bahwa beliau termasuk orang yang baik)."
Kalimat kesaksian itu bisa diucapkan kepada siapapun arwah yang kita yakini kesalehannya. Kematian adalah sebuah kenyataan yang tidak dapat dipungkiri. Kenyataan itu faktual dalam kehidupan. Para Nabi kekasih Allah juga mengalami kematian, walau namanya tidak pernah mati. Pendek kata, kematian itu pasti adanya.
Allah Ta’ala berfirman:
كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ ۗ وَإِنَّمَا تُوَفَّوْنَ أُجُورَكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ۖ فَمَنْ زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَأُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ ۗ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ
"Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Siapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan." (QS. Ali Imran: 185)
Kematian adalah pintu dan setiap manusia pasti akan memasukinya. Kematian bukan karena usia lanjut, sakit, kecelakaan atau sebab-sebab biologis lainnya, tetapi kematian adalah ketetapan Allah Ta’ala yang datang tepat pada waktunya, kehadirannya tidak dapat dimajukan satu detikpun dan tidak dapat pula ditunda sesaatpun.
وَلِكُلِّ أُمَّةٍ أَجَلٌ ۖ فَإِذَا جَاءَ أَجَلُهُمْ لَا يَسْتَأْخِرُونَ سَاعَةً ۖ وَلَا يَسْتَقْدِمُونَ
"Tiap-tiap umat mempunyai batas waktu; maka apabila telah datang waktunya mereka tidak dapat mengundurkannya sesaatpun dan tidak dapat (pula) memajukannya." (QS. Al-A'raf: 34)
Sebuah kenyataan bahwa manusia menyaksikan kematian. Berbagai faktor ditelusuri secara medis, namun tak seorangpun sanggup menghindar dan lari dari kematian.
Rasulullah bersabda: ada dua hal yang dibenci oleh manusia yaitu kematian dan kekurangan harta. Padahal kematian akan menghentikan manusia dari kesalahan dan dosa dan kekurangan harta akan meringankan hisab pada hari kiamat.
Menyikapi Kematian
1. Selalu Berbaik Sangka kepada Allah Ta’ala
Berbaik sangka kepada Allah atas segala yang menimpa, baik kesenangan atau kesusahan, sehat maupun sakit, kaya maupun miskin. Semua itu adalah bentuk cinta Allah Ta’ala kepada hamba-Nya. Allah Ta’ala berfirman dalam hadis qudsi, kasih sayang-Ku lebih luas dari murka-Ku. Dalam hadis lain, Allah Ta’ala berfirman: "Aku tergantung prasangka hamba-ku kepada-Ku. Apabila hamba berprasangka baik, maka baik akibatnya, namun apabila hamba berprasangka buruk, keburukan akan menimpa dirinya."
الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا ۚ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْغَفُورُ
"Dia yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun." (QS. Al-Mulk: 2)
أَحَسِبَ النَّاسُ أَنْ يُتْرَكُوا أَنْ يَقُولُوا آمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ
"Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan, kami telah beriman, sedang mereka tidak diuji lagi?" (QS. Al-Ankabut: 2)
2. Beramal Saleh
Hidup adalah perjuangan. Perjuangan antara kebenaran dan kebatilan, antara amal baik dan amal buruk dan antara keimanan dan kekafiran. Sebelum ajal datang, maka setiap manusia tidak boleh berhenti berjuang. Karena dunia adalah tempat beramal tanpa hisab sedangkan akhirat tempat hisab tanpa amal.
Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah bersabda: "Apabila anak Adam meninggal dunia, maka terputus amalnya kecuali tiga yaitu sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak soleh yang mendoakannya." (HR Muslim)
Hadis ini bukan menjelaskan bahwa doa orang hidup tidak sampai kepada orang yang telah mati. Hadis ini menegaskan bahwa kematian akan menghentikan gerakan amal seseorang kecuali tiga hal. Artinya, sekalipun orangnya sudah meninggal dunia, namun karyanya tetap bernilai.
Hadis ini mengajarkan agar selama masih hidup harus melakukan amal saleh yang permanen, manfaat di dunia dan akhirat, yaitu sedekah jariyah, ilmu yang manfaat dan anak soleh yang mendoakannya.
3. Membawa Bekal dalam Safar
Kematian bukan akhir perjalanan, tetapi kematian adalah awal perjalanan menuju perjalanan akhirat. Perjalanan masih panjang dan harus bawa bekal yang banyak. Allah Ta’ala memerintahkan agar setiap muslim mengejar akhirat dengan tidak melupakan dunia.
وَابْتَغِ فِيمَا آتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الْآخِرَةَ ۖ وَلَا تَنْسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا ۖ وَأَحْسِنْ كَمَا أَحْسَنَ اللَّهُ إِلَيْكَ ۖ وَلَا تَبْغِ الْفَسَادَ فِي الْأَرْضِ ۖ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِينَ
"Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. (QS. al-Qashas: 77).
"Semoga kita bisa mengambil hikmah dan iktibar dari wafatnya para ulama, wali-wali Allah dan orang-orang sholeh. Terkhusus saudara tercinta kami, Al-Habib Abdillah Bin Gasim Baharun. Kepergian mereka merupakan duka bagi umat Islam. Semoga Allah Ta'ala memuliakan para ulama dan mengangkat mereka ke tempat terpuji, Al-Faatihah," kata Habib Quraisy.
Habib Quraisy mengatakan bahwa almarhum adalah sosok muda yang saleh, ceria, optimistis, dermawan dan baik hati. "Mudah-mudahan Allah melipatgandakan kebaikan Al-Habib Abdillah Bin Gasim Baharun dan mengumpulkannya bersama Kakeknya tercinta Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam," kata Habib Quraisy lewat media sosialnya.
Salah satu bentuk doa dan kesaksian kita kepada orang sholeh setelah wafatnya, yaitu mengucapkan: "ASYHADU ANNAHU MIN AHLIL KHAYR (Aku bersaksi Bahwa beliau termasuk orang yang baik)."
Kalimat kesaksian itu bisa diucapkan kepada siapapun arwah yang kita yakini kesalehannya. Kematian adalah sebuah kenyataan yang tidak dapat dipungkiri. Kenyataan itu faktual dalam kehidupan. Para Nabi kekasih Allah juga mengalami kematian, walau namanya tidak pernah mati. Pendek kata, kematian itu pasti adanya.
Allah Ta’ala berfirman:
كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ ۗ وَإِنَّمَا تُوَفَّوْنَ أُجُورَكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ۖ فَمَنْ زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَأُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ ۗ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ
"Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Siapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan." (QS. Ali Imran: 185)
Kematian adalah pintu dan setiap manusia pasti akan memasukinya. Kematian bukan karena usia lanjut, sakit, kecelakaan atau sebab-sebab biologis lainnya, tetapi kematian adalah ketetapan Allah Ta’ala yang datang tepat pada waktunya, kehadirannya tidak dapat dimajukan satu detikpun dan tidak dapat pula ditunda sesaatpun.
وَلِكُلِّ أُمَّةٍ أَجَلٌ ۖ فَإِذَا جَاءَ أَجَلُهُمْ لَا يَسْتَأْخِرُونَ سَاعَةً ۖ وَلَا يَسْتَقْدِمُونَ
"Tiap-tiap umat mempunyai batas waktu; maka apabila telah datang waktunya mereka tidak dapat mengundurkannya sesaatpun dan tidak dapat (pula) memajukannya." (QS. Al-A'raf: 34)
Sebuah kenyataan bahwa manusia menyaksikan kematian. Berbagai faktor ditelusuri secara medis, namun tak seorangpun sanggup menghindar dan lari dari kematian.
Rasulullah bersabda: ada dua hal yang dibenci oleh manusia yaitu kematian dan kekurangan harta. Padahal kematian akan menghentikan manusia dari kesalahan dan dosa dan kekurangan harta akan meringankan hisab pada hari kiamat.
Menyikapi Kematian
1. Selalu Berbaik Sangka kepada Allah Ta’ala
Berbaik sangka kepada Allah atas segala yang menimpa, baik kesenangan atau kesusahan, sehat maupun sakit, kaya maupun miskin. Semua itu adalah bentuk cinta Allah Ta’ala kepada hamba-Nya. Allah Ta’ala berfirman dalam hadis qudsi, kasih sayang-Ku lebih luas dari murka-Ku. Dalam hadis lain, Allah Ta’ala berfirman: "Aku tergantung prasangka hamba-ku kepada-Ku. Apabila hamba berprasangka baik, maka baik akibatnya, namun apabila hamba berprasangka buruk, keburukan akan menimpa dirinya."
الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا ۚ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْغَفُورُ
"Dia yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun." (QS. Al-Mulk: 2)
أَحَسِبَ النَّاسُ أَنْ يُتْرَكُوا أَنْ يَقُولُوا آمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ
"Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan, kami telah beriman, sedang mereka tidak diuji lagi?" (QS. Al-Ankabut: 2)
2. Beramal Saleh
Hidup adalah perjuangan. Perjuangan antara kebenaran dan kebatilan, antara amal baik dan amal buruk dan antara keimanan dan kekafiran. Sebelum ajal datang, maka setiap manusia tidak boleh berhenti berjuang. Karena dunia adalah tempat beramal tanpa hisab sedangkan akhirat tempat hisab tanpa amal.
Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah bersabda: "Apabila anak Adam meninggal dunia, maka terputus amalnya kecuali tiga yaitu sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak soleh yang mendoakannya." (HR Muslim)
Hadis ini bukan menjelaskan bahwa doa orang hidup tidak sampai kepada orang yang telah mati. Hadis ini menegaskan bahwa kematian akan menghentikan gerakan amal seseorang kecuali tiga hal. Artinya, sekalipun orangnya sudah meninggal dunia, namun karyanya tetap bernilai.
Hadis ini mengajarkan agar selama masih hidup harus melakukan amal saleh yang permanen, manfaat di dunia dan akhirat, yaitu sedekah jariyah, ilmu yang manfaat dan anak soleh yang mendoakannya.
3. Membawa Bekal dalam Safar
Kematian bukan akhir perjalanan, tetapi kematian adalah awal perjalanan menuju perjalanan akhirat. Perjalanan masih panjang dan harus bawa bekal yang banyak. Allah Ta’ala memerintahkan agar setiap muslim mengejar akhirat dengan tidak melupakan dunia.
وَابْتَغِ فِيمَا آتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الْآخِرَةَ ۖ وَلَا تَنْسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا ۖ وَأَحْسِنْ كَمَا أَحْسَنَ اللَّهُ إِلَيْكَ ۖ وَلَا تَبْغِ الْفَسَادَ فِي الْأَرْضِ ۖ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِينَ
"Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. (QS. al-Qashas: 77).
"Semoga kita bisa mengambil hikmah dan iktibar dari wafatnya para ulama, wali-wali Allah dan orang-orang sholeh. Terkhusus saudara tercinta kami, Al-Habib Abdillah Bin Gasim Baharun. Kepergian mereka merupakan duka bagi umat Islam. Semoga Allah Ta'ala memuliakan para ulama dan mengangkat mereka ke tempat terpuji, Al-Faatihah," kata Habib Quraisy.
(rhs)