Sering Diucapkan, Inilah Makna Ihdinash Shirathal Mustaqiim

Senin, 17 Januari 2022 - 19:48 WIB
Tetapi akal manusia juga belum memadai untuk membawanya kepada kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Maka manusia membutuhkan hidayah lain, di samping pancaindra dan akalnya, yaitu hidayah agama yang dibawa oleh para Rasul 'alaihimus-salatu was-salam.

4. Hidayah Agama

Allah mengutus Rasul-rasul untuk membawa agama yang akan menunjukkan kepada manusia jalan yang harus mereka tempuh untuk kebahagiaan mereka di dunia dan akhirat. Mula-mula yang ditanamkan oleh Rasul-rasul itu adalah kepercayaan tentang adanya Tuhan Yang Maha Esa dengan segala sifat-sifat kesempurnaan-Nya, guna membersihkan itikad manusia dari syirik (mempersekutukan Allah).

Rasul membawa manusia kepada kepercayaan tauhid melalui akal dan logika, yaitu dengan mempergunakan dalil-dalil yang tepat dan logis. Dialog antara Nabi Ibrahim dengan Namrudz, Nabi Musa dengan Fir'aun, dan seruan-seruan Al-Qur'an kepada kaum musyrikin Quraisy semuanya mengajak agar mereka mempergunakan akal.

Di samping kepercayaan kepada adanya Tuhan Yang Maha Esa, Para Rasul juga menyeru untuk percaya pada akhirat, dan para Malaikat. Di samping Akidah (kepercayaan), para rasul juga membawa hukum-hukum, peraturan-peraturan, akhlak dan pelajaran-pelajaran.

Hukum-hukum dan peraturan-peraturan ini tidak seluruhnya sama, artinya apa yang diturunkan kepada Nabi Ibrahim tidak sama dengan yang diturunkan kepada Nabi Musa, dan apa yang dibawa oleh Nabi Isa, tidak serupa dengan yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW.

Hal ini dikarenakan hukum-hukum dan peraturan-peraturan itu haruslah sesuai dengan keadaan tempat dan masa. Maka syariat yang dibawa oleh Nabi-nabi itu adalah sesuai dengan masanya masing-masing. Jadi yang berlainan itu ialah hukum-hukum furu' (cabang-cabang), sedangkan pokok-pokok hukum agama seperti akidah adalah sama.

Karena Muhammad SAW adalah Nabi penutup maka syariat yang dibawanya, diberi oleh Allah sifat-sifat tertentu agar sesuai dengan segala masa dan keadaan. Allah menganugerahkan agama Islam sebagai hidayah dan senjata hidup yang penghabisan, atau jalan kepada kebahagiaan yang terakhir.

Makna Jalan yang Lurus

Apakah yang dimaksud dengan jalan lurus itu? Di atas telah diterangkan bahwa Rasul-rasul telah membawa aqa'id (kepercayaan-kepercayaan), hukum-hukum, peraturan-peraturan, akhlak, dan pelajaran-pelajaran. Pendeknya, para Rasul telah membawa segala sesuatu yang perlu untuk kebahagiaan hidup manusia di dunia dan akhirat.

Maka aqa'id, hukum-hukum, peraturan-peraturan, akhlak dan pelajaran-pelajaran itulah yang dimaksud dengan jalan lurus itu, karena dialah yang menyampaikan manusia kepada kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat sebagaimana disebutkan.

Jadi dengan menyebut ayat ini seakan-akan kita memohon kepada Allah: "Bimbing dan berilah kami taufik, Ya Allah dalam melaksanakan ajaran-ajaran agama kami. Betulkanlah kepercayaan kami. Bimbing dan berilah kami taufik dalam melaksanakan kepercayaan kami. Bimbing dan berilah kami taufik dalam melaksanakan hukum, peraturan-peraturan, serta pelajaran-pelajaran agama kami. Jadikanlah kami mempunyai akhlak yang mulia, agar berbahagia hidup kami di dunia dan akhirat."

(rhs)
Halaman :
Lihat Juga :
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Hadits of The Day
Dari Anas bin Malik radhiyallahu anhu ia berkata, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: Sesungguhnya setan mengalir dalam pembuluh anak Adam layaknya aliran darah.

(HR. Sunan Abu Dawud No. 4096)
Artikel Terkait
Al-Qur'an, Bacalah!
Rekomendasi
Terpopuler
Artikel Terkini More