3 Anugerah Nikmat Allah Ta'ala yang Tak Terhitung di Dalam Rumah
Senin, 27 Desember 2021 - 11:08 WIB
Jika seorang melihat kenyataan manusia yang rela mengeluarkan biaya yang besar untuk berobat, ini bukti nyata mahalnya kesehatan yang merupakan kenikmatan dari Allah Ta’ala. Akan tetapi kebanyakan manusia lalai dari kenikmatan kesehatan ini, dia akan ingat jika kesehatan hilang darinya.
Tidak heran, Imam Ibnul Qoyyim rahimahullah sampai membuat kaidah berharga dalam bukunya al Fawaid,
“Menjaga Energi vital (kesehatan daya tahan tubuh) lebih diutamakan ketimbang berpantang (tindakan preventif)”
(Lihat pembahasannya dalam Kitab Al-Fawaid, bab Faidah Jaliilah bagian ke-5, hal. 174).
Oleh karena itulah seorang hamba hendaklah selalu mengingat-ingat kenikmatan Allah Yang Maha Mulia yaitu berupa anugerah kesehatan, kemudian bersyukur kepada-Nya, dengan memanfaatkannya untuk ketaatan kepada-Nya. Jangan menjadi orang yang merugi, sebagaimana hadits di bawah ini:
“Dari Ibnu Abbas, dia berkata: Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Dua kenikmatan, kebanyakan manusia tertipu pada keduanya: kesehatan dan waktu luang.” (HR. Bukhari, no. 5933).
Al-Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah berkata: “Kenikmatan adalah keadaan yang baik (sehat jasmani), ada yang mengatakan kenikmatan adalah manfaat yang dilakukan dengan bentuk melakukan kebaikan untuk orang lain.”
(lihat kitab Fathul Bari Syarh Shahih Bukhari, penjelasan hadits no. 5933)
3. Kecukupan Konsumsi Harian
Sejatinya ketika seorang muslim bisa makan di hari ini, hal itu merupakan kenikmatan luar biasa. Bahagia itu tidak harus punya tabungan yang cukup untuk makan sebulan kemudian. Namun kekurangan di hari kedua, ketiga, dan seterusnya bisa disiasati dengan berburu keberkahan.
Ada yang bisa bekerja dari rumah “Alhamdulillah”, istilah modernnya ‘work from home,’ ada juga yang harus mengais rezeki, dengan mencari sebagian karunia Allah Ta’ala di luar rumah, tentunya dengan memperhatikan aturan kehidupan saat wabah menular ini, Sehingga semuanya bertawakkal secara sempurna kepada Allah Ta’ala dengan sikapnya masing-masing.
Dari sahabat mulia ‘Umar bin Khattab, ia berkata bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
“Seandainya kalian benar-benar bertawakkal pada Allah, tentu kalian akan diberi rezeki sebagaimana burung diberi rezeki. Ia pergi di pagi hari dalam keadaan lapar dan kembali di sore hari dalam keadaan kenyang.” (HR. Tirmidzi, no. 2344. Abu ‘Isa (Imam Tirmidzi) mengatakan bahwa hadits ini hasan shahih).
Jangan saling menyalahkan, bahkan saling membantulah di antara kalian “Wahai Hamba Allah Ta’ala”
Dari sahabat Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, ia mengatakan bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda;
Tidak heran, Imam Ibnul Qoyyim rahimahullah sampai membuat kaidah berharga dalam bukunya al Fawaid,
حفظ القوة مقدم على الحمية
“Menjaga Energi vital (kesehatan daya tahan tubuh) lebih diutamakan ketimbang berpantang (tindakan preventif)”
(Lihat pembahasannya dalam Kitab Al-Fawaid, bab Faidah Jaliilah bagian ke-5, hal. 174).
Oleh karena itulah seorang hamba hendaklah selalu mengingat-ingat kenikmatan Allah Yang Maha Mulia yaitu berupa anugerah kesehatan, kemudian bersyukur kepada-Nya, dengan memanfaatkannya untuk ketaatan kepada-Nya. Jangan menjadi orang yang merugi, sebagaimana hadits di bawah ini:
عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نِعْمَتَانِ مَغْبُونٌ فِيهِمَا كَثِيرٌ مِنْ النَّاسِ الصِّحَّةُ وَالْفَرَاغُ
“Dari Ibnu Abbas, dia berkata: Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Dua kenikmatan, kebanyakan manusia tertipu pada keduanya: kesehatan dan waktu luang.” (HR. Bukhari, no. 5933).
Al-Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah berkata: “Kenikmatan adalah keadaan yang baik (sehat jasmani), ada yang mengatakan kenikmatan adalah manfaat yang dilakukan dengan bentuk melakukan kebaikan untuk orang lain.”
(lihat kitab Fathul Bari Syarh Shahih Bukhari, penjelasan hadits no. 5933)
3. Kecukupan Konsumsi Harian
Sejatinya ketika seorang muslim bisa makan di hari ini, hal itu merupakan kenikmatan luar biasa. Bahagia itu tidak harus punya tabungan yang cukup untuk makan sebulan kemudian. Namun kekurangan di hari kedua, ketiga, dan seterusnya bisa disiasati dengan berburu keberkahan.
Ada yang bisa bekerja dari rumah “Alhamdulillah”, istilah modernnya ‘work from home,’ ada juga yang harus mengais rezeki, dengan mencari sebagian karunia Allah Ta’ala di luar rumah, tentunya dengan memperhatikan aturan kehidupan saat wabah menular ini, Sehingga semuanya bertawakkal secara sempurna kepada Allah Ta’ala dengan sikapnya masing-masing.
Dari sahabat mulia ‘Umar bin Khattab, ia berkata bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
لَوْ أَنَّكُمْ كُنْتُمْ تَوَكَّلُونَ عَلَى اللَّهِ حَقَّ تَوَكُّلِهِ لَرُزِقْتُمْ كَمَا تُرْزَقُ الطَّيْرُ تَغْدُو خِمَاصًا وَتَرُوحُ بِطَانًا
“Seandainya kalian benar-benar bertawakkal pada Allah, tentu kalian akan diberi rezeki sebagaimana burung diberi rezeki. Ia pergi di pagi hari dalam keadaan lapar dan kembali di sore hari dalam keadaan kenyang.” (HR. Tirmidzi, no. 2344. Abu ‘Isa (Imam Tirmidzi) mengatakan bahwa hadits ini hasan shahih).
Jangan saling menyalahkan, bahkan saling membantulah di antara kalian “Wahai Hamba Allah Ta’ala”
Dari sahabat Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, ia mengatakan bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda;
لاَ تَحَاسَدُوْا وَلاَ تَنَاجَشُوْا وَلاَ تَبَاغَضُوْا وَلاَ تَدَابَرُوْا وَلاَ يَبِعْ بَعْضُكُمْ عَلَى بَيْعِ بَعْضٍ وَكُوْنُوْا عِبَادَ اللهِ إِخْوَانًا، اْلمُسْلِمُ أَخُو اْلمُسْلِمِ لاَ يَظْلِمُهُ وَلاَ يَخْذُلُهُ وَلاَ يَكْذِبُهُ وَلاَ يَحْقِرُهُ، التَّقْوَى هَاهُنَا وَيُشِيْرُ إِلَى صَدْرِهِ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ بِحَسْبِ امْرِئٍ مِنَ الشَّرِّ أَنْ يَحْقِرَ أَخَاهُ اْلمُسْلِمَ كُلُّ اْلمُسْلِمِ عَلَى اْلمُسْلِمِ حَرَامٌ: دَمُهُ وَمَالُهُ وَعِرْضُهُ. أَخْرَجَهُ مُسْلِمٌ