Hati-hati, Anak Buah Iblis Selalu Mengincar Perceraian
Selasa, 22 Juni 2021 - 15:06 WIB
Sesungguhnya anak buah Iblis , yakni setan, sangat bersemangat untuk menceraikan antara seorang laki-laki dengan istrinya. Hubungan suami Istri akan dicoba dirusak setan dengan memisahkannya setelah terjadi pernikahan sah .
Sehingga disebutkan di dalam sebagian hadis yang shahih:
أن الشيطان يرسل أولاده ليحارشوا بين الناس ، فيقول أحدهم : ما زلت به حتى فارق امرأته ، فيقول له : أنت أنت ، وفي حديث آخر : ما زلت به حتى قتل ، فيقول له : أنت أنت.
"Bahwasannya setan mengutus anak-anaknya untuk merusak di antara manusia, maka salah seorang dari mereka berkata:
"Aku akan bersamanya sampai dia menceraikan istrinya"
Maka Setan pun berkata kepadanya:
"Kamu hebat"
Dan di dalam hadis yang lain disebutkan :
Aku akan senantiasa bersamanya sampai dia membunuh, maka setan pun berkata:
"Kamu hebat".
Dan usaha setan ini sudah jadi kenyataan. Problem suami istri dengan efek perceraiannya sudah menjadi hal yang mahfum (biasa) di rumah-rumah orang-orang muslim. Hal ini menjadi problem sendiri di kalangan umat.
Asy Syaikh Al-Allamah Muqbil Ibnu Hadi Al-Wadi'i rahimahullah, berpendapat, sejatinya adalah suami istri hendaknya melakukan tolong menolong dalam hal melakukan kebaikan dan ketakwaan dan saling mengisi dalam hal kesabaran di dalam masalah rumah tangga.
Beliau menasihatkan hendaknya pada suami dan istrk untuk sama-sama berakhlak mulia. Maka seyogyanya bagi seorang laki-laki untuk berbuat baik terhadap istrinya. Hal ini sebagaimana telah dinasihatkan Rasulullah di dalam hadis hadis:
" استوصوا بالنساء خيرا فإنما هن عوان عندكم "
"Berilah wasiat terhadap para wanita dengan kebaikan karena sesungguhnya mereka adalah penolong disisi kalian" Yakni mereka seperti tawanan.
Dan Allah subhanahu wa ta'ala berfirman:
ولا تنسوا الفضل بينكم
Dan jangan kalian lupakan keutamaan diantara kalian.
Seorang wanita adalah lemah, Rasulullah shalallahu alaihi wa salam bersabda kepada Anjasyah beliau adalah pengendali unta :
مهلا بالقوارير
“Wahai Anjasyah, pelan-pelanlah terhadap kaca-kaca tersebut.” Yakni para wanita yang berada di atas unta,
Terkadang unta tersebut cepat jalannya sehingga jatuhlah dengan sebab itu orang yang berada di atasnya,
Para wanita diibaratkan seperti kaca, semestinya untuk diberlakukan kebaikan padanya. Allah subhanahu wa ta'ala berfirman:
ومن آياته أن خلق لكم من أنفسكم أزواجا لتسكنوا إليها وجعل بينكم مودة ورحمة
"Termasuk dari tanda-tanda kebesaran Allah Dia menciptakan untuk kalian, dari kalian istri-istri kalian agar kalian merasa tenang dengannya, dan Dia jadikan diantara kalian rasa cinta dan kasih sayang." (Ar-Rum : 21).
Allah subhanahu wa ta'ala berfirman:
هو الذي خلقكم من نفس واحدة وجعل منها زوجها ليسكن إليها
"Dialah yang telah menciptakan kalian dari satu jiwa, dan dari jiwa tersebut Allah ciptakan istrinya agar dia merasa tenang terhadapnya" (Al-A'raf: 189)
Demikian pula wanita, wajib untuk bertakwa kepada Allah dalam urusan suaminya suaminya pergi bekerja, dan bekerja sepanjang harinya, Tidak selayaknya ketika dia pulang, sang istri menghitungnya pada setiap (kekurangan) yang besar dan yang kecil bahkan wajib baginya untuk menjadi sebaik-baik penolong bagi suaminya.
Contohlah apa yang terjadi pada Khadijah, sebagaimana yang beliau radhiyallahuanha kataka. Yakni ketika Nabi mendatanginya dalam keadaan diri beliau shalallahu alaihi wa salam dipenuhi dengan rasa takut, dikarenakan beliau shalallahu alaihi wa salam ketika itu melihat Jibril dan didekap oleh Jibril (diawal mula turun wahyu), beliau khawatir bahwa itu adalah setan atau yang lainnya,
Maka Khadijah radhiyallahuanha berkata untuk menenangkan suaminya kepada beliau shalallahu alaihi wa salam:
"Sekali-kali tidak !
Allah tidak akan menghinakanmu sungguh engkau adalah seorang yang menyambung silaturahmi dan membantu orang-orang yang kekurangan".
Maka yang semestinya bagi seorang wanita adalah untuk bertakwa kepada Allah subhanahu wa ta'ala dalam urusan suaminya dan bersabar terhadapnya, setelah berjalannya waktu nanti akan datang anak-anak mereka, yang akan menyibukkan mereka.
Adapun apabila seseorang muslim sunni (yang mengamalkan sunnah) menikah dan cerai, menikah dan cerai lagi, hal yang demikian itu terkadang menjadi sebab larinya para wanita dari sunnah (Nabi shallallahu alaihi wa salam) , maka seyogyanya menyibukkan diri mereka dengan ilmu dan ibadah, Allahlah yang menyatukan di antara kedua suami istri.
Wallahu A'lam
Sehingga disebutkan di dalam sebagian hadis yang shahih:
أن الشيطان يرسل أولاده ليحارشوا بين الناس ، فيقول أحدهم : ما زلت به حتى فارق امرأته ، فيقول له : أنت أنت ، وفي حديث آخر : ما زلت به حتى قتل ، فيقول له : أنت أنت.
"Bahwasannya setan mengutus anak-anaknya untuk merusak di antara manusia, maka salah seorang dari mereka berkata:
"Aku akan bersamanya sampai dia menceraikan istrinya"
Maka Setan pun berkata kepadanya:
"Kamu hebat"
Dan di dalam hadis yang lain disebutkan :
Aku akan senantiasa bersamanya sampai dia membunuh, maka setan pun berkata:
"Kamu hebat".
Dan usaha setan ini sudah jadi kenyataan. Problem suami istri dengan efek perceraiannya sudah menjadi hal yang mahfum (biasa) di rumah-rumah orang-orang muslim. Hal ini menjadi problem sendiri di kalangan umat.
Asy Syaikh Al-Allamah Muqbil Ibnu Hadi Al-Wadi'i rahimahullah, berpendapat, sejatinya adalah suami istri hendaknya melakukan tolong menolong dalam hal melakukan kebaikan dan ketakwaan dan saling mengisi dalam hal kesabaran di dalam masalah rumah tangga.
Beliau menasihatkan hendaknya pada suami dan istrk untuk sama-sama berakhlak mulia. Maka seyogyanya bagi seorang laki-laki untuk berbuat baik terhadap istrinya. Hal ini sebagaimana telah dinasihatkan Rasulullah di dalam hadis hadis:
" استوصوا بالنساء خيرا فإنما هن عوان عندكم "
"Berilah wasiat terhadap para wanita dengan kebaikan karena sesungguhnya mereka adalah penolong disisi kalian" Yakni mereka seperti tawanan.
Dan Allah subhanahu wa ta'ala berfirman:
ولا تنسوا الفضل بينكم
Dan jangan kalian lupakan keutamaan diantara kalian.
Seorang wanita adalah lemah, Rasulullah shalallahu alaihi wa salam bersabda kepada Anjasyah beliau adalah pengendali unta :
مهلا بالقوارير
“Wahai Anjasyah, pelan-pelanlah terhadap kaca-kaca tersebut.” Yakni para wanita yang berada di atas unta,
Terkadang unta tersebut cepat jalannya sehingga jatuhlah dengan sebab itu orang yang berada di atasnya,
Para wanita diibaratkan seperti kaca, semestinya untuk diberlakukan kebaikan padanya. Allah subhanahu wa ta'ala berfirman:
ومن آياته أن خلق لكم من أنفسكم أزواجا لتسكنوا إليها وجعل بينكم مودة ورحمة
"Termasuk dari tanda-tanda kebesaran Allah Dia menciptakan untuk kalian, dari kalian istri-istri kalian agar kalian merasa tenang dengannya, dan Dia jadikan diantara kalian rasa cinta dan kasih sayang." (Ar-Rum : 21).
Allah subhanahu wa ta'ala berfirman:
هو الذي خلقكم من نفس واحدة وجعل منها زوجها ليسكن إليها
"Dialah yang telah menciptakan kalian dari satu jiwa, dan dari jiwa tersebut Allah ciptakan istrinya agar dia merasa tenang terhadapnya" (Al-A'raf: 189)
Demikian pula wanita, wajib untuk bertakwa kepada Allah dalam urusan suaminya suaminya pergi bekerja, dan bekerja sepanjang harinya, Tidak selayaknya ketika dia pulang, sang istri menghitungnya pada setiap (kekurangan) yang besar dan yang kecil bahkan wajib baginya untuk menjadi sebaik-baik penolong bagi suaminya.
Contohlah apa yang terjadi pada Khadijah, sebagaimana yang beliau radhiyallahuanha kataka. Yakni ketika Nabi mendatanginya dalam keadaan diri beliau shalallahu alaihi wa salam dipenuhi dengan rasa takut, dikarenakan beliau shalallahu alaihi wa salam ketika itu melihat Jibril dan didekap oleh Jibril (diawal mula turun wahyu), beliau khawatir bahwa itu adalah setan atau yang lainnya,
Maka Khadijah radhiyallahuanha berkata untuk menenangkan suaminya kepada beliau shalallahu alaihi wa salam:
"Sekali-kali tidak !
Allah tidak akan menghinakanmu sungguh engkau adalah seorang yang menyambung silaturahmi dan membantu orang-orang yang kekurangan".
Maka yang semestinya bagi seorang wanita adalah untuk bertakwa kepada Allah subhanahu wa ta'ala dalam urusan suaminya dan bersabar terhadapnya, setelah berjalannya waktu nanti akan datang anak-anak mereka, yang akan menyibukkan mereka.
Adapun apabila seseorang muslim sunni (yang mengamalkan sunnah) menikah dan cerai, menikah dan cerai lagi, hal yang demikian itu terkadang menjadi sebab larinya para wanita dari sunnah (Nabi shallallahu alaihi wa salam) , maka seyogyanya menyibukkan diri mereka dengan ilmu dan ibadah, Allahlah yang menyatukan di antara kedua suami istri.
Wallahu A'lam
(wid)
Lihat Juga :