Nabi Yusuf AS Tak Sekadar Mentakwilkan Mimpi Sang Raja

Selasa, 21 April 2020 - 08:32 WIB
Nabi Yusuf tidak hanya mentakwilkan mimpi sang raja tetapi memberi solusi langkah-langkah strategis untuk mengatasinya. Foto/Ilustrasi: Ist
Nabi Yusuf adalah putra Nabi Ya’qub AS, kakeknya adalah Nabi Ishak AS, dan kakek buyutnya adalah Nabi Ibrahim AS. Jadi nama lengkap beliau adalah Yusuf bin Ya’qub bin Ishaq bin Ibrahim.

Allah mengisahkan tentang perjalanan hidup Nabi Yusuf kepada Nabi Muhammad SAW di dalam surat Yusuf. Bahkan seluruh isi surat itu menceritakan tentang Nabi Yusuf. Kini, kisah Nabi Yusuf bisa menjadi pelajaran berharga tatkala dunia mengalami masalah ekonomi yang kronis menyusul serangan virus corona.

Nabi Yusuf AS adalah seorang ekonom yang ulung dan futuristik. Seperti tercermin oleh sikapnya menafsirkan mimpi raja.

وَقَالَ الْمَلِكُ إِنِّي أَرَىٰ سَبْعَ بَقَرَاتٍ سِمَانٍ يَأْكُلُهُنَّ سَبْعٌ عِجَافٌ وَسَبْعَ سُنْبُلَاتٍ خُضْرٍ وَأُخَرَ يَابِسَاتٍ ۖ يَا أَيُّهَا الْمَلَأُ أَفْتُونِي فِي رُؤْيَايَ إِنْ كُنْتُمْ لِلرُّؤْيَا تَعْبُرُونَ

Raja berkata (kepada orang-orang terkemuka dari kaumnya): "Sesungguhnya aku bermimpi melihat tujuh ekor sapi betina yang gemuk-gemuk dimakan oleh tujuh ekor sapi betina yang kurus-kurus dan tujuh bulir (gandum) yang hijau dan tujuh bulir lainnya yang kering". Hai orang-orang yang terkemuka: "Terangkanlah kepadaku tentang ta'bir mimpiku itu jika kamu dapat mena'birkan mimpi". (QS Yusuf 43)



Bagi para ahli nujum dan cendekiawan di lingkungan raja, mimpi tersebut hanyalah mimpi biasa, yang memberi gambaran tentang masa depan tanpa tahu seperti apa.

Tapi bagi Nabi Yusuf, mimpi sang raja adalah indikator ekonomi yang memiliki nilai prediktif. M. Quraish Shihab dalam tafsir al-Misbah menjelaskan, menurut Nabi Yusuf mimpi itu sebagai isyarat bagi raja agar mengambil langkah-langkah menyelamatkan masyarakat dari krisis pangan.

Pada masanya, mimpi bisa menjadi salah satu sumber pengetahuan yang dibenarkan. Namun dalam konteks ini, mimpi sang raja merupakan indikator-indikator ekonomi yang hanya bisa dipahami oleh para ahli ekonomi. Dan kemampuan itu ada pada Nabi Yusuf.

Reputasi futuristik Nabi Yusuf sudah terbentuk sejak kecil ketika ia menyatakan mimpinya kepada ayahnya. Dan terasah dengan baik ketika di penjara.

Pribadinya yang jujur dan amanah membuatnya menjadi orang yang dipercaya. Tidak mungkin seorang raja akan percaya pada seseorang yang tidak kompeten atau diragukan reputasinya, baik keilmuan maupun kualitas personal.

Langkah Strategis

Nabi Yusuf AS tidak hanya mentakwilkan mimpi sang raja tetapi memberi solusi langkah-langkah strategis untuk mengatasinya.

Itu yang memukau sang raja. Nabi Yusuf menawarkan langkah-langkah—yang bukan hanya mudah dimengerti—tapi juga implementatif.

قَالَ تَزْرَعُونَ سَبْعَ سِنِينَ دَأَبًا فَمَا حَصَدْتُمْ فَذَرُوهُ فِي سُنْبُلِهِ إِلَّا قَلِيلًا مِمَّا تَأْكُلُونَ

Yusuf berkata: ‘Supaya kamu bertanam tujuh tahun (lamanya) sebagaimana biasa, maka apa yang kamu tuai (petik) hendaklah kamu biarkan dibulirnya kecuali sedikit untuk kamu makan. (QS Yusuf 47).

ثُمَّ يَأْتِي مِنْ بَعْدِ ذَٰلِكَ سَبْعٌ شِدَادٌ يَأْكُلْنَ مَا قَدَّمْتُمْ لَهُنَّ إِلَّا قَلِيلًا مِمَّا تُحْصِنُونَ

Kemudian sesudah itu akan datang tujuh tahun yang amat sulit, yang menghabiskan apa yang kamu simpan untuk menghadapinya (tahun sulit), kecuali sedikit dari bibit gandum yang akan kamu simpan. (QS Yusuf 48).

ثُمَّ يَأْتِي مِنْ بَعْدِ ذَٰلِكَ عَامٌ فِيهِ يُغَاثُ النَّاسُ وَفِيهِ يَعْصِرُونَ

Kemudian setelah itu akan datang tahun yang padanya manusia diberi hujan (dengan cukup) dan di masa mereka memeras anggur.” (QS Yusuf 49).
Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
Halaman :
Hadits of The Day
Dari Aisyah Ummul Mukminin, bahwa ia berkata:  Sudah biasa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berpuasa beberapa hari, hingga kami mengira bahwa beliau akan berpuasa terus. Namun beliau juga biasa berbuka (tidak puasa) beberapa hari hingga kami mengira bahwa beliau akan tidak puasa terus. Dan aku tidak pernah melihat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menyempurnakan puasanya sebulan penuh, kecuali Ramadhan.  Dan aku juga tidak pernah melihat beliau puasa sunnah dalam sebulan yang lebih banyak daripada puasanya ketika bulan Sya'ban.

(HR. Muslim No. 1956)
Artikel Terkait
Al-Qur'an, Bacalah!
Rekomendasi
Terpopuler
Artikel Terkini More