Ini Alasan Mengapa Ibrahim bin Adham Tidak Menikah
Sabtu, 23 Oktober 2021 - 14:17 WIB
Farid al-Din Attar dalam kitabnya berjudul Tadhkirat al-Auliya’ berkisah: Suatu hari Ibrahim bin Adham ditanya, “Apa yang terjadi kepadamu, sehingga engkau pergi meninggalkan kerajaanmu?”
“Suatu hari aku sedang duduk di singgasanaku,” kenangnya. “Sebuah cermin dipasang di depanku. Aku melihat ke cermin itu dan melihat bahwa tempat tinggalku adalah makam dan di dalamnya tidak ada teman yang kukenal.
Aku melihat perjalanan panjang di depanku, dan aku tidak memiliki bekal. Aku melihat hakim yang adil, dan aku tidak memiliki pembelaan. Aku menjadi muak dengan kerajaanku.”
“Mengapa engkau pergi dari Khorasan (lokasi kerajaannya dulu)?” mereka bertanya.
“Aku mendengar banyak pembicaraan di sana tentang teman sejati,” jawabnya.
“Mengapa engkau tidak mencari istri?” dia ditanya.
“Apakah ada wanita yang memilih suami untuknya agar dia tetap kelaparan dan telanjang (kekurangan pakaian)?” dia membalas.
“Tidak,” jawab mereka.
“Karena itulah aku tidak menikah,” jelasnya. “Wanita mana pun yang aku nikahi akan tetap kelaparan dan telanjang. Jika pun aku dapat (menikah), aku akan menceraikan diriku sendiri. Bagaimana aku dapat mengikat yang lainnya ke pelanaku?”
Kemudian Ibrahim mengalihkan perhatiannya ke seorang pengemis yang hadir, dia bertanya kepadanya, “Apakah engkau punya istri?”
“Tidak,” jawab pengemis itu.
“Apakah engkau punya anak?”
“’Tidak.”
“Luar biasa, luar biasa,” seru Ibrahim.
“Mengapa engkau mengatakan demikian?” tanya pengemis itu.
“Pengemis yang menikah (bagaikan) naik perahu. Saat anak-anak hadir, ia (perahu itu) tenggelam. “
“Suatu hari aku sedang duduk di singgasanaku,” kenangnya. “Sebuah cermin dipasang di depanku. Aku melihat ke cermin itu dan melihat bahwa tempat tinggalku adalah makam dan di dalamnya tidak ada teman yang kukenal.
Aku melihat perjalanan panjang di depanku, dan aku tidak memiliki bekal. Aku melihat hakim yang adil, dan aku tidak memiliki pembelaan. Aku menjadi muak dengan kerajaanku.”
“Mengapa engkau pergi dari Khorasan (lokasi kerajaannya dulu)?” mereka bertanya.
“Aku mendengar banyak pembicaraan di sana tentang teman sejati,” jawabnya.
“Mengapa engkau tidak mencari istri?” dia ditanya.
“Apakah ada wanita yang memilih suami untuknya agar dia tetap kelaparan dan telanjang (kekurangan pakaian)?” dia membalas.
“Tidak,” jawab mereka.
“Karena itulah aku tidak menikah,” jelasnya. “Wanita mana pun yang aku nikahi akan tetap kelaparan dan telanjang. Jika pun aku dapat (menikah), aku akan menceraikan diriku sendiri. Bagaimana aku dapat mengikat yang lainnya ke pelanaku?”
Kemudian Ibrahim mengalihkan perhatiannya ke seorang pengemis yang hadir, dia bertanya kepadanya, “Apakah engkau punya istri?”
“Tidak,” jawab pengemis itu.
“Apakah engkau punya anak?”
“’Tidak.”
“Luar biasa, luar biasa,” seru Ibrahim.
“Mengapa engkau mengatakan demikian?” tanya pengemis itu.
“Pengemis yang menikah (bagaikan) naik perahu. Saat anak-anak hadir, ia (perahu itu) tenggelam. “
(mhy)