Puasa Adalah Perisai dari 3 Perkara Ini!
Senin, 03 Mei 2021 - 09:52 WIB
Dalam Kitabnya Jami’ Al-‘Ulum, Hafidz Ibnu Rajab rahimahullah berkomentar dengan komentar yang indah: “Bila puasa adalah perisai dirinya dari berbagai maksiat (ketika didunia), maka diakhirat kelak, puasa tersebut lebih pantas menjadi perisainya dari azab neraka, namun apabila puasa tersebut tidak bisa menjadi perisai baginya dari maksiat ketika didunia, maka lebih-lebih lagi tidak akan menjadi perisai dirinya dari api neraka diakhirat kelak”.
3. Puasa adalah perisai dan tameng dari berbagai musibah dan bencana.
Ini merupakan kesimpulan dari dalil: hadis yang dinukil oleh Al-Hafidz As-Suyuthi dalam Al-Jami’ Ash-Shaghir bahwa Ibnu Najjaar meriwayatkan dari Hafshah dan Aisyah radhiyallahu’anhuma bahwa Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam:
إن الصيام جنة من النار ومن بوائق الدهر
Artinya: “Sesungguhnya puasa adalah perisai dari api neraka, dan perisai dari musibah dan bencana zaman”.
As-Suyuthi berkata: “Diriwayatkan oleh Ibnu Najjar” dan menandainya sebagai hadis Dhoif. (lihat: Faidh Al-Qadir: 5059 dan At-Tanwir Syarh Al-Jami’ Ash-Shaghir: 5042).
Walaupun hadis ini dhoif, bahkan munkar, namun makna dan kandungannya benar, sebab semua jenis ibadah bisa membentengi seseorang dari berbagai bencana dan musibah.
Allah ta’ala berfirman:
وَمَا أَصَابَكُمْ مِّنْ مُّصِيْبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيْكُمْ وَيَعْفُوْ عَنْ كَثِيْرٍ
Artinya: Dan musibah apa pun yang menimpa kalian adalah karena perbuatan-perbuatan tangan kalian sendiri, dan Allah memaafkan banyak (dari kesalahanmu). (QS Asy Syura; 30).
Ayat ini mengisyaratkan bahwa penyebab turunnya bencana adalah dosa dan maksiat, juga mengindikasikan bahwa ibadah dan kebaikan pasti akan menolak bala dan berbagai bencana dan musibah.
Mengenai keutamaan puasa sebagai perisai ini, merupakan sebuah keutamaan yang agung dan besar bagi setiap orang yang berpuasa, oleh sebab itu tidak heran bila Al-‘Allaamah Ash-Shan’ani rahimahullah menukil dari Imam Ibnu Abdil-Barr rahimahullah bahwa beliau berkata: “Cukuplah ini (puasa adalah perisai) sebagai karunia dan keutamaan bagi orang yang berpuasa, selama ia tidak mencoreng puasanya (mengurangi pahalanya) dengan ghibah dan dusta”. (At-Tanwir Syarh Al-Jami’ Ash-Shaghir 7/89).
Wallahu A'lam
3. Puasa adalah perisai dan tameng dari berbagai musibah dan bencana.
Ini merupakan kesimpulan dari dalil: hadis yang dinukil oleh Al-Hafidz As-Suyuthi dalam Al-Jami’ Ash-Shaghir bahwa Ibnu Najjaar meriwayatkan dari Hafshah dan Aisyah radhiyallahu’anhuma bahwa Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam:
إن الصيام جنة من النار ومن بوائق الدهر
Artinya: “Sesungguhnya puasa adalah perisai dari api neraka, dan perisai dari musibah dan bencana zaman”.
As-Suyuthi berkata: “Diriwayatkan oleh Ibnu Najjar” dan menandainya sebagai hadis Dhoif. (lihat: Faidh Al-Qadir: 5059 dan At-Tanwir Syarh Al-Jami’ Ash-Shaghir: 5042).
Walaupun hadis ini dhoif, bahkan munkar, namun makna dan kandungannya benar, sebab semua jenis ibadah bisa membentengi seseorang dari berbagai bencana dan musibah.
Allah ta’ala berfirman:
وَمَا أَصَابَكُمْ مِّنْ مُّصِيْبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيْكُمْ وَيَعْفُوْ عَنْ كَثِيْرٍ
Artinya: Dan musibah apa pun yang menimpa kalian adalah karena perbuatan-perbuatan tangan kalian sendiri, dan Allah memaafkan banyak (dari kesalahanmu). (QS Asy Syura; 30).
Ayat ini mengisyaratkan bahwa penyebab turunnya bencana adalah dosa dan maksiat, juga mengindikasikan bahwa ibadah dan kebaikan pasti akan menolak bala dan berbagai bencana dan musibah.
Mengenai keutamaan puasa sebagai perisai ini, merupakan sebuah keutamaan yang agung dan besar bagi setiap orang yang berpuasa, oleh sebab itu tidak heran bila Al-‘Allaamah Ash-Shan’ani rahimahullah menukil dari Imam Ibnu Abdil-Barr rahimahullah bahwa beliau berkata: “Cukuplah ini (puasa adalah perisai) sebagai karunia dan keutamaan bagi orang yang berpuasa, selama ia tidak mencoreng puasanya (mengurangi pahalanya) dengan ghibah dan dusta”. (At-Tanwir Syarh Al-Jami’ Ash-Shaghir 7/89).
Wallahu A'lam
(wid)