Permulaan Penciptaan (2/Tamat): Nur Muhammad Diciptakan Sebelum Ada Dunia
Jum'at, 01 Oktober 2021 - 05:10 WIB
Syekh Abdul Qadir Al-Jilani (470-561 H) dalam kitabnya Sirrul Asror telah menjelaskan bahwa yang pertama kali Allah ciptakan adalah "Nur Muhammad" dari cahaya suci Keindahan-Nya.
Ini dinyatakan juga oleh Baginda Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dalam sabdanya: "Mula-mula Allah ciptakan ruhku. Pada awalnya diciptakan-Nya sebagai ruh suci". "Mula-mula Allah ciptakan Al-Qalam (pena)". "Mula-mula Allah ciptakan akal".
Empat ribu tahun setelah diciptakan cahaya Muhammad, Allah baru menciptakan 'Arasy dari cahaya mata Muhammad. Kemudian Allah ciptakan makhluk yang lain dari 'Arasy.
Kata Syekh Abdul Qadir, semua ilmu di alam dunia ini memerlukan pengetahuan yang datangnya dari alam ghaib sebagaimana dijelaskan dalam firman-Nya:
"....Dan Kami telah ajarkan kepadanya satu ilmu dari sisi Kami (ilmu Laduni)." (Surah Al-Kahfi Ayat 65).
Kebenaran atau hakikat tidak akan diperoleh dengan hanya menggunakan pengetahuan pancaindera dan alam kebendaan saja. Penyembahan kepada Zat Yang Maha Kuasa memerlukan peraturan Syari'at dan Makrifat. Allah berfirman:
"Dan tidak Aku jadikan jin dan manusia melainkan untuk beribadah kepada-Ku." (QS Dzaariyat Ayat 56)
Dalam kata lain: "Mereka diciptakan supaya mengenali Aku". Jika seseorang tidak mengenali-Nya bagaimana dia dapat memuji-Nya dengan sebenar-benarnya, meminta pertolongan-Nya dan beribadah kepada-Nya?
Itulah pentingnya Makrifat agar dapat mengenali-Nya. Allah Yang Maha Tinggi berfirman melalui Rasul-Nya: "Aku adalah perbendaharaan yang tersembunyi. Aku suka dikenali, lalu Aku ciptakan makhluk supaya Aku dikenali."
Tujuan suci diciptakan manusia ialah supaya mereka mengenali Allah, memperolehi makrifat. Ada dua peringkat makrifat yang suci. Seseorang itu perlu mengenali sifat-sifat Allah dan dalil-dalil yang menjadi kenyataan atau penzahiran bagi sifat-sifat tersebut. Satu lagi ialah mengenali Zat Allah.
Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam menggambarkan kedudukan beliau di sisi Allah. Tiada hijab, tiada halangan di antara kewujudannya dengan Zat Allah. "Ada masa aku dengan Allah di mana tiada Malaikat yang hampir dan tidak juga Nabi yang diutus."
Allah juga berfirman melalui Rasul-Nya: "Jika Aku bukakan penutup sifat keperkasaan-Ku dengan bukaan yang sedikit saja, semua akan terbakar sejauh yang dilihat oleh pandangan-Ku."
Malikat Jibril yang menemani Nabi Muhamamd pada malam Mikraj, ketika sampai di Sidratul Muntaha, Jibril tak kuasa lagi untuk melangkah. Apabila Jibril melangkah satu langkah saja maka dia akan terbakar menjadi abu. Namun, tidak demikian dengan Baginda Nabi shallallahu 'alaihi wasallam.
Begitulah Allah memuliakan kekasih-Nya. Allah menciptakan "Nur Muhammad" sesesuai kehendak-Nya. Penciptaan "Nur Muhammad" juga sejalan dengan dalil Al-Qur'an, Allah berfirman yang artinya: "...Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya (Nur) dari Allah dan kitab yang menjelaskan." (QS. Al-Maidah Ayat 15)
Apa yang dijelaskan Syekh Abdul Qadir Al-Jilani tentang penciptaan "Nur Muhammad" juga diamini oleh
Syekh Nawawi Al-Bantani. Beliau menukil hadis dari Jabir.
كما في حديث جابر أنه سئل رسول الله صلى الله عليه وسلم عن أول ما خلقه الله تعالى قال إن الله خلق قبل الأشياء نور نبيك فجعل ذلك النور يدور بالقدرة حيث شاء الله ولم يكن في ذلك الوقت لوح ولا قلم ولا جنة ولا نار ولا ملك ولا إنس ولا جن ولا أرض ولا سماء ولا شمس ولا قمر وعلى هذا فالنور جوهر لا عرض
"Sebagaimana tersebut dalam hadis riwayat sahabat Jabir radhiyallahu 'anhu bahwa ketika ditanya perihal makhluk pertama yang diciptakan Allah, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menjawab: 'Sungguh, Allah menciptakan Nur Nabimu sebelum segala sesuatu.' Allah menjadikan Nur (cahaya) itu beredar dengan kuasa Allah sesuai kehendak-Nya. Saat itu belum ada Lauh, Qalam, Surga, Neraka, Malaikat, Manusia, Jin, Bumi, Langit, Matahari, dan bulan. Atas dasar ini, Nur itu adalah substansi, bukan aksiden." (Syekh M Nawawi Al-Bantani, Madarijus Shu'ud ila Iktisa'il Burud)
"Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu), bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat, dan dia banyak menyebut Allah." (QS. Al-Ahzab Ayat 21)
"Ya Allah, limpahkanlah sholawat kepada Muhammad, hamba, Nabi dan Rasul-Mu, seorang Nabi yang ummi."
Wallahu A'lam
Ini dinyatakan juga oleh Baginda Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dalam sabdanya: "Mula-mula Allah ciptakan ruhku. Pada awalnya diciptakan-Nya sebagai ruh suci". "Mula-mula Allah ciptakan Al-Qalam (pena)". "Mula-mula Allah ciptakan akal".
Empat ribu tahun setelah diciptakan cahaya Muhammad, Allah baru menciptakan 'Arasy dari cahaya mata Muhammad. Kemudian Allah ciptakan makhluk yang lain dari 'Arasy.
Kata Syekh Abdul Qadir, semua ilmu di alam dunia ini memerlukan pengetahuan yang datangnya dari alam ghaib sebagaimana dijelaskan dalam firman-Nya:
وَعَلَّمنٰهُ مِن لَدُنّا عِلمًا
"....Dan Kami telah ajarkan kepadanya satu ilmu dari sisi Kami (ilmu Laduni)." (Surah Al-Kahfi Ayat 65).
Kebenaran atau hakikat tidak akan diperoleh dengan hanya menggunakan pengetahuan pancaindera dan alam kebendaan saja. Penyembahan kepada Zat Yang Maha Kuasa memerlukan peraturan Syari'at dan Makrifat. Allah berfirman:
وَما خَلَقتُ الجِنَّ وَالإِنسَ إِلّا لِيَعبُدونِ
"Dan tidak Aku jadikan jin dan manusia melainkan untuk beribadah kepada-Ku." (QS Dzaariyat Ayat 56)
Dalam kata lain: "Mereka diciptakan supaya mengenali Aku". Jika seseorang tidak mengenali-Nya bagaimana dia dapat memuji-Nya dengan sebenar-benarnya, meminta pertolongan-Nya dan beribadah kepada-Nya?
Itulah pentingnya Makrifat agar dapat mengenali-Nya. Allah Yang Maha Tinggi berfirman melalui Rasul-Nya: "Aku adalah perbendaharaan yang tersembunyi. Aku suka dikenali, lalu Aku ciptakan makhluk supaya Aku dikenali."
Tujuan suci diciptakan manusia ialah supaya mereka mengenali Allah, memperolehi makrifat. Ada dua peringkat makrifat yang suci. Seseorang itu perlu mengenali sifat-sifat Allah dan dalil-dalil yang menjadi kenyataan atau penzahiran bagi sifat-sifat tersebut. Satu lagi ialah mengenali Zat Allah.
Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam menggambarkan kedudukan beliau di sisi Allah. Tiada hijab, tiada halangan di antara kewujudannya dengan Zat Allah. "Ada masa aku dengan Allah di mana tiada Malaikat yang hampir dan tidak juga Nabi yang diutus."
Allah juga berfirman melalui Rasul-Nya: "Jika Aku bukakan penutup sifat keperkasaan-Ku dengan bukaan yang sedikit saja, semua akan terbakar sejauh yang dilihat oleh pandangan-Ku."
Malikat Jibril yang menemani Nabi Muhamamd pada malam Mikraj, ketika sampai di Sidratul Muntaha, Jibril tak kuasa lagi untuk melangkah. Apabila Jibril melangkah satu langkah saja maka dia akan terbakar menjadi abu. Namun, tidak demikian dengan Baginda Nabi shallallahu 'alaihi wasallam.
Begitulah Allah memuliakan kekasih-Nya. Allah menciptakan "Nur Muhammad" sesesuai kehendak-Nya. Penciptaan "Nur Muhammad" juga sejalan dengan dalil Al-Qur'an, Allah berfirman yang artinya: "...Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya (Nur) dari Allah dan kitab yang menjelaskan." (QS. Al-Maidah Ayat 15)
Apa yang dijelaskan Syekh Abdul Qadir Al-Jilani tentang penciptaan "Nur Muhammad" juga diamini oleh
Syekh Nawawi Al-Bantani. Beliau menukil hadis dari Jabir.
كما في حديث جابر أنه سئل رسول الله صلى الله عليه وسلم عن أول ما خلقه الله تعالى قال إن الله خلق قبل الأشياء نور نبيك فجعل ذلك النور يدور بالقدرة حيث شاء الله ولم يكن في ذلك الوقت لوح ولا قلم ولا جنة ولا نار ولا ملك ولا إنس ولا جن ولا أرض ولا سماء ولا شمس ولا قمر وعلى هذا فالنور جوهر لا عرض
"Sebagaimana tersebut dalam hadis riwayat sahabat Jabir radhiyallahu 'anhu bahwa ketika ditanya perihal makhluk pertama yang diciptakan Allah, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menjawab: 'Sungguh, Allah menciptakan Nur Nabimu sebelum segala sesuatu.' Allah menjadikan Nur (cahaya) itu beredar dengan kuasa Allah sesuai kehendak-Nya. Saat itu belum ada Lauh, Qalam, Surga, Neraka, Malaikat, Manusia, Jin, Bumi, Langit, Matahari, dan bulan. Atas dasar ini, Nur itu adalah substansi, bukan aksiden." (Syekh M Nawawi Al-Bantani, Madarijus Shu'ud ila Iktisa'il Burud)
"Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu), bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat, dan dia banyak menyebut Allah." (QS. Al-Ahzab Ayat 21)
اَللّهُمَّ صَلِّ عَلىَ مُحَمَّدٍ عَبْدِكَ وَنَبِيِّكَ وَرَسُوْلِكَ النَّبِيِّ اْلأُمِّيِّ
"Ya Allah, limpahkanlah sholawat kepada Muhammad, hamba, Nabi dan Rasul-Mu, seorang Nabi yang ummi."
Wallahu A'lam
(rhs)