Prioritas Makanan dalam Al-Qur'an

Sabtu, 29 Januari 2022 - 13:24 WIB
Mochamad Sadun Masyhur/Foto/Dok. SINDOnews
Oleh: Mochammad Sa'dun Masyhur

Holistic Healing Consulting, Expert and Inventor Medical Quran, tinggal di Bogor, Indonesia.

Penjelasan tentang persoalan makanan yang halal, thoyib dan tidak berlebih-lebihan sesuai petunjuk Al-Qur'an , sudah sering disampaikan dan telah dipahami secara luas. Selain persoalan tersebut, sesunguhnya Al-Qur'an juga memuat aspek penting tentang jenis dan prioritas makanan yang sesuai bagi manusia.

Petunjuk tentang itu disampaikan secara menakjubkan pada Surat 'Abasa (80) ayat 24 sampai 32. Rangkaian ayat itu diawali dengan seruan Allah SWT, yang berbunyi, "Maka hendaklah manusia itu memperhatikan makanannya!" (QS 80: 24)





Pada ayat selanjutnya, Allah SWT berfirman, yang artinya, "Kamilah yang telah mencurahkan air melimpah (dari langit)." (QS 80: 25) Secara eksplisit ayat ini memberikan jawaban bahwa asupan utama yang terbaik dan sesuai dengan tubuh manusia adalah air.

Hal tersebut sesuai dengan kaidah baku yang ditetapkan Al-Quran, bahwa manusia holistik di dunia diciptakan dari sebagian daripada saripati air: min sulaalatin mim maain ( QS 32 : 8), dan sebagian daripada saripati tanah: min sulaalatin min thin ( QS 23 : 12).

Hal ini terbukti, kecuali berbagai unsur lainnya yang berasal dari unsur saripati tanah, kandungan air yang mendekati 70% bagi orang dewasa, menjadi unsur yang paling dominan dalam komposisi tubuh manusia normal.

Pada rangkaian ayat berikutnya dinyatakan bahwa, "kemudian Kami belah bumi dengan sebaik-baiknya." (QS 80: 26)

Ayat ini seolah sebagai keterangan yang terpisah, padahal diketahui bahwa tidak mungkin segala sesuatu dapat keluar dari perut bumi, untuk memenuhi kebutuhan manusia, tanpa didahului dengan kondisi bumi yang terbelah. Coba cermati munculnya benih yang berkembang menjadi tumbuh-tumbuhan.



Perhatikan rangkaian ayat berikutnya:

Lalu dari bumi (yang membelah) itu, Kami tumbuhkan biji-bijian (QS. 80: 27).

Dan anggur dan sayur-sayuran(QS 80: 28).

Dan zaitun dan pohon kurma (QS 80: 29).

Dan kebun-kebun (yang) rindang (QS 80: 30).

Dan buah-buahan serta rerumputan (QS 80: 31)

(Semua itu) untuk kesenanganmu dan untuk hewan-hewan ternakmu(QS 80: 32).

Rangkaian ayat di atas menerangkan munculnya biji-bijian bagi manusia, ditetapkan sebagai asupan urutan kedua setelah air. Biji-bijian seperti beras, gandum, jagung selain sumber karbohidrat, juga mengandung banyak gizi yang sangat dibutuhkan bagi tubuh manusia.

Sedangkan ayat-ayat selanjutnya sudah sangat jelas, menegaskan urutan asupan yang terbaik bagi manusia berupa: buah anggur dan sayur-sayuran, zaitun dan kurma, serta hasil kebun berupa buah-buahan lainnya dan rerumputan.

Hanya pada bagian akhir rangkaian ayat tersebut Allah menutup dengan memberikan perhatian pada seluruh makanan kesenangan, dan makanan yang berasal dari hewan.

Perihal tersebut, dinyatakan diakhir rangkaian ayat karena bukan prioritas, meskipun juga bukan sebagai larangan. Setidaknya hal demikian dapat dipahami sebagai peringatan untuk membatasi diri terhadap makanan-makanan kesenangan dan makanan yang berasal dari hewan.

Di akhir rangkaian ayat di atas terdapat keterangan: "Maka apabila datang suara yang memekakkan (telingga) (QS 80: 33). Keterangan tersebut tidak dapat dipisahkan dengan dampak pengaruh makanan itu terhadap kesehatan bagian pendengaran manusia. Waallahu'alam bimurodi.

Dapat dijelaskan bahwa pelanggaran terhadap kaidah tentang asupan makanan tersebut, utamanya akan berdampak langsung pada ganguan pendengaran.

Diketahui bahwa syaraf pendengaran itu dalam kaidah manusia holistik, terhubung dengan bagian lambung, yang menyambung langsung dengan syaraf yang berada di sisi kiri dan kanan atas lambung dan sekat bawah dada yang berpasangan dengan syaraf telinga. Karena itu ganguan pada bagian lambung akut, akan berdampak timbulnya ganguan pendengaran.

Waallahu'alam bishowab.

(mhy)
Follow
cover top ayah
هُوَ الَّذِىۡ خَلَقَكُمۡ مِّنۡ تُرَابٍ ثُمَّ مِنۡ نُّطۡفَةٍ ثُمَّ مِنۡ عَلَقَةٍ ثُمَّ يُخۡرِجُكُمۡ طِفۡلًا ثُمَّ لِتَبۡلُغُوۡۤا اَشُدَّكُمۡ ثُمَّ لِتَكُوۡنُوۡا شُيُوۡخًا ؕ وَمِنۡكُمۡ مَّنۡ يُّتَوَفّٰى مِنۡ قَبۡلُ وَلِتَبۡلُغُوۡۤا اَجَلًا مُّسَمًّى وَّلَعَلَّكُمۡ تَعۡقِلُوۡنَ (٦٧) هُوَ الَّذِىۡ يُحۡىٖ وَيُمِيۡتُؕ فَاِذَا قَضٰٓى اَمۡرًا فَاِنَّمَا يَقُوۡلُ لَهٗ كُنۡ فَيَكُوۡنُ (٦٨)
Dialah yang menciptakanmu dari tanah, kemudian dari setetes mani, lalu dari segumpal darah, kemudian kamu dilahirkan sebagai seorang anak, kemudian dibiarkan kamu sampai dewasa, lalu menjadi tua. Tetapi di antara kamu ada yang dimatikan sebelum itu. Kami perbuat demikian agar kamu sampai kepada kurun waktu yang ditentukan, agar kamu mengerti. Dialah yang menghidupkan dan mematikan. Maka apabila Dia hendak menetapkan sesuatu urusan, Dia hanya berkata kepadanya, Jadilah! Maka jadilah sesuatu itu.

(QS. Ghafir Ayat 67-68)
cover bottom ayah
Artikel Terkait
Al-Qur'an, Bacalah!
Rekomendasi
Terpopuler
Artikel Terkini More