Pentingnya Menjaga Nikmat Afiyah Dunia dan Akhirat
loading...
A
A
A
Nikmat afiyah adalah kebaikan dari banyaknya kebaikan-kebaikan keduniaan. Siapa saja yang dianugerahi nikmat tersebut, maka ia memperoleh kesejahteraan yang berlimpah.
Dalam hal ini sebagian ahli tafsir, seperti Imam Qatadah dan yang lainnya, menafsirkan kalimat al-hasanah—kebaikan—di dunia sebagai as-shihhah wal ‘afiyah.
Seperti pada firman Allah subhanahu wata’ala:
“Dan di antara mereka ada yang berdoa,‘Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, dan lindungilah kami dari azab neraka.’”(QS Al Baqarah : 201)
Imam An-Nawawi rahimahullah dalam Syarah Shahih Muslim-nya, mengatakan bahwa pendapat yang paling dzahir atau jelas dalam menafsirkan kalimat “hasanah fid dunya” dalam firman Allah tersebut maksudnya adalah “al-’ibadah wal ‘aafiyah”, ibadah dan kesehatan atau kesejahteraan. Hasanah fil akhirah, kebaikan di akhirat, adalah berupa surga dan ampunan-Nya—maghfirah, dan dikatakan pula bahwa hasanah (kebaikan) tersebut mencakup kebaikan dunia dan akhirat.
Dalam suatu hadis yang diriwayatkan oleh sahabat Anas bin Malik radhiyallaahu ‘anhu, hadis riwayat Muslim no. 4853, diceritakan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah menjenguk seseorang dari kaum muslimin yang sakit dan sangat kurus bagaikan anak burung. Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bertanya kepadanya,
“Apakah kamu pernah berdoa atau meminta sesuatu?” Lalu laki-laki itu menjawab,
“Ya, aku pernah berdoa,‘Ya Allah, jika Engkau akan menyiksaku di akhirat, maka segerakanlah siksaan itu untukku di dunia.’”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
“Subhanalah, kamu tidak akan mampu itu. Mengapa kamu tidak berdoa,‘Ya Allah berikan kepada kami di dunia kebaikan dan di akhirat kebaikan serta peliharalah kami dari azab neraka.’ Lalu beliau mendoakan orang itu dan Allah pun memberikan kesembuhan kepadanya.”
Ustaz Dr. (C) Mubin Amrulloh, Lc., menjelaskan, saking berharganya nikmat afiyah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam senantiasa memohon dan berdoa kepada Allah subhanahu wata’ala agar dikaruniai nikmat Allah tersebut, baik ketika dalam salat maupun di luar salat.
Seperti doa Baginda Nabi yang termasuk bagian dari salah satu redaksi bacaan doa iftitah salat,
Dan doa ketika duduk di antara dua sujud,
Juga doa saat qunut Subuh,
Dalam hal ini sebagian ahli tafsir, seperti Imam Qatadah dan yang lainnya, menafsirkan kalimat al-hasanah—kebaikan—di dunia sebagai as-shihhah wal ‘afiyah.
Seperti pada firman Allah subhanahu wata’ala:
وَمِنْهُمْ مَنْ يَقُولُ رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
“Dan di antara mereka ada yang berdoa,‘Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, dan lindungilah kami dari azab neraka.’”(QS Al Baqarah : 201)
Imam An-Nawawi rahimahullah dalam Syarah Shahih Muslim-nya, mengatakan bahwa pendapat yang paling dzahir atau jelas dalam menafsirkan kalimat “hasanah fid dunya” dalam firman Allah tersebut maksudnya adalah “al-’ibadah wal ‘aafiyah”, ibadah dan kesehatan atau kesejahteraan. Hasanah fil akhirah, kebaikan di akhirat, adalah berupa surga dan ampunan-Nya—maghfirah, dan dikatakan pula bahwa hasanah (kebaikan) tersebut mencakup kebaikan dunia dan akhirat.
Dalam suatu hadis yang diriwayatkan oleh sahabat Anas bin Malik radhiyallaahu ‘anhu, hadis riwayat Muslim no. 4853, diceritakan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah menjenguk seseorang dari kaum muslimin yang sakit dan sangat kurus bagaikan anak burung. Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bertanya kepadanya,
هَلْ كُنْتَ تَدْعُو بِشَيْءٍ أَوْ تَسْأَلُهُ إِيَّاهُ؟
“Apakah kamu pernah berdoa atau meminta sesuatu?” Lalu laki-laki itu menjawab,
نَعَمْ. كُنْتُ أَقُولُ اللَّهُمَّ مَا كُنْتَ مُعَاقِبِي بِهِ فِي الْآخِرَةِ فَعَجِّلْهُ لِي فِي الدُّنْيَا
“Ya, aku pernah berdoa,‘Ya Allah, jika Engkau akan menyiksaku di akhirat, maka segerakanlah siksaan itu untukku di dunia.’”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
سُبْحَانَ اللَّهِ لَا تُطِيقُهُ أَوْ لَا تَسْتَطِيعُهُ. أَفَلَا قُلْتَ: اللَّهُمَّ آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
“Subhanalah, kamu tidak akan mampu itu. Mengapa kamu tidak berdoa,‘Ya Allah berikan kepada kami di dunia kebaikan dan di akhirat kebaikan serta peliharalah kami dari azab neraka.’ Lalu beliau mendoakan orang itu dan Allah pun memberikan kesembuhan kepadanya.”
Ustaz Dr. (C) Mubin Amrulloh, Lc., menjelaskan, saking berharganya nikmat afiyah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam senantiasa memohon dan berdoa kepada Allah subhanahu wata’ala agar dikaruniai nikmat Allah tersebut, baik ketika dalam salat maupun di luar salat.
Seperti doa Baginda Nabi yang termasuk bagian dari salah satu redaksi bacaan doa iftitah salat,
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي، وَاهْدِنِي وَارْزُقْنِي، وَعَافِنِي، أَعُوذُ بِاللهِ مِنْ ضِيقِ المَقَامِ يَوْمَ القِيامَةِ
Dan doa ketika duduk di antara dua sujud,
رَبِّ اغْفِرْ لِي، وَارْحَمْنِي، وَاجْبُرْنِي، وَارْفَعْنِي، وَارْزُقْنِي، وَاهْدِنِي، وَعَافِنِي، وَاعْفُ عَنِّي
Juga doa saat qunut Subuh,