Karpet Saudagar Kaya Raya dan Permintaan Seorang Ulama
Kamis, 08 Juli 2021 - 17:35 WIB
Ada banyak keutamaan dalam sedekah , salah satunya menghindarkan kita dari marabahaya atau musibah. Tentang keajaiban sedekah sebagai penolak malapetaka ini tercantum dalam sebuah kisah yang terdapat dalam kitab al-Nawadir karya Ahmad Shihabuddin bin Salamah al-Qalyubi
Selain memahami bahwa sedekah yang diberikan akan menolong pelakunya, kisah yang akan dipaparkan di bawah ini, menunjukkan betapa kita hendaknya menghormati ulama dan taat pada perintahnya (tentu seorang ulama yang sungguhan). Berikut kisahnya:
Diceritakan ada seorang saudagar kaya raya dan memiliki dua anak yang sedang melakukan perjalanan ke negeri India. Suatu hari, tanpa ada kedua anaknya di rumah, si saudagar kedatangan tamu seorang yang dikenal sebagai ulama besar di kotanya. Ia pun menyambut dan menghormatinya secara maksimal.
Ketika berada di dalam rumah si saudagar, sang ulama mengamati isi rumah itu. Dari sekian banyak perabot dan barang-barang yang ada di sana, ternyata ada yang membuat sang ulama tertarik untuk memilikinya, yakni dua buah karpet yang sangat bagus nan mahal. Ia mengutarakan keinginannya itu kepada saudagar kaya tersebut, namun si saudagar menolaknya.
“Aku akan memberikan apapun kepada Anda asal bukan dua karpet itu,” kata saudagar.
“Tidak, aku hanya menginginkan karpet itu,” jawab sang ulama tegas.
Si saudagar pun akhirnya mengiyakan, namun hanya satu. “Jika Anda tetap bersikeras untuk memilikinya, maka aku persilakan untuk mengambil satu saja!”. Satu karpet itu pun akhirnya dibawa pulang oleh sang ulama.
Di India sana, dua anak (sebut saja A dan B) si saudagar ternyata sedang naik dua kapal yang berbeda, namun dalam waktu yang bersamaan. Saat itu, angin lautan yang begitu indah ternyata tiba-tiba berubah menjadi badai yang memporak-porandakan dua kapal itu dan seluruh apa yang di dalamnya.
Tak ayal, hal itu membuat siapa saja yang ada di sana bingung dan khawatir. Bahkan karena tak yang ada yang bisa diupayakan untuk menyemalamatkan diria, mereka hanya bisa pasrah kepada Allah saja.
Dalam keadaan yang gawat dan kacau balau itu, tiba-tiba sang ulama yang meminta karpet kepada saudagar tadi datang. Ulama itu datang dengan membaawa karpet tersebut. Karpet itu, oleh sang ulama, dibuat untuk menyumbat bagian kapal (yang dinaiki anak A) yang bocor akibat badai. Hingga akhirnya kapal pun bisa berlayar dengan selamat. Namun, sayangnya, kapal yang lain, yang dinaiki anak B tenggelam.
Kabar tentang musibah itu pun akhirnya sampai ke telinga si saudagar kaya raya itu. Ia juga mendapat laporan bahwa hanya satu anaknya yang selamat. Ketika kapal yang selamat dikabarkan akan tiba di pelabuhan, si saudagar itu pun langsung bergegas menjemput anaknya si A itu.
Bertemu sang buah hati, si saudagar merasa curiga. Pasalnya, si anak A datang masih hidup itu membawa karpet yang yang tempo hari ia berikan kepada sang ulama yang datang ke rumahnya itu. Ia pun menanyakan bagaimana kisah karpet itu sehingga bisa berada di tangan sang anak.
“Ada kisah ajaib di balik karpet ini,” jawab si anak A.
“Apa itu?,” tanya si saudagar penasaran.
“Seorang ulama telah datang menyelamatkan kami dengan cara menyumbat bagian kapal yang bocor dengan karpet ini,” jawab si anak.
“Jika kelak engkau bertemu dengan ulama itu, apakah engkau masih bisa mengenali wajahnya?,” tanya saudagar kaya ke anaknya.
Selain memahami bahwa sedekah yang diberikan akan menolong pelakunya, kisah yang akan dipaparkan di bawah ini, menunjukkan betapa kita hendaknya menghormati ulama dan taat pada perintahnya (tentu seorang ulama yang sungguhan). Berikut kisahnya:
Diceritakan ada seorang saudagar kaya raya dan memiliki dua anak yang sedang melakukan perjalanan ke negeri India. Suatu hari, tanpa ada kedua anaknya di rumah, si saudagar kedatangan tamu seorang yang dikenal sebagai ulama besar di kotanya. Ia pun menyambut dan menghormatinya secara maksimal.
Ketika berada di dalam rumah si saudagar, sang ulama mengamati isi rumah itu. Dari sekian banyak perabot dan barang-barang yang ada di sana, ternyata ada yang membuat sang ulama tertarik untuk memilikinya, yakni dua buah karpet yang sangat bagus nan mahal. Ia mengutarakan keinginannya itu kepada saudagar kaya tersebut, namun si saudagar menolaknya.
“Aku akan memberikan apapun kepada Anda asal bukan dua karpet itu,” kata saudagar.
“Tidak, aku hanya menginginkan karpet itu,” jawab sang ulama tegas.
Baca Juga
Si saudagar pun akhirnya mengiyakan, namun hanya satu. “Jika Anda tetap bersikeras untuk memilikinya, maka aku persilakan untuk mengambil satu saja!”. Satu karpet itu pun akhirnya dibawa pulang oleh sang ulama.
Di India sana, dua anak (sebut saja A dan B) si saudagar ternyata sedang naik dua kapal yang berbeda, namun dalam waktu yang bersamaan. Saat itu, angin lautan yang begitu indah ternyata tiba-tiba berubah menjadi badai yang memporak-porandakan dua kapal itu dan seluruh apa yang di dalamnya.
Tak ayal, hal itu membuat siapa saja yang ada di sana bingung dan khawatir. Bahkan karena tak yang ada yang bisa diupayakan untuk menyemalamatkan diria, mereka hanya bisa pasrah kepada Allah saja.
Dalam keadaan yang gawat dan kacau balau itu, tiba-tiba sang ulama yang meminta karpet kepada saudagar tadi datang. Ulama itu datang dengan membaawa karpet tersebut. Karpet itu, oleh sang ulama, dibuat untuk menyumbat bagian kapal (yang dinaiki anak A) yang bocor akibat badai. Hingga akhirnya kapal pun bisa berlayar dengan selamat. Namun, sayangnya, kapal yang lain, yang dinaiki anak B tenggelam.
Kabar tentang musibah itu pun akhirnya sampai ke telinga si saudagar kaya raya itu. Ia juga mendapat laporan bahwa hanya satu anaknya yang selamat. Ketika kapal yang selamat dikabarkan akan tiba di pelabuhan, si saudagar itu pun langsung bergegas menjemput anaknya si A itu.
Bertemu sang buah hati, si saudagar merasa curiga. Pasalnya, si anak A datang masih hidup itu membawa karpet yang yang tempo hari ia berikan kepada sang ulama yang datang ke rumahnya itu. Ia pun menanyakan bagaimana kisah karpet itu sehingga bisa berada di tangan sang anak.
“Ada kisah ajaib di balik karpet ini,” jawab si anak A.
“Apa itu?,” tanya si saudagar penasaran.
“Seorang ulama telah datang menyelamatkan kami dengan cara menyumbat bagian kapal yang bocor dengan karpet ini,” jawab si anak.
“Jika kelak engkau bertemu dengan ulama itu, apakah engkau masih bisa mengenali wajahnya?,” tanya saudagar kaya ke anaknya.