Menunggu Waktu Luang untuk Beramal Adalah Tanda Kebodohan

Selasa, 16 November 2021 - 10:13 WIB
Ustaz Hamdan Nasution Attantisy, Dai ahli Fiqih. Foto/Ist
Ustaz Hamdan Nasution Attantisy

Pengajar Ilmu Fiqih Ponpes Al-Yusufiyah

Tapanuli Selatan, Sumatera Utara

Semua manusia ingin baik, ingin menjadi lebih baik, dan tidak menyukai kejahatan dan keburukan. Namun, banyak orang yang ingin berpindah dari kebiasaan buruk menuju yang baik bahkan ingin menjadi lebih baik, tapi memiliki kendala betapa sulitnya merubah kebiasaan.

Bahkan tidak sedikit yang menunda-nunda itu semua. Menunda untuk bertaubat dan melangkah kepada amal dan menuntut ilmu.



Banyak orang punya fikiran menunggu tua dulu, nunggu waktu lapang, nunggu anak-anak besar dulu baru sholatnya diaktifkan lima waktu. Menunggu pekerjaan lebih layak dulu baru beramal lebih serius, Menunggu dan nunggu terus menunggu.

Al-Imam Ibnu 'Athoillah Assakandari telah mengingatkan dalam Kitab Al-Hikamnya:

إحالتك الأعمال على وجود الفراغ من رعونات النفس

"Penundaan untuk beramal karena menanti waktu luang itu adalah bukti kegoblokan."

Bagaimana tidak disebut bodoh dan goblok, bukankah kematian itu tidak memiliki jadwal pasti, justru datang secara tiba-tiba tanpa permisi lebih dahulu. Bahkan datang di saat-saat kita tidak sadar dan tak menganggap itu adalah hari kematian kita.

Bukankah setiap waktu memiliki pekerjaan? Maka setiap kita menunda, saat itu juga kita sedang menumpuk-numpuk tugas yang akan dikerjakan. Sedangkan saat tugas itu sedikit sulit dikerjakan apalagi setelah menumpuk.

Masa muda terasa biasa saja, pengen berubah setelah berkeluarga. Setelah berkeluarga sibuk bekerja

Setelah punya anak, pengen berubah setelah anak-anak besar.

Setelah anak-anak besar pengen berubah tapi disibukkan cari nafkah yang lebih besar karena tuntutan sekolah dan kebutuhan lainnya. Nunggu setelah tua, nyatanya setelah tua disibukkan oleh cucu dan lainnya. Bahkan disibukkan penyakit yang datang silih berganti.

Kapan Lagi Berubahnya?

Maka jangan sia-siakan waktu sekarang. Waktu sekaranglah waktu kita, sebab waktu akan datang adalah sesuatu yang tak pasti milik kita.

Pendekkan angan-angan. Perbanyak beramal, dan tentunya didasari ilmu, maka lazimi menuntut ilmu. Sebab dunia ini kita kejar dan kejar akan semakin jauh berlari, takkan pernah dapat.

Ibarat minum air laut, tak pernah puas. Apa yang ada syukuri, dengan mengabdi kepadanya.

Wallahu A'lam

Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
(rhs)
cover top ayah
وَلَيۡسَتِ التَّوۡبَةُ لِلَّذِيۡنَ يَعۡمَلُوۡنَ السَّيِّاٰتِ‌ ۚ حَتّٰۤى اِذَا حَضَرَ اَحَدَهُمُ الۡمَوۡتُ قَالَ اِنِّىۡ تُبۡتُ الۡـــٰٔنَ وَلَا الَّذِيۡنَ يَمُوۡتُوۡنَ وَهُمۡ كُفَّارٌ ‌ؕ اُولٰٓٮِٕكَ اَعۡتَدۡنَا لَهُمۡ عَذَابًا اَ لِيۡمًا
Dan tobat itu tidaklah diterima Allah dari mereka yang melakukan kejahatan hingga apabila datang ajal kepada seseorang di antara mereka, barulah dia mengatakan, Saya benar-benar bertobat sekarang. Dan tidak pula diterima tobat dari orang-orang yang meninggal sedang mereka di dalam kekafiran. Bagi orang-orang itu telah Kami sediakan azab yang pedih.

(QS. An-Nisa Ayat 18)
cover bottom ayah
Artikel Terkait
Al-Qur'an, Bacalah!
Rekomendasi
Terpopuler
Artikel Terkini More