Nabi Daniel Kabarkan Kedatangan Nabi Muhammad 1.200 Tahun sebelum Nabi Lahir
Sabtu, 11 Desember 2021 - 12:11 WIB
Daniel adalah nabi dari kalangan Bani Israil . Sebagian ulama mengatakan Nabi Daniel memiliki dua nubuat. Pertama, mengabarkan akan datangnya al-Masih Isa bin Maryam , dan kedua, nubuat tentang kemunculan baginda Nabi Muhammad SAW .
Ibnu Taimiyah sebagaimana dikutip buku "Zulkarnain Agung antara Cyrus dan Alexander, Jejak Cerita dalam al-Quran dan Riwayat Sejarah" karya Wisnu Tanggap Prabowo mengatakan, Daniel menyebut nama Muhammad dengan nama, dan berkata, “Anak-anak panah akan terlepas dari busur-busur, dan anak-anak panah tersebut akan dinodai oleh darah, wahai Muhammad.”
Dalam literasi ahli kitab, Nabi Daniel hidup pada abad ke-6 SM, sekitar lima abad sebelum masa Nabi Isa as, dan sekitar dua belas abad sebelum masa kenabian Muhammad SAW. Sebagaimana para Nabi dan Rasul, pengetahuan tentang gaib hanya datang dari Allah melalui Malaikat Jibril.
Ulama tafsir Ibnu Katsir dalam kitabnya "Qashas al-Anbiyaa" juga menuliskan kisah tentang Nabi Daniel.
Menurut Wisnu, kisah Nabi Daniel dalam khazanah Islam memiliki kemiripan dengan tradisi ahli kitab. Di antara kesamaannya adalah kisah Nabi Daniel di kandang singa tempat Nabi Irmiya (Jeremiah) mengunjunginya dan membawakan makanan dan minuman atas perintah Allah.
Lokasi Makam Nabi Daniel
Selain itu, terdapat peristiwa bersejarah dari generasi sahabat terkait Nabi Daniel ini. Salah satunya ditemukannya jasad beliau yang masih utuh di sebuah wilayah dekat kota Hurmuzan (Hormuz, saat ini di provinsi Hormozgan, Iran bagian selatan).
Abu Musa al-Anshari yang berada di tengah pasukan muslim melaporkan kepada Khalifah Umar bin Khattab di Madinah melalui sepucuk surat. Setelah menerima dan membacanya, Umar membalas surat itu, berkata, ”Ia adalah salah seorang dari para Nabi. Api tidak memakan jasad para Nabi. Dan bumi juga tidak memakan jasad para Nabi."
Ibnu Katsir kembali menegaskan bahwa jasad yang ditemukan muslimin saat ekspedisi militer ke Persia tersebut adalah jasad Nabi Daniel.
Sementara itu, Imam al-Baihaqi mengatakan dalam Dalfil an-Nubuwah bahwa Abu Aliyah beserta kaum muslimin lain menggali lubang kubur di tengah sungai dengan cara membendung airnya, lalu di kala malam mereka menguburkan jasad Nabi Daniel di salah satu liang-liang lahat yang digali itu.
Tujuannya adalah untuk mencegah mudarat yang lebih besar, yaitu praktik pengultusan kuburan orang saleh secara berlebihan di mana melalui pintu pengultusan itulah godaan iblis masuk ke oknum kaum Nabi Nuh yang menyembah orang-orang saleh.
Setidaknya kini ada enam teori mengenai lokasi makam Nabi Daniel, yaitu di Kirkuk dan Mugdadiyah di Irak, Susa dan Malamir di Iran, di Babilon, dan di Samarkand.
Teori lokasi makam yang paling masyhur adalah di Susa. Memang, jika dilihat dari peta, menurut Wisnu, Susa dekat dengan kota Hurmuzan, tempat kaum muslimin menguburkan jasad Nabi Daniel sebagaimana dalam sumber Islam.
"Namun demikian, Susa ada di provinsi Khuzestan, sementara Hormuz ada di provinsi Hormuzgan. Jarak yang terpaut antara keduanya adalah 1.300 kilometer!" ujar Wisnu yang mengingatkan bahwa Nabi Daniel adalah Nabi dari kalangan Bani Israil.
Orang Saleh
Sementara itu, terjadi polemik di kalangan kaum Yahudi yang bahkan berlanjut hingga kini mengenai apakah Daniel seorang Nabi atau bukan. Sebagian memandang Daniel bukanlah Nabi, melainkan orang saleh yang mendapat bimbingan ilahiah.
Satu hal yang disepakati, Daniel adalah tokoh masyhur dengan Kitab Daniel-nya (Book of Daniel), yang termasuk ke salah satu teks-teks suci Tanakh di mana Taurat ada dalamnya.
Saat Nebukadnezar menghancurkan al-Quds beserta Kuil Sulaiman pada 587 SM, Daniel menjadi tawanan raja Babilonia tersebut dan beliau diboyong ke Babel. Terlepas dari status tawanannya, menurut Wisnu, di Babilonia Nabi Daniel mendapat tempat terhormat di kerajaan dan menjabat sebuah posisi yang memungkinkan beliau dekat dengan raja Nebukadnezar.
Bagi Nasrani, Daniel adalah Nabi. Bagi umat Islam pun demikian. Hanya saja nama beliau tidak disebutkan dalam al-Quran. Bagi umat Yahudi, Daniel “hanyalah” seseorang yang diberi ilham. Tidak terlampau jauh berbeda dengan nubuat Nabi Daniel dalam Islam mengenai kemunculan Isa al-Masih dan Rasulullah. Di tradisi kalangan Yahudi juga terdapat pandangan bahwa Daniyyel adalah seseorang yang memiliki visi tentang masa depan sekaligus seorang pahlawan yang dielu-elukan.
Sebagaimana perkataan Ibnu Taimiyah, berita kemunculan Nabi Isa al-Masih yang diberitakan Nabi Daniel juga terdapat tradisi Nasrani, hanya saja interpretasi versi Nasrani akan Nubuat Nabi Daniel dikaitkan dengan kemunculan Yesus.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan bahwa Nabi Daniel mengabarkan tentang akan diutusnya Rasulullah dengan menyebut nama “Muhammad” secara gamblang.
Nyatanya, penyebutan nama “Muhammad” oleh Nabi-Nabi terdahulu tidak saja melalui lisan Nabi Daniel alaihissalam saja. Nabi Isa pun menyebut nama “Ahmad” secara langsung. Allah berfirman:
“Dan (ingatlah) ketika Isa putra Maryam berkata, Hai Bani Israil, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu, membenarkan kitab (yang turun) sebelumku, yaitu Taurat dan memberi khabar gembira dengan (datangnya) seorang Rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya Ahmad (Muhammad).” ( QS ash-Shaff : 6 )
Lumrah jika kita bertanya, apakah ahli kitab baik Yahudi dengan Taurat-nya, atau Nasrani dengan Injilnya, akan mengatakan kepada umat Islam bahwa mereka menemukan nama “Ahmad” atau “Muhammad” sebagai Nabi yang akan diutus pada Akhir Zaman dalam kitab mereka? Secara umum, sikap mereka adalah sebagaimana firman Allah:
“Hai Ahli Kitab, sesungguhnya telah datang kepadamu Rasul Kami, menjelaskan kepadamu banyak dari isi alKitab yang kamu sembunyikan, dan banyak (pula yang) dibiarkannya. Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah, dan kitab yang menerangkan.” ( QS al-Ma'idah : 15 )
Di atas semua itu, The Book of Daniel memang diakui bagi kebanyakan ahli kitab sebagai sumber berharga yang mengabarkan berita dari masa depan dimulai sejak abad ke-6 SM hingga Hari Kiamat.
Ibnu Taimiyah sebagaimana dikutip buku "Zulkarnain Agung antara Cyrus dan Alexander, Jejak Cerita dalam al-Quran dan Riwayat Sejarah" karya Wisnu Tanggap Prabowo mengatakan, Daniel menyebut nama Muhammad dengan nama, dan berkata, “Anak-anak panah akan terlepas dari busur-busur, dan anak-anak panah tersebut akan dinodai oleh darah, wahai Muhammad.”
Dalam literasi ahli kitab, Nabi Daniel hidup pada abad ke-6 SM, sekitar lima abad sebelum masa Nabi Isa as, dan sekitar dua belas abad sebelum masa kenabian Muhammad SAW. Sebagaimana para Nabi dan Rasul, pengetahuan tentang gaib hanya datang dari Allah melalui Malaikat Jibril.
Ulama tafsir Ibnu Katsir dalam kitabnya "Qashas al-Anbiyaa" juga menuliskan kisah tentang Nabi Daniel.
Menurut Wisnu, kisah Nabi Daniel dalam khazanah Islam memiliki kemiripan dengan tradisi ahli kitab. Di antara kesamaannya adalah kisah Nabi Daniel di kandang singa tempat Nabi Irmiya (Jeremiah) mengunjunginya dan membawakan makanan dan minuman atas perintah Allah.
Lokasi Makam Nabi Daniel
Selain itu, terdapat peristiwa bersejarah dari generasi sahabat terkait Nabi Daniel ini. Salah satunya ditemukannya jasad beliau yang masih utuh di sebuah wilayah dekat kota Hurmuzan (Hormuz, saat ini di provinsi Hormozgan, Iran bagian selatan).
Abu Musa al-Anshari yang berada di tengah pasukan muslim melaporkan kepada Khalifah Umar bin Khattab di Madinah melalui sepucuk surat. Setelah menerima dan membacanya, Umar membalas surat itu, berkata, ”Ia adalah salah seorang dari para Nabi. Api tidak memakan jasad para Nabi. Dan bumi juga tidak memakan jasad para Nabi."
Ibnu Katsir kembali menegaskan bahwa jasad yang ditemukan muslimin saat ekspedisi militer ke Persia tersebut adalah jasad Nabi Daniel.
Sementara itu, Imam al-Baihaqi mengatakan dalam Dalfil an-Nubuwah bahwa Abu Aliyah beserta kaum muslimin lain menggali lubang kubur di tengah sungai dengan cara membendung airnya, lalu di kala malam mereka menguburkan jasad Nabi Daniel di salah satu liang-liang lahat yang digali itu.
Tujuannya adalah untuk mencegah mudarat yang lebih besar, yaitu praktik pengultusan kuburan orang saleh secara berlebihan di mana melalui pintu pengultusan itulah godaan iblis masuk ke oknum kaum Nabi Nuh yang menyembah orang-orang saleh.
Setidaknya kini ada enam teori mengenai lokasi makam Nabi Daniel, yaitu di Kirkuk dan Mugdadiyah di Irak, Susa dan Malamir di Iran, di Babilon, dan di Samarkand.
Teori lokasi makam yang paling masyhur adalah di Susa. Memang, jika dilihat dari peta, menurut Wisnu, Susa dekat dengan kota Hurmuzan, tempat kaum muslimin menguburkan jasad Nabi Daniel sebagaimana dalam sumber Islam.
"Namun demikian, Susa ada di provinsi Khuzestan, sementara Hormuz ada di provinsi Hormuzgan. Jarak yang terpaut antara keduanya adalah 1.300 kilometer!" ujar Wisnu yang mengingatkan bahwa Nabi Daniel adalah Nabi dari kalangan Bani Israil.
Orang Saleh
Sementara itu, terjadi polemik di kalangan kaum Yahudi yang bahkan berlanjut hingga kini mengenai apakah Daniel seorang Nabi atau bukan. Sebagian memandang Daniel bukanlah Nabi, melainkan orang saleh yang mendapat bimbingan ilahiah.
Satu hal yang disepakati, Daniel adalah tokoh masyhur dengan Kitab Daniel-nya (Book of Daniel), yang termasuk ke salah satu teks-teks suci Tanakh di mana Taurat ada dalamnya.
Saat Nebukadnezar menghancurkan al-Quds beserta Kuil Sulaiman pada 587 SM, Daniel menjadi tawanan raja Babilonia tersebut dan beliau diboyong ke Babel. Terlepas dari status tawanannya, menurut Wisnu, di Babilonia Nabi Daniel mendapat tempat terhormat di kerajaan dan menjabat sebuah posisi yang memungkinkan beliau dekat dengan raja Nebukadnezar.
Bagi Nasrani, Daniel adalah Nabi. Bagi umat Islam pun demikian. Hanya saja nama beliau tidak disebutkan dalam al-Quran. Bagi umat Yahudi, Daniel “hanyalah” seseorang yang diberi ilham. Tidak terlampau jauh berbeda dengan nubuat Nabi Daniel dalam Islam mengenai kemunculan Isa al-Masih dan Rasulullah. Di tradisi kalangan Yahudi juga terdapat pandangan bahwa Daniyyel adalah seseorang yang memiliki visi tentang masa depan sekaligus seorang pahlawan yang dielu-elukan.
Sebagaimana perkataan Ibnu Taimiyah, berita kemunculan Nabi Isa al-Masih yang diberitakan Nabi Daniel juga terdapat tradisi Nasrani, hanya saja interpretasi versi Nasrani akan Nubuat Nabi Daniel dikaitkan dengan kemunculan Yesus.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan bahwa Nabi Daniel mengabarkan tentang akan diutusnya Rasulullah dengan menyebut nama “Muhammad” secara gamblang.
Nyatanya, penyebutan nama “Muhammad” oleh Nabi-Nabi terdahulu tidak saja melalui lisan Nabi Daniel alaihissalam saja. Nabi Isa pun menyebut nama “Ahmad” secara langsung. Allah berfirman:
“Dan (ingatlah) ketika Isa putra Maryam berkata, Hai Bani Israil, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu, membenarkan kitab (yang turun) sebelumku, yaitu Taurat dan memberi khabar gembira dengan (datangnya) seorang Rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya Ahmad (Muhammad).” ( QS ash-Shaff : 6 )
Lumrah jika kita bertanya, apakah ahli kitab baik Yahudi dengan Taurat-nya, atau Nasrani dengan Injilnya, akan mengatakan kepada umat Islam bahwa mereka menemukan nama “Ahmad” atau “Muhammad” sebagai Nabi yang akan diutus pada Akhir Zaman dalam kitab mereka? Secara umum, sikap mereka adalah sebagaimana firman Allah:
“Hai Ahli Kitab, sesungguhnya telah datang kepadamu Rasul Kami, menjelaskan kepadamu banyak dari isi alKitab yang kamu sembunyikan, dan banyak (pula yang) dibiarkannya. Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah, dan kitab yang menerangkan.” ( QS al-Ma'idah : 15 )
Di atas semua itu, The Book of Daniel memang diakui bagi kebanyakan ahli kitab sebagai sumber berharga yang mengabarkan berita dari masa depan dimulai sejak abad ke-6 SM hingga Hari Kiamat.
(mhy)