Macam-macam Hadis Lengkap dengan Penjelasannya
Kamis, 23 September 2021 - 05:15 WIB
Umat Islam pasti tak lepas dari yang namanya Hadis (الحديث) atau Al-Hadits. Sebagaimana diketahui, sumber hukum Islam ada 4 yaitu Al-Qur'an, Hadis (sunnah Nabi), Ijma (kesepakatan ulama), dan Qiyas.
Hadis secara harfiah berarti berbicara, perkataan atau percakapan. Istilah hadis berarti melaporkan, mencatat sebuah pernyataan dan tingkah laku dari Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam, sebagai manusia yang diutus untuk diikuti dan diteladani seluruh manusia.
Menurut istilah ulama ahli hadis, Hadis adalah apa yang diriwayatkan dari Nabi Muhammad baik berupa perkataan, perbuatan, ketetapannya, sifat jasmani atau sifat akhlak, perjalanan setelah diangkat sebagai Nabi dan terkadang sebelumnya. Sehingga arti hadis di sini semakna dengan Sunnah.
Para ulama Ahli Hadis membagi hadis berdasarkan beberapa klasifikasi. Berikut penjelasan lengkapnya:
Berdasarkan Tingkat Kualitas Keaslian Hadis
Tingkatan hadis pada klasifikasi ini terbagi menjadi 4 tingkat yakni Shahih, Hasan, Dha'if dan Maudlu'.
1. Hadis Sahih
Yaitu tingkatan tertinggi penerimaan pada suatu hadis. Hadis shahih memenuhi persyaratan sebagai berikut:
- Sanadnya bersambung
- Diriwayatkan oleh para penutur/perawi yang adil
- Memiliki sifat istiqomah, berakhlak baik, tidak fasik, terjaga muruah(kehormatan)-nya, dan kuat ingatannya.
- Matannya tidak mengandung kejanggalan/bertentangan (syadz) serta tidak ada sebab tersembunyi atau tidak nyata yang mencacatkan hadis (’illat).
Mahmud Thahan dalam Taisir Musthalahil Hadits menjelaskan hadits shahih adalah:
ما اتصل سنده بنقل العدل الظابط عن مثله إلى منتهاه من غير شذوذ ولا علة
"Setiap hadits yang rangkaian sanadnya bersambung, diriwayatkan oleh perawi yang adil dan dhabit dari awal sampai akhir sanad, tidak terdapat di dalamnya Syadz dan 'illah."
2. Hadis Hasan
Hadis Hasan dan Sahih hampir sama. Namun, perbedaannya ada sedikit kelemahan pada perawinya misalnya diriwayatkan oleh perawi yang adil namun tidak sempurna ingatannya. Namun matannya tidak syadz atau cacat. Perbedaan dari kedua jenis hadis ini adalah kualitas hafalan perawi hadits hasan tidak sekuat hadits shahih.
Ulama hadits sebenarnya berbeda-beda dalam mendefenisikan hadits hasan. Menurut Mahmud Thahhan, defenisi yang mendekati kebenaran adalah definisi yang dibuat Ibnu Hajar. Menurut beliau hadits Hasan ialah:
هو ما اتصل سنده بنقل العدل الذي خف ضبطه عن مثله إلى منتهاه من غير شذوذ ولا علة
"Hadits yang sanadnya bersambung, diriwayatkan oleh perawi adil, namun kualitas hafalannya tidak seperti hadits shahih, tidak terdapat syadz dan ‘illah."
Hadis secara harfiah berarti berbicara, perkataan atau percakapan. Istilah hadis berarti melaporkan, mencatat sebuah pernyataan dan tingkah laku dari Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam, sebagai manusia yang diutus untuk diikuti dan diteladani seluruh manusia.
Menurut istilah ulama ahli hadis, Hadis adalah apa yang diriwayatkan dari Nabi Muhammad baik berupa perkataan, perbuatan, ketetapannya, sifat jasmani atau sifat akhlak, perjalanan setelah diangkat sebagai Nabi dan terkadang sebelumnya. Sehingga arti hadis di sini semakna dengan Sunnah.
Para ulama Ahli Hadis membagi hadis berdasarkan beberapa klasifikasi. Berikut penjelasan lengkapnya:
Berdasarkan Tingkat Kualitas Keaslian Hadis
Tingkatan hadis pada klasifikasi ini terbagi menjadi 4 tingkat yakni Shahih, Hasan, Dha'if dan Maudlu'.
1. Hadis Sahih
Yaitu tingkatan tertinggi penerimaan pada suatu hadis. Hadis shahih memenuhi persyaratan sebagai berikut:
- Sanadnya bersambung
- Diriwayatkan oleh para penutur/perawi yang adil
- Memiliki sifat istiqomah, berakhlak baik, tidak fasik, terjaga muruah(kehormatan)-nya, dan kuat ingatannya.
- Matannya tidak mengandung kejanggalan/bertentangan (syadz) serta tidak ada sebab tersembunyi atau tidak nyata yang mencacatkan hadis (’illat).
Mahmud Thahan dalam Taisir Musthalahil Hadits menjelaskan hadits shahih adalah:
ما اتصل سنده بنقل العدل الظابط عن مثله إلى منتهاه من غير شذوذ ولا علة
"Setiap hadits yang rangkaian sanadnya bersambung, diriwayatkan oleh perawi yang adil dan dhabit dari awal sampai akhir sanad, tidak terdapat di dalamnya Syadz dan 'illah."
2. Hadis Hasan
Hadis Hasan dan Sahih hampir sama. Namun, perbedaannya ada sedikit kelemahan pada perawinya misalnya diriwayatkan oleh perawi yang adil namun tidak sempurna ingatannya. Namun matannya tidak syadz atau cacat. Perbedaan dari kedua jenis hadis ini adalah kualitas hafalan perawi hadits hasan tidak sekuat hadits shahih.
Ulama hadits sebenarnya berbeda-beda dalam mendefenisikan hadits hasan. Menurut Mahmud Thahhan, defenisi yang mendekati kebenaran adalah definisi yang dibuat Ibnu Hajar. Menurut beliau hadits Hasan ialah:
هو ما اتصل سنده بنقل العدل الذي خف ضبطه عن مثله إلى منتهاه من غير شذوذ ولا علة
"Hadits yang sanadnya bersambung, diriwayatkan oleh perawi adil, namun kualitas hafalannya tidak seperti hadits shahih, tidak terdapat syadz dan ‘illah."