Kisah Terbunuhnya Nabi Yahya dan Perempuan yang Menginginkan Darahnya
Selasa, 07 Desember 2021 - 05:15 WIB
Kemudian raja itu mengutus para pasukannya untuk mencari Yahya dan membunuhnya.
Tidak lama kemudian mereka pun menemui Yahya yang sedang sholat di mihrabnya, dan aku juga sedang sholat di sampingnya. Lalu mereka membunuh Yahya dan meletakkan kepala dan darahnya di dalam sebuah keranjang.
Lalu Nabi bertanya, “Apakah kamu masih dapat bersabar ketika itu?”
Zakaria menjawab, “Aku sama sekali tidak berpaling dari sholatku.”
Lalu Zakaria melanjutkan, “Kemudian kepala Yahya diberikan kepada wanita itu dan diletakkan di hadapannya.
Pada sore harinya Allah membinasakan raja, keluarganya, dan seluruh bala tentaranya.
Kelebihan Nabi Yahya
Nabi Yahya as merupakan pribadi yang memiliki kelebihan, sebagaimana yang diungkapkan Rasulullah SAW. Ath-Thabrani meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW berkata: “Tidak seyogyanya bagi seseorang berkata: saya lebih baik dari (Nabi) Yahya bin Zakaria.”
Maka kami berkata: “Wahai Rasulullah, dan dari manakah (engkau mengetahui) itu?”.
Lalu (Nabi) berkata: “Apakah kalian tidak mendengar (mengetahui) bagaimana Allah menggambarkan dia (Nabi Yahya) di dalam Al-Quran?”. Nabi berkata sebagaimana yang tertuang dalam Al-Quran Surah Maryam ayat 12:
“Wahai Yahya, ambillah Al-Kitab (Taurat) itu dengan sungguh-sungguh. Dan kami berikan kepadanya hikmah selagi ia masih menjadi anak-anak.”
Kemudian Nabi Muhammad SAW membacakan lagi sampai pada Surat Ali Imran penggalan ayat 39 :
“(Nabi Yahya) menjadi panutan, (pribadi) yang menahan diri (dari hawa nafsu), dan seorang Nabi yang termasuk keturunan dari orang-orang saleh.”
Nabi melanjutkan, “Nabi Yahya merupakan seseorang yang tidak pernah meluangkan waktunya untuk berbuat kejahatan, maupun mementingkan kejahatan.
Dijelaskan bahwa Nabi Yahya juga menyerukan Kitab Taurat dipahami dengan sungguh-sungguh, dan makna dari Taurat dapat dimaknai secara mendalam dan sebaik-baiknya.
Nabi Yahya juga menekankan pentingnya mengaplikasikan ajaran-ajaran yang termaktub dalam Taurat. Baik itu syariat maupun etika dan adab sebagai seorang hamba.
Sebab sesungguhnya, keberkahan ilmu itu terletak pada penerapannya. Hal ini sebagaimana termaktub dalam Surah Maryam ayat 12 tadi, yakni tentang seruan mengambil Taurat dan mempelajari serta mengamalkannya dengan sungguh-sungguh. Dan pada ayat 15, Allah berfirman:
Tidak lama kemudian mereka pun menemui Yahya yang sedang sholat di mihrabnya, dan aku juga sedang sholat di sampingnya. Lalu mereka membunuh Yahya dan meletakkan kepala dan darahnya di dalam sebuah keranjang.
Lalu Nabi bertanya, “Apakah kamu masih dapat bersabar ketika itu?”
Zakaria menjawab, “Aku sama sekali tidak berpaling dari sholatku.”
Lalu Zakaria melanjutkan, “Kemudian kepala Yahya diberikan kepada wanita itu dan diletakkan di hadapannya.
Pada sore harinya Allah membinasakan raja, keluarganya, dan seluruh bala tentaranya.
Kelebihan Nabi Yahya
Nabi Yahya as merupakan pribadi yang memiliki kelebihan, sebagaimana yang diungkapkan Rasulullah SAW. Ath-Thabrani meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW berkata: “Tidak seyogyanya bagi seseorang berkata: saya lebih baik dari (Nabi) Yahya bin Zakaria.”
Maka kami berkata: “Wahai Rasulullah, dan dari manakah (engkau mengetahui) itu?”.
Lalu (Nabi) berkata: “Apakah kalian tidak mendengar (mengetahui) bagaimana Allah menggambarkan dia (Nabi Yahya) di dalam Al-Quran?”. Nabi berkata sebagaimana yang tertuang dalam Al-Quran Surah Maryam ayat 12:
يَا يَحْيَىٰ خُذِ الْكِتَابَ بِقُوَّةٍ ۖ وَآتَيْنَاهُ الْحُكْمَ صَبِيًّا
“Wahai Yahya, ambillah Al-Kitab (Taurat) itu dengan sungguh-sungguh. Dan kami berikan kepadanya hikmah selagi ia masih menjadi anak-anak.”
Kemudian Nabi Muhammad SAW membacakan lagi sampai pada Surat Ali Imran penggalan ayat 39 :
وَسَيِّدًا وَحَصُورًا وَنَبِيًّا مِنَ الصَّالِحِينَ
“(Nabi Yahya) menjadi panutan, (pribadi) yang menahan diri (dari hawa nafsu), dan seorang Nabi yang termasuk keturunan dari orang-orang saleh.”
Nabi melanjutkan, “Nabi Yahya merupakan seseorang yang tidak pernah meluangkan waktunya untuk berbuat kejahatan, maupun mementingkan kejahatan.
Dijelaskan bahwa Nabi Yahya juga menyerukan Kitab Taurat dipahami dengan sungguh-sungguh, dan makna dari Taurat dapat dimaknai secara mendalam dan sebaik-baiknya.
Nabi Yahya juga menekankan pentingnya mengaplikasikan ajaran-ajaran yang termaktub dalam Taurat. Baik itu syariat maupun etika dan adab sebagai seorang hamba.
Sebab sesungguhnya, keberkahan ilmu itu terletak pada penerapannya. Hal ini sebagaimana termaktub dalam Surah Maryam ayat 12 tadi, yakni tentang seruan mengambil Taurat dan mempelajari serta mengamalkannya dengan sungguh-sungguh. Dan pada ayat 15, Allah berfirman: