Kisah Nabi Jirjis, Adakah Nabi Setelah Nabi Isa Selain Nabi Muhammad SAW?
Rabu, 19 Januari 2022 - 15:27 WIB
Suatu hari, ketika merasa lapar, Jirjis berdoa kepada Allah. Dengan izin Allah, tiba-tiba sebatang kayu tiang rumah tumbuh, menghijau, dan berbuah. Menyaksikan hal yang menakjubkan tersebut, sang nenek memohon kepada Jirjis untuk berdoa pada Allah supaya menyembuhkan putranya. Sang nabi pun memenuhi permintaan tersebut. Putra sang nenek tersebut kemudian sembuh dan memeluk Islam.
Jirjis berkata, “Nak, pergilah ke tempat-tempat berhala raja. Sampaikan pada mereka bahwa Jirjis mengundang mereka.”
Sang anak berangkat. Setelah sampai, ia menyampaikan undangan Jirjis pada 70 berhala tersebut. Dengan izin Allah, patung-patung itu mencabut diri dari tempatnya dan berjalan menuju tempat Jirjis.
Setelah patung-patung itu tiba di halaman rumah, Jirjis memberi isyarat kepada bumi dengan menjejakkan kakinya. Bumi kemudian terbelah menelan semua berhala Darriyan.
Sang permaisuri yang menyaksikan kejadian luar biasa tersebut kemudian tampil di panggung istana dan berkata, “Wahai penduduk negeriku, sayangilah jiwa kalian. Segeralah kalian masuk Islam. Percayalah, Jirjis adalah seorang nabi yang diutus Tuhan untuk kita.”
Sang raja menjadi murka dan menatap istrinya, “Sungguh, sejak 70 tahun aku menyaksikan banyak sekali mukjizat atau keajaiban, tapi aku tidak pernah masuk Islam. Namun mengapa engkau masuk Islam hanya karena melihat satu mukjizat saja, wahai istriku?”
Sang permaisuri menjawab, “Yang demikian itu semata-mata karena kedurjanaan dan kezalimanmu belaka. Itulah kemalanganmu. Sedangkan bagiku, ini adalah keberuntunganku.”
Darriyan kemudian membunuh sang permaisuri dengan sangat kejam.
Menyaksikan kejadian itu, Jirjis berdoa: “Ya Allah, 70 tahun hamba menanggung siksaan kaum kafir, sehingga hamba kehilangan daya. Maka anugerahilah hamba mati syahid.”
Seusai berdoa, Nabi Jirjis melihat nyala api turun dari langit kepada para pengikut raja. Bersamaan dengan itu, orang-orang kafir itu mengangkat pedang membunuh beliau. Namun, tak lama kemudian mereka pun, termasuk Darriyan, mati ditelan api.
Meminta Hujan
Ini adalah salah satu kisah saja. Kisah lainnya bisa merujuk pada riwayat dari Hatim al-Ashom dan dari sekelompok ulama bahwasannya Nabi Allah Jirjis (Nabi Bani Israil) hidup di zaman raja yang zalim. Suatu kali Allah tidak menurunkan hujan sehingga negerinya nyarus hancur.
Maka raja zalim yang kafir ini berkonvoi bersama bala tentaranya hingga sampai ke depan pintu rumah Nabi Jirjis, dan mereka mendapati Nabi Jirjis di tempat Ibadahnya sedang memperbanyak tasbih dan mensucikan Allah.
Lalu raja itu berkata: "wahai Jirjis, sesungguhnya aku membawakan kepadamu surat untuk Tuhanmu, katakan kepada-Nya: "Datangkan untuk kami hujan. Jika tidak, aku akan menyakiti-Nya dengan kesakitan yang akan didengar oleh seluruh manusia dan tidak akan ada yang menurunkan hujan kepada kami selain Dia. Nabi Jirjis terdiam.
Lalu turun Malaikat Jibril dan berkata: "Tuhanmu berfirman kepadamu: 'Tanyakan kepadanya dengan apa engkau menyakiti Tuhan?' maka Nabi Jirjis bertanya kepadanya.
Lalu sang Raja menjawab: "Tidak ada kemampuan bagiku untuk menyakiti-Nya kecuali dengan satu cara karena Ia Maha Kuat dan aku lemah. Hanya saja aku akan menyakiti kekasihnya dan siapa saja yang menyakiti kekasihnya maka sungguh itu akan menyakiti-Nya."
Kemudian Jibril datang lagi dan berkata: "Wahai Jirjis katakan kepadanya: 'jangan engkau lakukan maka kami akan mendatangkan hujan untukmu.'"
Kemudian setelah itu turun hujan dan padang pasir di penuhi dengan air(banjir) dan Allah memerintahkan kepada bumi maka tumbuh tumbuh-tumbuhan yang tidak ada yang seperti itu sebelumnya.
Ketika raja melihat itu maka ia kembali kepada Jirjis dan beliau tetap berada di tempat ibadahnya, maka Nabi Jirjis keluar menemuinya dan berkata: :Hai kamu apalagi yang kamu inginkan dari kami, jangan engkau sibuk dengan hartamu atas kami? Nabi Jirjis khawatir raja meminta hal yang lain.
Jirjis berkata, “Nak, pergilah ke tempat-tempat berhala raja. Sampaikan pada mereka bahwa Jirjis mengundang mereka.”
Sang anak berangkat. Setelah sampai, ia menyampaikan undangan Jirjis pada 70 berhala tersebut. Dengan izin Allah, patung-patung itu mencabut diri dari tempatnya dan berjalan menuju tempat Jirjis.
Setelah patung-patung itu tiba di halaman rumah, Jirjis memberi isyarat kepada bumi dengan menjejakkan kakinya. Bumi kemudian terbelah menelan semua berhala Darriyan.
Sang permaisuri yang menyaksikan kejadian luar biasa tersebut kemudian tampil di panggung istana dan berkata, “Wahai penduduk negeriku, sayangilah jiwa kalian. Segeralah kalian masuk Islam. Percayalah, Jirjis adalah seorang nabi yang diutus Tuhan untuk kita.”
Sang raja menjadi murka dan menatap istrinya, “Sungguh, sejak 70 tahun aku menyaksikan banyak sekali mukjizat atau keajaiban, tapi aku tidak pernah masuk Islam. Namun mengapa engkau masuk Islam hanya karena melihat satu mukjizat saja, wahai istriku?”
Sang permaisuri menjawab, “Yang demikian itu semata-mata karena kedurjanaan dan kezalimanmu belaka. Itulah kemalanganmu. Sedangkan bagiku, ini adalah keberuntunganku.”
Darriyan kemudian membunuh sang permaisuri dengan sangat kejam.
Menyaksikan kejadian itu, Jirjis berdoa: “Ya Allah, 70 tahun hamba menanggung siksaan kaum kafir, sehingga hamba kehilangan daya. Maka anugerahilah hamba mati syahid.”
Seusai berdoa, Nabi Jirjis melihat nyala api turun dari langit kepada para pengikut raja. Bersamaan dengan itu, orang-orang kafir itu mengangkat pedang membunuh beliau. Namun, tak lama kemudian mereka pun, termasuk Darriyan, mati ditelan api.
Meminta Hujan
Ini adalah salah satu kisah saja. Kisah lainnya bisa merujuk pada riwayat dari Hatim al-Ashom dan dari sekelompok ulama bahwasannya Nabi Allah Jirjis (Nabi Bani Israil) hidup di zaman raja yang zalim. Suatu kali Allah tidak menurunkan hujan sehingga negerinya nyarus hancur.
Maka raja zalim yang kafir ini berkonvoi bersama bala tentaranya hingga sampai ke depan pintu rumah Nabi Jirjis, dan mereka mendapati Nabi Jirjis di tempat Ibadahnya sedang memperbanyak tasbih dan mensucikan Allah.
Lalu raja itu berkata: "wahai Jirjis, sesungguhnya aku membawakan kepadamu surat untuk Tuhanmu, katakan kepada-Nya: "Datangkan untuk kami hujan. Jika tidak, aku akan menyakiti-Nya dengan kesakitan yang akan didengar oleh seluruh manusia dan tidak akan ada yang menurunkan hujan kepada kami selain Dia. Nabi Jirjis terdiam.
Lalu turun Malaikat Jibril dan berkata: "Tuhanmu berfirman kepadamu: 'Tanyakan kepadanya dengan apa engkau menyakiti Tuhan?' maka Nabi Jirjis bertanya kepadanya.
Lalu sang Raja menjawab: "Tidak ada kemampuan bagiku untuk menyakiti-Nya kecuali dengan satu cara karena Ia Maha Kuat dan aku lemah. Hanya saja aku akan menyakiti kekasihnya dan siapa saja yang menyakiti kekasihnya maka sungguh itu akan menyakiti-Nya."
Kemudian Jibril datang lagi dan berkata: "Wahai Jirjis katakan kepadanya: 'jangan engkau lakukan maka kami akan mendatangkan hujan untukmu.'"
Kemudian setelah itu turun hujan dan padang pasir di penuhi dengan air(banjir) dan Allah memerintahkan kepada bumi maka tumbuh tumbuh-tumbuhan yang tidak ada yang seperti itu sebelumnya.
Ketika raja melihat itu maka ia kembali kepada Jirjis dan beliau tetap berada di tempat ibadahnya, maka Nabi Jirjis keluar menemuinya dan berkata: :Hai kamu apalagi yang kamu inginkan dari kami, jangan engkau sibuk dengan hartamu atas kami? Nabi Jirjis khawatir raja meminta hal yang lain.