Ibn al-Haitham: Ilmuwan Gila Penemu Kamera, Jungkir Balikkan Teori Pemikir Yunani
Senin, 27 September 2021 - 18:26 WIB
Munculnya Inspirasi Monumental
Selama di dalam rumah tersebut, Ibnu Haitham berada di bawah perlindungan permanen dari pemerintah Fatimiyah. Hal ini memang diwajibkan oleh hukum untuk memastikan keselamatannya dan keselamatan orang lain. Tapi yang paling menyedihkan, selama masa pengurungan tersebut, Ibnu Haitham harus berpisah sementara waktu dari wacana dan diskusi yang biasa dia lakukan.
Namun demikian, ternyata pada kondisi inilah inspirasi monumental itu muncul. Menurut legenda, suatu hari dia melihat cahaya bersinar melalui lubang kecil ke kamarnya yang gelap. Cahaya tersebut memproyeksikan gambar dunia di luar ke dinding yang berlawanan, sehingga menampilkan bayangan. Dia memulai menyadari bahwa fenomena tersebut terjadi akibat benda-benda yang berada di luar diterangi oleh cahaya matahari.
Dari percobaan yang berulang-ulang dia menyimpulkan bahwa sinar cahaya bergerak dalam garis lurus, dan penglihatan manusia terjadi ketika sinar ini masuk ke mata.
Sebagai catatan, selama ratusan tahun, para pemikir dari Yunani seperti Ptolemeus, beranggapan bahwa penglihatan manusia disebabkan karena cahaya yang memancar dari mata menerangi benda-benda.
Melalui pengalamannya sendiri di ruangan gelap tersebut, Ibnu Haitham mulai meragukan dogma ilmiah tersebut. Dan ketika dia dikeluarkan dari ruangan tersebut, hal pertama yang ingin dilakukannya tidak lain adalah mengembangkan hipotesisnya ini.
Ibnu Haitham membuktikan bahwa mata berfungsi menangkap cahaya yang masuk, sehingga ia bisa melihat. Dari aksioma dasar ini, ia kemudian menemukan pin-hole camera (kamera lubang jarum) pertama setelah memperhatikan cahaya yang masuk di celah jendela.
Ia memahami bahwa semakin kecil lubang, semakin baik gambar yang dihasilkan. Dari sini kemudian ia membuat kamera obscura.
Kamera/camera yang diambil dari kata dalam Bahasa Arab “Qamara” yang berarti gelap atau atau ruang pribadi. Ia juga yang dianggap sebagai orang pertama yang mengubah fisika dari aktifitas filosofis menjadi sesuatu yang bersifat eksperimental.
Menyatakan Diri Waras
Pada tahun 1021 M, datang berita yang mengabarkan bahwa Khalifah Al-Hakim menghilang. Dikisahkan bahwa suatu hari Al Hakim berjalan-jalan di bukit Muqattam, yang terletak di luar kota Kairo. Dan setelah hari itu dia menghilang. Orang-orang hanya menemukan keledai dan bajunya yang penuh dengan darah, namun tidak nemukan jasadnya.
Setelah cukup lama tidak ditemukan Al-Hakim dinyatakan meninggal dunia. Ia pun digantikan putranya yang bernama Abu al Hasan ‘Ali al Zahir li-izaz Din Allah.
Pergantian kekuasaan ini membuat Ibnu Haitham mulai menunjukkan dirinya ke publik dan menyatakan kewarasannya. Dia memilih tempat tinggal di dekat Masjid Al-Azhar, dan mendapatkan kembali hartanya yang sempat disita negara.
Setelah itu dia mulai menghabiskan sisa hidupnya dengan menulis, menyalin teks-teks ilmiah, melakukan penelitian, eksperimen dan mengajar. Dari proses inilah kemudian lahir satu persatu maha karya yang mengubah peradaban umat manusia.
Penelitiannya mengenai cahaya, telah memberikan banyak inspirasi pada ahli sains barat, seperti Roger Bacon, dan Kepler dalam menciptakan mikroskop serta teleskop.
Ibn al-Haitham adalah ilmuwan muslim yang serba bisa. Dianggap demikian karena ia ahli dalam bidang sains, falak, matematika, geometri, pengobatan, dan filsafat.
Selama di dalam rumah tersebut, Ibnu Haitham berada di bawah perlindungan permanen dari pemerintah Fatimiyah. Hal ini memang diwajibkan oleh hukum untuk memastikan keselamatannya dan keselamatan orang lain. Tapi yang paling menyedihkan, selama masa pengurungan tersebut, Ibnu Haitham harus berpisah sementara waktu dari wacana dan diskusi yang biasa dia lakukan.
Namun demikian, ternyata pada kondisi inilah inspirasi monumental itu muncul. Menurut legenda, suatu hari dia melihat cahaya bersinar melalui lubang kecil ke kamarnya yang gelap. Cahaya tersebut memproyeksikan gambar dunia di luar ke dinding yang berlawanan, sehingga menampilkan bayangan. Dia memulai menyadari bahwa fenomena tersebut terjadi akibat benda-benda yang berada di luar diterangi oleh cahaya matahari.
Dari percobaan yang berulang-ulang dia menyimpulkan bahwa sinar cahaya bergerak dalam garis lurus, dan penglihatan manusia terjadi ketika sinar ini masuk ke mata.
Sebagai catatan, selama ratusan tahun, para pemikir dari Yunani seperti Ptolemeus, beranggapan bahwa penglihatan manusia disebabkan karena cahaya yang memancar dari mata menerangi benda-benda.
Melalui pengalamannya sendiri di ruangan gelap tersebut, Ibnu Haitham mulai meragukan dogma ilmiah tersebut. Dan ketika dia dikeluarkan dari ruangan tersebut, hal pertama yang ingin dilakukannya tidak lain adalah mengembangkan hipotesisnya ini.
Ibnu Haitham membuktikan bahwa mata berfungsi menangkap cahaya yang masuk, sehingga ia bisa melihat. Dari aksioma dasar ini, ia kemudian menemukan pin-hole camera (kamera lubang jarum) pertama setelah memperhatikan cahaya yang masuk di celah jendela.
Ia memahami bahwa semakin kecil lubang, semakin baik gambar yang dihasilkan. Dari sini kemudian ia membuat kamera obscura.
Kamera/camera yang diambil dari kata dalam Bahasa Arab “Qamara” yang berarti gelap atau atau ruang pribadi. Ia juga yang dianggap sebagai orang pertama yang mengubah fisika dari aktifitas filosofis menjadi sesuatu yang bersifat eksperimental.
Menyatakan Diri Waras
Pada tahun 1021 M, datang berita yang mengabarkan bahwa Khalifah Al-Hakim menghilang. Dikisahkan bahwa suatu hari Al Hakim berjalan-jalan di bukit Muqattam, yang terletak di luar kota Kairo. Dan setelah hari itu dia menghilang. Orang-orang hanya menemukan keledai dan bajunya yang penuh dengan darah, namun tidak nemukan jasadnya.
Setelah cukup lama tidak ditemukan Al-Hakim dinyatakan meninggal dunia. Ia pun digantikan putranya yang bernama Abu al Hasan ‘Ali al Zahir li-izaz Din Allah.
Pergantian kekuasaan ini membuat Ibnu Haitham mulai menunjukkan dirinya ke publik dan menyatakan kewarasannya. Dia memilih tempat tinggal di dekat Masjid Al-Azhar, dan mendapatkan kembali hartanya yang sempat disita negara.
Setelah itu dia mulai menghabiskan sisa hidupnya dengan menulis, menyalin teks-teks ilmiah, melakukan penelitian, eksperimen dan mengajar. Dari proses inilah kemudian lahir satu persatu maha karya yang mengubah peradaban umat manusia.
Penelitiannya mengenai cahaya, telah memberikan banyak inspirasi pada ahli sains barat, seperti Roger Bacon, dan Kepler dalam menciptakan mikroskop serta teleskop.
Ibn al-Haitham adalah ilmuwan muslim yang serba bisa. Dianggap demikian karena ia ahli dalam bidang sains, falak, matematika, geometri, pengobatan, dan filsafat.
(mhy)