Kisah Nabi Ibrahim, Saat Bayi Jari-Jarinya Mengeluarkan Susu, Madu, dan Keju
Kamis, 27 Januari 2022 - 12:15 WIB
Dia masuk ke dalam gua. Di sanalah dia melahirkan Ibrahim. Ibu itu melihat wajah sang anak keningnya memancarkan cahaya. Di malam kelahirannya, berhala-berhala berjatuhan, mahkota-mahkota terlepas dari kepala-kepalanya, dan balkon gedung Namrudz ambruk.
Mencari Tuhan
Pada usia 15 bulan yang fisiknya seperti 15 tahun, Ibrahim keluar dari gua. Ketika malam telah menjadi gelap, dia melihat sebuah bintang, (lalu) dia berkata, “Inilah Tuhanku.” Akan tetapi, tatkala bintang itu tenggelam dia berkata, “Saya tidak suka kepada yang tenggelam” ( QS 6 : 76).
Dalam Tafsir al-Mishbah, M Quraish Shihab menjelaskan, bahwa agaknya beliau saat itu menunjuk ke bintang Kejora atau Venus yang disembah kaumnya itu. Apalagi bintang itu merupakan bintang yang paling indah dan cemerlang, sehingga menarik perhatian siapa yang mengarahkan pandangannya ke langit.
Bintang ini terkadang muncul sebelum matahari terbit lalu tenggelam setelah terbitnya matahari, dan terkadang juga menampakkan diri setelah terbenamnya matahari.
Pada paruh kedua malam-malam bulan Qamariah, yakni 18-19 dan 20, bintang tersebut pasti dapat terlihat ketika matahari tenggelam, kemudian setelah satu jam atau dua jam, ia pun tenggelam, dan ketika itu atau beberapa saat sesudahnya, bulan akan terlihat dan ia pun tenggelam.
Begitu bintang itu tenggelam, Ibrahim menarik kembali keyakinannya. Kemudian tatkala dia melihat bulan terbit, dia berkata, “Inilah Tuhanku.” Akan tetapi, setelah bulan itu terbenam (QS 6: 77) dia yakin bulan juga makhluk.
Kemudian tatkala dia melihat matahari terbit, dia berkata, “Inilah Tuhanku, ini yang lebih besar” (QS 6: 78). Maksudnya, lebih besar daripada bintang dan bulan. Ketika matahari condong ke arah barat, dia berkata, “Semua ini tidak pantas menjadi Tuhan.” Maka pada saat itu dia berkata, “Sesungguhnya jika Tuhanku tidak memberi petunjuk kepadaku, pastilah aku termasuk orang-orang yang sesat” (QS 6: 78).
Kemudian dia berteriak dan berkata, “Tidak ada tuhan kecuali Allah; tiada sekutu bagi-Nya. Wahai kaumku, sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan. Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada Tuhan yang menciptakan langit dan bumi dengan cenderung kepada agama yang benar, dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan (QS 6: 78-79).”
Semua makhluk mendengar suaranya dan karenanya Namrudz tercengang. Selanjutnya, Ibrahim pergi dari gua tersebut menuju bapak dan ibunya. Jibril datang kepadanya dan menuntunnya mendatangi ibu dan bapaknya. Ketika melihatnya, bapaknya melompat dan seraya merangkulnya karena dia melihat cahaya, kebaikan, dan keelokannya.
Bertemu Namrudz
Pada riwayat lain disebutkan bahwa Azar adalah ayah Ibrahim. Namun tidak ada riwayat yang menjelaskan apakah setelah ayah Ibrahim, Tarikh, wafat ibunya menikahi Azar, pamannya?
Syaikh Muhammad bin Ahmad bin Iyas berkisah, Nabi Ibrahim meninggalkan gua, tempat ia dilahirkan dan tinggal selama ini. Malaikat Jibril menuntunnya, mendatangi ibu dan ayahnya. Ketika melihatnya, Azar melompat, seraya merangkulnya. Dia melihat cahaya, kebaikan, dan keelokannya pada diri Ibrahim.
Ibrahim bertanya kepada ibunya, “Siapa Tuhanmu”
Ibunya menjawab, “Ayahmu.”
Ibrahim bertanya, “Siapa Tuhan ayahku?”
Ibunya menjawab, “Namrudz.”
Ibrahim bertanya lagi, “Siapa Tuhannya Namrudz?”
Mencari Tuhan
Pada usia 15 bulan yang fisiknya seperti 15 tahun, Ibrahim keluar dari gua. Ketika malam telah menjadi gelap, dia melihat sebuah bintang, (lalu) dia berkata, “Inilah Tuhanku.” Akan tetapi, tatkala bintang itu tenggelam dia berkata, “Saya tidak suka kepada yang tenggelam” ( QS 6 : 76).
Dalam Tafsir al-Mishbah, M Quraish Shihab menjelaskan, bahwa agaknya beliau saat itu menunjuk ke bintang Kejora atau Venus yang disembah kaumnya itu. Apalagi bintang itu merupakan bintang yang paling indah dan cemerlang, sehingga menarik perhatian siapa yang mengarahkan pandangannya ke langit.
Bintang ini terkadang muncul sebelum matahari terbit lalu tenggelam setelah terbitnya matahari, dan terkadang juga menampakkan diri setelah terbenamnya matahari.
Pada paruh kedua malam-malam bulan Qamariah, yakni 18-19 dan 20, bintang tersebut pasti dapat terlihat ketika matahari tenggelam, kemudian setelah satu jam atau dua jam, ia pun tenggelam, dan ketika itu atau beberapa saat sesudahnya, bulan akan terlihat dan ia pun tenggelam.
Begitu bintang itu tenggelam, Ibrahim menarik kembali keyakinannya. Kemudian tatkala dia melihat bulan terbit, dia berkata, “Inilah Tuhanku.” Akan tetapi, setelah bulan itu terbenam (QS 6: 77) dia yakin bulan juga makhluk.
Kemudian tatkala dia melihat matahari terbit, dia berkata, “Inilah Tuhanku, ini yang lebih besar” (QS 6: 78). Maksudnya, lebih besar daripada bintang dan bulan. Ketika matahari condong ke arah barat, dia berkata, “Semua ini tidak pantas menjadi Tuhan.” Maka pada saat itu dia berkata, “Sesungguhnya jika Tuhanku tidak memberi petunjuk kepadaku, pastilah aku termasuk orang-orang yang sesat” (QS 6: 78).
Kemudian dia berteriak dan berkata, “Tidak ada tuhan kecuali Allah; tiada sekutu bagi-Nya. Wahai kaumku, sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan. Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada Tuhan yang menciptakan langit dan bumi dengan cenderung kepada agama yang benar, dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan (QS 6: 78-79).”
Semua makhluk mendengar suaranya dan karenanya Namrudz tercengang. Selanjutnya, Ibrahim pergi dari gua tersebut menuju bapak dan ibunya. Jibril datang kepadanya dan menuntunnya mendatangi ibu dan bapaknya. Ketika melihatnya, bapaknya melompat dan seraya merangkulnya karena dia melihat cahaya, kebaikan, dan keelokannya.
Bertemu Namrudz
Pada riwayat lain disebutkan bahwa Azar adalah ayah Ibrahim. Namun tidak ada riwayat yang menjelaskan apakah setelah ayah Ibrahim, Tarikh, wafat ibunya menikahi Azar, pamannya?
Syaikh Muhammad bin Ahmad bin Iyas berkisah, Nabi Ibrahim meninggalkan gua, tempat ia dilahirkan dan tinggal selama ini. Malaikat Jibril menuntunnya, mendatangi ibu dan ayahnya. Ketika melihatnya, Azar melompat, seraya merangkulnya. Dia melihat cahaya, kebaikan, dan keelokannya pada diri Ibrahim.
Ibrahim bertanya kepada ibunya, “Siapa Tuhanmu”
Ibunya menjawab, “Ayahmu.”
Ibrahim bertanya, “Siapa Tuhan ayahku?”
Ibunya menjawab, “Namrudz.”
Ibrahim bertanya lagi, “Siapa Tuhannya Namrudz?”