Begini Gambaran Kehidupan di Zaman Rasulullah yang Jarang Diketahui

Jum'at, 22 Oktober 2021 - 19:24 WIB
Begitu matahari terbenam, ya sudah semua orang masuk rumah. Lepas shalat Isya' semua penduduk Madinah pun terlelap. Tidak ada kehidupan malam. Dan Nabi sendiri pun terbiasa tidur lepas shalat Isya'.

5. Kamar Mandi

Kalau untuk mandi tidak di gurun pasir, tapi di rumah masing-masing. Ada kamar mandi tapi tidak ada closetnya. Dan karena tidak setiap rumah punya sumur, maka pakai air itu hemat sekali. Maka gaya mandinya tidak jebur-jebur macam kita. Dan tidak harus mandi tiap hari pagi dan sore.

Kalau Nabi mandi, airnya hanya satu sha' alias 3,5 liter. Kalau wudhu' beliau hanya butuh satu mud, kira-kira 0,7-0,8 liter. Hermat air banget, karena tidak setiap rumah punya sumber air.

6. Masjid

Masjid Nabawi tidak ada atapnya, kecuali di bagian yang sempit memang diberi atap, tapi itu pun hanya dari daun kering. Sinar matahari pun tembus juga.Untungnya Madinah tidak kenal musim hujan kayak di kita. Kalau hujan kayak di kita, bisa jadi kolam.

Interiornya dinding kasar tanpa lukisan kaligrafi dengan ornamen bunga. Jelas tidak ada kubah apalagi tiang menara menjulang. Speaker TOA?

Ya nggak ada lah. Jadi adzan itu hanya terdengar sejauh suara Bilal apa adanya. Seberapa jauh sih lengkingan suara manusia. Lantainya pun sama juga dengan rumah mereka, hanya tanah dan pasir. Sehingga ketika ada orang dusun kencing di tengah masjid, cukup disiram seember air, semua langsung menyerap ke tanah.

Pemandangan setiap shalat lima waktu dilaksanakan, semua jamaahnya tetap pakai alas kaki. Tidak ada tempat penitipan sendal. Dan pemegang rekor sebagai masjid yang belum pernah terjadi kasus kehilangan sendal. Oh ya, Masjid Nabawi sejak zaman dulu bahkan hingga kini tidak pernah ada kotak amal ya. Catat itu.

7. Pasar

Madinah bukan kota perdagangan tapi daerah perkebunan. Tidak seperti Mekkah yang merupakan pusat perdagangan. Pasar memang ada di Madinah, tapi terbatas. Belum tentu buka tiap hari, itu pun belum tentu sehari penuh.

Bayangkan saja hari pasaran di Jawa. Pasar Pahing, Pon, Wage, Kliwon dan Legi itu hanya ramai kalau pas hari pasarannya saja. Biasanya pagi hari. Agak siangan dikit pasar pun bubar.

Jual-beli di pasar kadang tidak pakai uang, tapi pakai barang alias barter. Beli beras pakai beras, beli emas pakai emas. Pusing lah kita. Mana gak bisa bayar pakai gesek kartu. Jadi jangan membayangkan kayak pasar di masa kita, jauh berbeda dan tidak sama.Jangan bandingkan dengan mal atau marketplace online. Gak ada kayak gitu.

8. Uang

Tidak semua transaksi pakai barter. Ada juga sih yang pakai uang. Tapi asal tahu saja bahwa di masa itu alat tukar yang digunakan masih berupa koin logam. Uang kertas jelas tidak ada. Nulis ayat Qur'an saja pun bukan di atas kertas.

Ada yang terbuat dari emas dinamakan Dinar. Ada yang terbuat dari perak dinamakan dirham. Ada juga yang terbuat dari tembaga atau besi, disebut fulus.Nilainya amat bergantung pada bendanya. Dinar itu paling tinggi karena fisiknya emas. Di bawahnya ada dirham. Paling rendah adalah fulus.

Yang banyak orang tidak sadar ternyata Dinar dan dirham itu bukan produk Makkah atau Madinah, tapi produk negara lain. Dinar itu biasa digunakan orang Romawi yang Nasrani, sedangkan Dirham itu biasa digunakan orang Persia yang majusi alias menyembah api. Dan Nabi serta para shahabat tidak pernah menciptakan 'mata uang Islam'.

9. Kendaraan

Sepeda, motor, mobil, kereta, pesawat di masa itu belum ada. Kendaraan itu identik dengan unta, kuda atau keledai. Hewan-hewan itulah yang hilir mudik di kota Madinah kala itu.

Namanya juga hewan, kalau buang kotoran pasti sembarangan. Maka jalanan Madinah memang banyak kotoran hewannya. Dan kotoran hewan itu najis.
Halaman :
Lihat Juga :
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Hadits of The Day
Dari Abdullah bin Buraidah dari ayahnya dia berkata, Nabi shallallahu 'alaihi wasallam pernah mendengar seseorang mengucapkan: Ya Allah, sesungguhnya aku meminta kepada-Mu, bahwasanya Engkau adalah Allah Yang Maha Esa, yang bergantung pada-Nya segala sesuatu, yang tidak beranak dan tidak diperanakkan, dan tidak ada seorang pun yang setara dengan-Nya. Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: Sungguh dia telah meminta kepada Allah dengan nama-Nya yang Agung, yang apabila diminta dengan menyebut-Nya, pasti akan diberi dan apabila berdoa dengan menyebut-Nya pasti akan dikabulkan.

(HR. Sunan Ibnu Majah No. 3847)
Artikel Terkait
Al-Qur'an, Bacalah!
Rekomendasi
Terpopuler
Artikel Terkini More