Fira'un: Beda Antara Zaman Nabi Yusuf dan Zaman Nabi Musa
Jum'at, 05 Juni 2020 - 07:34 WIB
Ibnu Ishaq berkata bahwa Allah ta'ala mengambil nyawa Nabi Yusuf ' alaihi sallam. Selanjutnya raja yang hidup sezaman dengan beliau juga meninggal, yang bernama Rayan bin al-Walid, kemudian kerajaanya diwarisi oleh raja-raja dari dinasti Fir'aun .
Kemudian Allah menjadikan keturunan Bani Israil menyebar luas, dan keadaan mereka senantiasa berada di bawah kekuasaan dinasti Fir'aun. Pada saat itu, mereka masih berada di atas agama yang lurus yaitu agama yang diajarkan oleh Nabi Yusuf, Ya'qub , Ishak dan Ibrahim , serta berada dalam syariat Islam dan berpegang teguh dengannya. ( )
Hingga sampai pada masanya, Fir'aun yang sezaman dengan Nabi Musa 'alaihi sallam. Belum pernah dijumpai sebelumnya ada raja dari dinasti Fir'aun yang lebih kafir kepada Allah. Tidak pula yang lebih didengar ucapannya dan paling lama kekuasaannya dari pada dia.
Al-Qur'an merekam dengan jelas tentang masyarakat yang berada pada masa Nabi Yusuf 'alaihi sallam. Mereka adalah orang-orang yang menetapkan keberadaan Allah azza wa jalla, dan mereka menyekutukan Allah dengan peribadatan yang mereka miliki. (
Oleh karena itu, Nabi Yusuf mengajak bicara kepada raja dan al-Aziz serta kaumnya yang terkandung pengakuan mereka akan keberadaan sang pencipta. Semisal firman Allah ta'ala ketika menukil ucapan beliau, Allah mengatakan:
﴿ يَٰصَٰحِبَيِ ٱلسِّجۡنِ ءَأَرۡبَابٞ مُّتَفَرِّقُونَ خَيۡرٌ أَمِ ٱللَّهُ ٱلۡوَٰحِدُ ٱلۡقَهَّارُ ٣٩ ﴾ [يوسف: 39 ]
"Hai kedua penghuni penjara, manakah yang baik, tuhan-tuhan yang bermacam-macam itu ataukah Allah yang Maha Esa lagi Maha Perkasa? ". (QS Yusuf: 39).
Dan ucapan beliau, yang Allah nukil dalam firmanNya:
﴿ فَلَمَّا جَآءَهُ ٱلرَّسُولُ قَالَ ٱرۡجِعۡ إِلَىٰ رَبِّكَ فَسَۡٔلۡهُ مَا بَالُ ٱلنِّسۡوَةِ ٱلَّٰتِي قَطَّعۡنَ أَيۡدِيَهُنَّۚ إِنَّ رَبِّي بِكَيۡدِهِنَّ عَلِيمٞ ٥٠ قَالَ مَا خَطۡبُكُنَّ إِذۡ رَٰوَدتُّنَّ يُوسُفَ عَن نَّفۡسِهِۦۚ قُلۡنَ حَٰشَ لِلَّهِ مَا عَلِمۡنَا عَلَيۡهِ مِن سُوٓءٖۚ قَالَتِ ٱمۡرَأَتُ ٱلۡعَزِيزِ ٱلۡـَٰٔنَ حَصۡحَصَ ٱلۡحَقُّ أَنَا۠ رَٰوَدتُّهُۥ عَن نَّفۡسِهِۦ وَإِنَّهُۥ لَمِنَ ٱلصَّٰدِقِينَ ٥١ ذَٰلِكَ لِيَعۡلَمَ أَنِّي لَمۡ أَخُنۡهُ بِٱلۡغَيۡبِ وَأَنَّ ٱللَّهَ لَا يَهۡدِي كَيۡدَ ٱلۡخَآئِنِينَ ٥٢ ﴾ [ يوسف: 50-53 ]
"Maka tatkala utusan itu datang kepada Yusuf, berkatalah Yusuf: "Kembalilah kepada tuanmu dan tanyakanlah kepadanya bagaimana halnya wanita-wanita yang telah melukai tangannya. Sesungguhnya Tuhanku, Maha mengetahui tipu daya mereka.
Raja berkata (kepada wanita-wanita itu): "Bagaimana keadaanmu ketika kamu menggoda Yusuf untuk menundukkan dirinya (kepadamu)?" mereka berkata: "Maha sempurna Allah, Kami tiada mengetahui sesuatu keburukan dari padanya".
Berkata isteri al Aziz: "Sekarang jelaslah kebenaran itu, akulah yang menggodanya untuk menundukkan dirinya (kepadaku), dan sesungguhnya dia termasuk orang-orang yang benar."
(Yusuf berkata): "Yang demikian itu agar dia (al Aziz) mengetahui bahwa sesungguhnya aku tidak berkhianat kepadanya di belakangnya, dan bahwasanya Allah tidak meridhai tipu daya orang-orang yang berkhianat. Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyanyang". (QS Yusuf: 50-53).
Dan ucapan keluarga Fir'aun yang beriman kepada kaumnya:
﴿ وَلَقَدۡ جَآءَكُمۡ يُوسُفُ مِن قَبۡلُ بِٱلۡبَيِّنَٰتِ فَمَا زِلۡتُمۡ فِي شَكّٖ مِّمَّا جَآءَكُم بِهِۦۖ حَتَّىٰٓ إِذَا هَلَكَ قُلۡتُمۡ لَن يَبۡعَثَ ٱللَّهُ مِنۢ بَعۡدِهِۦ رَسُولٗاۚ كَذَٰلِكَ يُضِلُّ ٱللَّهُ مَنۡ هُوَ مُسۡرِفٞ مُّرۡتَابٌ ٣٤ ﴾ [ غافر: 34 ]
"Dan sesungguhnya telah datang Yusuf kepadamu dengan membawa keterangan-keterangan, tetapi kamu senantiasa dalam keraguan tentang apa yang dibawanya kepadamu, hingga ketika dia meninggal, kamu berkata: "Allah tidak akan mengirim seorang (rasulpun) sesudahnya. Demikianlah Allah menyesatkan orang-orang yang melampaui batas dan ragu-ragu". (QS Ghaafir: 34).
Syaikh Abu Bakar Muhammad Zakaria dalam buku: “Syirik pada Zaman Dahulu dan Sekarang” yang diterjemahkan Abu Umamah Arif Hidayatullah menyatakan maka ini semua mengandung konsekuensi bahwa kaum yang nabi Yusuf 'alaihi sallam diutus padanya adalah kaum yang mengakui keberadaan Allah.
Hal tersebut, karena Fir'aun yang berada pada masanya Yusuf memuliakan kedua orang tua Nabi Yusuf beserta keluarganya, dan manakala datang keluarga beliau maka mereka begitu memuliakannya dengan pengetahuan beliau akan agama yang mereka yakini.
Demikian pula momen-momen lainnya yang membuktikan akan hal tersebut.
Sesungguhnya pengingkaran akan keberadaan sang pencipta bukan termasuk keyakinan yang dipegang dan dijadikan sebagai agama secara merata pada suatu umat dari umat-umat terdahulu. Tapi, agama orang kafir yang keluar dari risalah dialah yang memungkinkan terjadinya kesyirikan di sana.
Hanya saja pengingkaran keberadaan sang pencipta itu diyakini oleh sebagian orang saja, dan golongan tersebut adalah para ulamanya ahli filsafat dari kelompok Shabi'ah musyrikin. Yang mengagungkan arca, bintang dan berhala. Dan berita-berita yang sampai menceritakan tentang kabar mereka dan perjalanan hidupnya, yang semuanya menunjukan akan hal tersebut.
Fir'aun Zaman Musa
Adapun Fir'aun yang ada pada zamanya nabi Musa 'alaihi sallam, maka kondisinya berbeda, seperti dikatakan oleh Allah dalam firmanNya:
﴿ فَٱسۡتَخَفَّ قَوۡمَهُۥ فَأَطَاعُوهُۚ إِنَّهُمۡ كَانُواْ قَوۡمٗا فَٰسِقِينَ ٥٤ ﴾ [ الزخرف: 54 ]
"Maka Fir'aun mempengaruhi kaumnya (dengan perkataan itu) lalu mereka patuh kepadanya. karena sesungguhnya mereka adalah kaum yang fasik". (QS az-Zukhruf: 54).
Fir'aun inilah yang mengatakan kepada kaumnya:
﴿ مَا عَلِمۡتُ لَكُم مِّنۡ إِلَٰهٍ غَيۡرِي ٣٨ ﴾ [ القصص: 38 ]
"Aku tidak mengetahui Tuhan bagimu selain aku". (QS al-Qashash: 38).
Dan yang mengklaim dengan kesombongannya:
﴿ فَقَالَ أَنَا۠ رَبُّكُمُ ٱلۡأَعۡلَىٰ ٢٤ ﴾ [ النازعات: 23 ]
" (Fir'aun) berkata:"Akulah Tuhanmu yang paling tinggi". (QS an-Nazi'aat: 23).
Maka apabila mereka dikatakan sebagai kaum musyrikin sebagaimana disifati dalam al-Qur'an, dan Fir'aun yang ada pada masanya Nabi Musa 'alaihi sallam sebagai orang yang mengingkari adanya pencipta maka dia dikatakan sebagai penyembah tuhan-tuhan yang ada.
Allah tidak mensifati dirinya berlaku kesyirikan, adapun kaumnya Fir'aun bisa jadi mereka berpaling kepada Allah ta'ala secara total setelah mereka berbuat kesyirikan kepadaNya dan memenuhi ajakan raja mereka Fir'aun yang mengatakan: "Akulah Tuhanmu yang paling tinggi". Serta menyatakan, "Aku tidak mengetahui Tuhan bagimu selain aku".
Oleh sebab itu tatkala mereka diajak bicara oleh orang yang beriman, mereka langsung menyebut dua perkara, seperti direkam oleh Allah ta'ala kejadiannya didalam firmanNya:
﴿ تَدۡعُونَنِي لِأَكۡفُرَ بِٱللَّهِ وَأُشۡرِكَ بِهِۦ مَا لَيۡسَ لِي بِهِۦ عِلۡمٞ ٤٢ ﴾ [ غافر: 42]
"(Kenapa) kamu menyeruku supaya kafir kepada Allah dan mempersekutukan-Nya dengan apa yang tidak kuketahui". (QS Ghaafir: 42).
Syaikh Abu Bakar menjelaskan di dalam ayat ini disebut kekafiran kepada Allah yang terkandung di dalamnya bentuk pengingkaran, begitu pula disebut kesyirikan kepada Allah, maka firmanNya mengandung dua ucapan di atas disamping itu mengandung juga penjelasan dua kondisi tersebut secara bersamaan.
Sehingga menjadi terang kalau orang yang sombong akan berubah menjadi musyrik, bisa dengan beribadah kepada sesembahan lain bersama kesombongannya untuk mau beribadah kepada Allah azza wa jalla, dan penamaan dengan syirik pada kasus seperti ini memiliki pendukung yang senada, semisal larangan untuk berlaku sombong kepada Allah untuk mengikhlaskan agama hanya kepada Allah semata. Sebagaimana yang Allah terangkan di dalam firmanNya:
﴿ إِنَّهُمۡ كَانُوٓاْ إِذَا قِيلَ لَهُمۡ لَآ إِلَٰهَ إِلَّا ٱللَّهُ يَسۡتَكۡبِرُونَ ٣٥ وَيَقُولُونَ أَئِنَّا لَتَارِكُوٓاْ ءَالِهَتِنَا لِشَاعِرٖ مَّجۡنُونِۢ ٣٦ ﴾ [ الصفات: 35-36 ]
"Sesungguhnya mereka dahulu apabila dikatakan kepada mereka: "Laa ilaaha illallah" (Tiada Tuhan yang berhak disembah melainkan Allah) mereka menyombongkan diri. Dan mereka berkata: "Apakah sesungguhnya kami harus meninggalkan sembahan-sembahan kami karena seorang penyair gila?". (QS ash-Shaffaat: 35-36).
Mereka yang disebutkan dalam ayat adalah orang-orang yang sombong dan juga musyrik. Dan orang yang sombong, manakala tidak mau mengakui keberadaan Allah secara terang-terangan semisal Fir'aun maka kekufurannya lebih besar dari pada yang lainnya.
Ibnu Taimiyah menyebut bahwa kalau kaumnya Fir'aun, sebagaimana mereka telah berlaku kesyirikan kepada Allah azza wa jalla dalam perkara rububiyah mereka juga berbuat kesyirikan dalam perkara uluhiyah.
Dan ini sebagai bukti konkret yang menerangkan secara jelas kalau di sana ada perbedaan yang sangat gamblang antara Fir'aun yang ada pada zamannya Nabi Yusuf 'alaihi sallam dengan Fir'aun yang berada pada zamannya Nabi Musa 'alaihi sallam, dari sisi pengetahuan Fir'aun pertama bersama kaumnya tentang keberadaan Allah jalla wa 'alla, dan pengingkaran Fir'aun kedua bersama kaumnya tentang keberadaan Allah secara terang-terangan. (
)
Kemudian Allah menjadikan keturunan Bani Israil menyebar luas, dan keadaan mereka senantiasa berada di bawah kekuasaan dinasti Fir'aun. Pada saat itu, mereka masih berada di atas agama yang lurus yaitu agama yang diajarkan oleh Nabi Yusuf, Ya'qub , Ishak dan Ibrahim , serta berada dalam syariat Islam dan berpegang teguh dengannya. ( )
Hingga sampai pada masanya, Fir'aun yang sezaman dengan Nabi Musa 'alaihi sallam. Belum pernah dijumpai sebelumnya ada raja dari dinasti Fir'aun yang lebih kafir kepada Allah. Tidak pula yang lebih didengar ucapannya dan paling lama kekuasaannya dari pada dia.
Al-Qur'an merekam dengan jelas tentang masyarakat yang berada pada masa Nabi Yusuf 'alaihi sallam. Mereka adalah orang-orang yang menetapkan keberadaan Allah azza wa jalla, dan mereka menyekutukan Allah dengan peribadatan yang mereka miliki. (
Oleh karena itu, Nabi Yusuf mengajak bicara kepada raja dan al-Aziz serta kaumnya yang terkandung pengakuan mereka akan keberadaan sang pencipta. Semisal firman Allah ta'ala ketika menukil ucapan beliau, Allah mengatakan:
﴿ يَٰصَٰحِبَيِ ٱلسِّجۡنِ ءَأَرۡبَابٞ مُّتَفَرِّقُونَ خَيۡرٌ أَمِ ٱللَّهُ ٱلۡوَٰحِدُ ٱلۡقَهَّارُ ٣٩ ﴾ [يوسف: 39 ]
"Hai kedua penghuni penjara, manakah yang baik, tuhan-tuhan yang bermacam-macam itu ataukah Allah yang Maha Esa lagi Maha Perkasa? ". (QS Yusuf: 39).
Dan ucapan beliau, yang Allah nukil dalam firmanNya:
﴿ فَلَمَّا جَآءَهُ ٱلرَّسُولُ قَالَ ٱرۡجِعۡ إِلَىٰ رَبِّكَ فَسَۡٔلۡهُ مَا بَالُ ٱلنِّسۡوَةِ ٱلَّٰتِي قَطَّعۡنَ أَيۡدِيَهُنَّۚ إِنَّ رَبِّي بِكَيۡدِهِنَّ عَلِيمٞ ٥٠ قَالَ مَا خَطۡبُكُنَّ إِذۡ رَٰوَدتُّنَّ يُوسُفَ عَن نَّفۡسِهِۦۚ قُلۡنَ حَٰشَ لِلَّهِ مَا عَلِمۡنَا عَلَيۡهِ مِن سُوٓءٖۚ قَالَتِ ٱمۡرَأَتُ ٱلۡعَزِيزِ ٱلۡـَٰٔنَ حَصۡحَصَ ٱلۡحَقُّ أَنَا۠ رَٰوَدتُّهُۥ عَن نَّفۡسِهِۦ وَإِنَّهُۥ لَمِنَ ٱلصَّٰدِقِينَ ٥١ ذَٰلِكَ لِيَعۡلَمَ أَنِّي لَمۡ أَخُنۡهُ بِٱلۡغَيۡبِ وَأَنَّ ٱللَّهَ لَا يَهۡدِي كَيۡدَ ٱلۡخَآئِنِينَ ٥٢ ﴾ [ يوسف: 50-53 ]
"Maka tatkala utusan itu datang kepada Yusuf, berkatalah Yusuf: "Kembalilah kepada tuanmu dan tanyakanlah kepadanya bagaimana halnya wanita-wanita yang telah melukai tangannya. Sesungguhnya Tuhanku, Maha mengetahui tipu daya mereka.
Raja berkata (kepada wanita-wanita itu): "Bagaimana keadaanmu ketika kamu menggoda Yusuf untuk menundukkan dirinya (kepadamu)?" mereka berkata: "Maha sempurna Allah, Kami tiada mengetahui sesuatu keburukan dari padanya".
Berkata isteri al Aziz: "Sekarang jelaslah kebenaran itu, akulah yang menggodanya untuk menundukkan dirinya (kepadaku), dan sesungguhnya dia termasuk orang-orang yang benar."
(Yusuf berkata): "Yang demikian itu agar dia (al Aziz) mengetahui bahwa sesungguhnya aku tidak berkhianat kepadanya di belakangnya, dan bahwasanya Allah tidak meridhai tipu daya orang-orang yang berkhianat. Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyanyang". (QS Yusuf: 50-53).
Dan ucapan keluarga Fir'aun yang beriman kepada kaumnya:
﴿ وَلَقَدۡ جَآءَكُمۡ يُوسُفُ مِن قَبۡلُ بِٱلۡبَيِّنَٰتِ فَمَا زِلۡتُمۡ فِي شَكّٖ مِّمَّا جَآءَكُم بِهِۦۖ حَتَّىٰٓ إِذَا هَلَكَ قُلۡتُمۡ لَن يَبۡعَثَ ٱللَّهُ مِنۢ بَعۡدِهِۦ رَسُولٗاۚ كَذَٰلِكَ يُضِلُّ ٱللَّهُ مَنۡ هُوَ مُسۡرِفٞ مُّرۡتَابٌ ٣٤ ﴾ [ غافر: 34 ]
"Dan sesungguhnya telah datang Yusuf kepadamu dengan membawa keterangan-keterangan, tetapi kamu senantiasa dalam keraguan tentang apa yang dibawanya kepadamu, hingga ketika dia meninggal, kamu berkata: "Allah tidak akan mengirim seorang (rasulpun) sesudahnya. Demikianlah Allah menyesatkan orang-orang yang melampaui batas dan ragu-ragu". (QS Ghaafir: 34).
Syaikh Abu Bakar Muhammad Zakaria dalam buku: “Syirik pada Zaman Dahulu dan Sekarang” yang diterjemahkan Abu Umamah Arif Hidayatullah menyatakan maka ini semua mengandung konsekuensi bahwa kaum yang nabi Yusuf 'alaihi sallam diutus padanya adalah kaum yang mengakui keberadaan Allah.
Hal tersebut, karena Fir'aun yang berada pada masanya Yusuf memuliakan kedua orang tua Nabi Yusuf beserta keluarganya, dan manakala datang keluarga beliau maka mereka begitu memuliakannya dengan pengetahuan beliau akan agama yang mereka yakini.
Demikian pula momen-momen lainnya yang membuktikan akan hal tersebut.
Sesungguhnya pengingkaran akan keberadaan sang pencipta bukan termasuk keyakinan yang dipegang dan dijadikan sebagai agama secara merata pada suatu umat dari umat-umat terdahulu. Tapi, agama orang kafir yang keluar dari risalah dialah yang memungkinkan terjadinya kesyirikan di sana.
Hanya saja pengingkaran keberadaan sang pencipta itu diyakini oleh sebagian orang saja, dan golongan tersebut adalah para ulamanya ahli filsafat dari kelompok Shabi'ah musyrikin. Yang mengagungkan arca, bintang dan berhala. Dan berita-berita yang sampai menceritakan tentang kabar mereka dan perjalanan hidupnya, yang semuanya menunjukan akan hal tersebut.
Fir'aun Zaman Musa
Adapun Fir'aun yang ada pada zamanya nabi Musa 'alaihi sallam, maka kondisinya berbeda, seperti dikatakan oleh Allah dalam firmanNya:
﴿ فَٱسۡتَخَفَّ قَوۡمَهُۥ فَأَطَاعُوهُۚ إِنَّهُمۡ كَانُواْ قَوۡمٗا فَٰسِقِينَ ٥٤ ﴾ [ الزخرف: 54 ]
"Maka Fir'aun mempengaruhi kaumnya (dengan perkataan itu) lalu mereka patuh kepadanya. karena sesungguhnya mereka adalah kaum yang fasik". (QS az-Zukhruf: 54).
Fir'aun inilah yang mengatakan kepada kaumnya:
﴿ مَا عَلِمۡتُ لَكُم مِّنۡ إِلَٰهٍ غَيۡرِي ٣٨ ﴾ [ القصص: 38 ]
"Aku tidak mengetahui Tuhan bagimu selain aku". (QS al-Qashash: 38).
Dan yang mengklaim dengan kesombongannya:
﴿ فَقَالَ أَنَا۠ رَبُّكُمُ ٱلۡأَعۡلَىٰ ٢٤ ﴾ [ النازعات: 23 ]
" (Fir'aun) berkata:"Akulah Tuhanmu yang paling tinggi". (QS an-Nazi'aat: 23).
Maka apabila mereka dikatakan sebagai kaum musyrikin sebagaimana disifati dalam al-Qur'an, dan Fir'aun yang ada pada masanya Nabi Musa 'alaihi sallam sebagai orang yang mengingkari adanya pencipta maka dia dikatakan sebagai penyembah tuhan-tuhan yang ada.
Allah tidak mensifati dirinya berlaku kesyirikan, adapun kaumnya Fir'aun bisa jadi mereka berpaling kepada Allah ta'ala secara total setelah mereka berbuat kesyirikan kepadaNya dan memenuhi ajakan raja mereka Fir'aun yang mengatakan: "Akulah Tuhanmu yang paling tinggi". Serta menyatakan, "Aku tidak mengetahui Tuhan bagimu selain aku".
Oleh sebab itu tatkala mereka diajak bicara oleh orang yang beriman, mereka langsung menyebut dua perkara, seperti direkam oleh Allah ta'ala kejadiannya didalam firmanNya:
﴿ تَدۡعُونَنِي لِأَكۡفُرَ بِٱللَّهِ وَأُشۡرِكَ بِهِۦ مَا لَيۡسَ لِي بِهِۦ عِلۡمٞ ٤٢ ﴾ [ غافر: 42]
"(Kenapa) kamu menyeruku supaya kafir kepada Allah dan mempersekutukan-Nya dengan apa yang tidak kuketahui". (QS Ghaafir: 42).
Syaikh Abu Bakar menjelaskan di dalam ayat ini disebut kekafiran kepada Allah yang terkandung di dalamnya bentuk pengingkaran, begitu pula disebut kesyirikan kepada Allah, maka firmanNya mengandung dua ucapan di atas disamping itu mengandung juga penjelasan dua kondisi tersebut secara bersamaan.
Sehingga menjadi terang kalau orang yang sombong akan berubah menjadi musyrik, bisa dengan beribadah kepada sesembahan lain bersama kesombongannya untuk mau beribadah kepada Allah azza wa jalla, dan penamaan dengan syirik pada kasus seperti ini memiliki pendukung yang senada, semisal larangan untuk berlaku sombong kepada Allah untuk mengikhlaskan agama hanya kepada Allah semata. Sebagaimana yang Allah terangkan di dalam firmanNya:
﴿ إِنَّهُمۡ كَانُوٓاْ إِذَا قِيلَ لَهُمۡ لَآ إِلَٰهَ إِلَّا ٱللَّهُ يَسۡتَكۡبِرُونَ ٣٥ وَيَقُولُونَ أَئِنَّا لَتَارِكُوٓاْ ءَالِهَتِنَا لِشَاعِرٖ مَّجۡنُونِۢ ٣٦ ﴾ [ الصفات: 35-36 ]
"Sesungguhnya mereka dahulu apabila dikatakan kepada mereka: "Laa ilaaha illallah" (Tiada Tuhan yang berhak disembah melainkan Allah) mereka menyombongkan diri. Dan mereka berkata: "Apakah sesungguhnya kami harus meninggalkan sembahan-sembahan kami karena seorang penyair gila?". (QS ash-Shaffaat: 35-36).
Mereka yang disebutkan dalam ayat adalah orang-orang yang sombong dan juga musyrik. Dan orang yang sombong, manakala tidak mau mengakui keberadaan Allah secara terang-terangan semisal Fir'aun maka kekufurannya lebih besar dari pada yang lainnya.
Ibnu Taimiyah menyebut bahwa kalau kaumnya Fir'aun, sebagaimana mereka telah berlaku kesyirikan kepada Allah azza wa jalla dalam perkara rububiyah mereka juga berbuat kesyirikan dalam perkara uluhiyah.
Dan ini sebagai bukti konkret yang menerangkan secara jelas kalau di sana ada perbedaan yang sangat gamblang antara Fir'aun yang ada pada zamannya Nabi Yusuf 'alaihi sallam dengan Fir'aun yang berada pada zamannya Nabi Musa 'alaihi sallam, dari sisi pengetahuan Fir'aun pertama bersama kaumnya tentang keberadaan Allah jalla wa 'alla, dan pengingkaran Fir'aun kedua bersama kaumnya tentang keberadaan Allah secara terang-terangan. (
Baca Juga
(mhy)