Memakmurkan Masjid dan Balasan Pahala yang Mengamalkannya
Jum'at, 09 April 2021 - 10:17 WIB
Sebagai tempat ibadah umat Islam, keberadaan masjid sangat penting sekali. Untuk itu, sudah sepantasnya umat muslim memakmurkan keberadaan masjid tersebut agar kita mendapat ganjaran pahala dari Allah SWT yang cukup besar.
Sebagaimana Allah Ta'ala firmankan :
اِنَّمَا يَعۡمُرُ مَسٰجِدَ اللّٰهِ مَنۡ اٰمَنَ بِاللّٰهِ وَالۡيَوۡمِ الۡاٰخِرِ وَاَ قَامَ الصَّلٰوةَ وَاٰتَى الزَّكٰوةَ وَلَمۡ يَخۡشَ اِلَّا اللّٰهَ فَعَسٰٓى اُولٰۤٮِٕكَ اَنۡ يَّكُوۡنُوۡا مِنَ الۡمُهۡتَدِيۡنَ
“Hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Hari kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah, maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS At-Taubah: 18).
Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di, pakar tafsir abad 14 H dalam kitab 'Tafsir as-Sa’di' menyatakan, memakmurkan masjid terbagi dua yaitu secara lahir dan batin. Lahir dimaknai secara fisik seperti bersih dan nyaman, sedangkan batin artinya digunakan untuk zikrullah dan syi’ar-syi’ar Islam seperti adzan, sholat berjama’ah, membaca Al-Qur’an, berzikir, dan kegiatan keagamaan seperti pengajian dan pendalaman agama.
Allah mencirikan orang yang pantas memakmurkan masjid ini dengan iman yang bermanfaat, mengerjakan amal saleh yang induknya adalah sholat dan zakat, dan memiliki rasa takut kepada Allah yang merupakan pangkal semua kebaikan. Karena rasa takut kepada Allah, mereka menjauhi larangan-Nya dan memperhatikan, melaksanakan kewajibannya.
Adapun orang yang tidak beriman kepada Allah dan hari akhir, dan tidak memiliki rasa takut kepada Allah, tidaklah pantas memakmurkan masjid Allah meskipun mengaku berhak memakmurkannya.
Allah Ta’ala mengkhususkan upaya memakmurkan masjid dalam bentuk amal-amal ibadah tersebut, karena itulah tujuan yang sebenarnya. Bukan hanya sekadar bermegah-megahan dengan bangunan masjidnya. Perkara-perkara seperti ini tidak ada nilainya dan tidak teranggap. Meski demikian, siapa saja yang membangun masjid dengan menginfakkan hartanya dengan niat meraih ridha Allah Ta’ala, juga untuk membantu kaum muslimin dalam menegakkan pelaksanaan ibadah kepada Allah Ta’ala, maka hal ini merupakan niat yang baik dan termasuk amal kebajikan.
Sebagaimana yang disebutkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam dalam sebuah hadisnya,
مَنْ بَنَى لِلَّهِ مَسْجِدًا بَنَى اللَّهُ لَهُ مِثْلَهُ فِي الجَنَّةِ
“Barangsiapa membangun masjid karena Allah Ta’ala, Allah akan buatkan yang semisal untuknya di surga”. (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah, shahih).
Pada sabda Nabi di atas tertulis “karena Allah”, menurut Syaikh As-Sa'di maksudnya tujuan membangun masjid adalah hanya untuk meraih pahala dan ridha Allah Ta’ala, bukan karena ingin berbangga diri di hadapan manusia, mendapatkan pujian atau agar namanya selalu dikenang sebagai orang yang membangun masjid tersebut, ini semua adalah niat yang batil, tidak benar, walau sebanyak apapun harta yang dia keluarkan untuk membangun masjid tersebut.
Maka, barangsiapa membangun masjid dengan niat yang ikhlas, maka termasuk amal yang paling utama. Lihatlah masjid yang dibangun oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, hanya terbuat dari batu dan pelepah kurma. Ketika hujan pun bocor. Tetapi masjid tersebut menjadi masjid yang mulia, karena memang dibangun di atas ketakwaan kepada Allah Ta’ala.
Karenanya, makmurkanlah masjid dengan memfungsikannya sebagaimana Rasulullah SAW dan para sahabat memfungsikan Masjid Nabawi. Rasulullah Shallallahu ’Alaihi wa sallam mencontohkan bagaimana memfungsikan masjid, setelah masjid itu berdiri secara fisik.
Imam Ibnul Jauzi juga mengatakan, “Yang dimaksud dengan memakmurkan masjid (dalam ayat ini) ada dua pendapat, yakni selalu mendatangi masjid dan berdiam di dalamnya (untuk beribadah kepada Allah Ta’ala), kedua membangun masjid dan memperbaikinya”.
Wallahu A'lam
Lihat Juga: Masjid Jogokariyan Yogyakarta : Mewujudkan Cita-cita Ummat, Salat Subuh Melebihi Salat Jumat
Sebagaimana Allah Ta'ala firmankan :
اِنَّمَا يَعۡمُرُ مَسٰجِدَ اللّٰهِ مَنۡ اٰمَنَ بِاللّٰهِ وَالۡيَوۡمِ الۡاٰخِرِ وَاَ قَامَ الصَّلٰوةَ وَاٰتَى الزَّكٰوةَ وَلَمۡ يَخۡشَ اِلَّا اللّٰهَ فَعَسٰٓى اُولٰۤٮِٕكَ اَنۡ يَّكُوۡنُوۡا مِنَ الۡمُهۡتَدِيۡنَ
“Hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Hari kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah, maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS At-Taubah: 18).
Baca Juga
Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di, pakar tafsir abad 14 H dalam kitab 'Tafsir as-Sa’di' menyatakan, memakmurkan masjid terbagi dua yaitu secara lahir dan batin. Lahir dimaknai secara fisik seperti bersih dan nyaman, sedangkan batin artinya digunakan untuk zikrullah dan syi’ar-syi’ar Islam seperti adzan, sholat berjama’ah, membaca Al-Qur’an, berzikir, dan kegiatan keagamaan seperti pengajian dan pendalaman agama.
Allah mencirikan orang yang pantas memakmurkan masjid ini dengan iman yang bermanfaat, mengerjakan amal saleh yang induknya adalah sholat dan zakat, dan memiliki rasa takut kepada Allah yang merupakan pangkal semua kebaikan. Karena rasa takut kepada Allah, mereka menjauhi larangan-Nya dan memperhatikan, melaksanakan kewajibannya.
Adapun orang yang tidak beriman kepada Allah dan hari akhir, dan tidak memiliki rasa takut kepada Allah, tidaklah pantas memakmurkan masjid Allah meskipun mengaku berhak memakmurkannya.
Allah Ta’ala mengkhususkan upaya memakmurkan masjid dalam bentuk amal-amal ibadah tersebut, karena itulah tujuan yang sebenarnya. Bukan hanya sekadar bermegah-megahan dengan bangunan masjidnya. Perkara-perkara seperti ini tidak ada nilainya dan tidak teranggap. Meski demikian, siapa saja yang membangun masjid dengan menginfakkan hartanya dengan niat meraih ridha Allah Ta’ala, juga untuk membantu kaum muslimin dalam menegakkan pelaksanaan ibadah kepada Allah Ta’ala, maka hal ini merupakan niat yang baik dan termasuk amal kebajikan.
Sebagaimana yang disebutkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam dalam sebuah hadisnya,
مَنْ بَنَى لِلَّهِ مَسْجِدًا بَنَى اللَّهُ لَهُ مِثْلَهُ فِي الجَنَّةِ
“Barangsiapa membangun masjid karena Allah Ta’ala, Allah akan buatkan yang semisal untuknya di surga”. (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah, shahih).
Pada sabda Nabi di atas tertulis “karena Allah”, menurut Syaikh As-Sa'di maksudnya tujuan membangun masjid adalah hanya untuk meraih pahala dan ridha Allah Ta’ala, bukan karena ingin berbangga diri di hadapan manusia, mendapatkan pujian atau agar namanya selalu dikenang sebagai orang yang membangun masjid tersebut, ini semua adalah niat yang batil, tidak benar, walau sebanyak apapun harta yang dia keluarkan untuk membangun masjid tersebut.
Maka, barangsiapa membangun masjid dengan niat yang ikhlas, maka termasuk amal yang paling utama. Lihatlah masjid yang dibangun oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, hanya terbuat dari batu dan pelepah kurma. Ketika hujan pun bocor. Tetapi masjid tersebut menjadi masjid yang mulia, karena memang dibangun di atas ketakwaan kepada Allah Ta’ala.
Karenanya, makmurkanlah masjid dengan memfungsikannya sebagaimana Rasulullah SAW dan para sahabat memfungsikan Masjid Nabawi. Rasulullah Shallallahu ’Alaihi wa sallam mencontohkan bagaimana memfungsikan masjid, setelah masjid itu berdiri secara fisik.
Imam Ibnul Jauzi juga mengatakan, “Yang dimaksud dengan memakmurkan masjid (dalam ayat ini) ada dua pendapat, yakni selalu mendatangi masjid dan berdiam di dalamnya (untuk beribadah kepada Allah Ta’ala), kedua membangun masjid dan memperbaikinya”.
Wallahu A'lam
Lihat Juga: Masjid Jogokariyan Yogyakarta : Mewujudkan Cita-cita Ummat, Salat Subuh Melebihi Salat Jumat
(wid)