Kisah si Kafir Abu Jahal Mencuri Dengar Rasulullah SAW Membaca Al-Quran
Selasa, 15 Februari 2022 - 05:15 WIB
Strategi tersebut salah satunya adalah dengan memengaruhi orang-orang berdasarkan status sosialnya. Jika seseorang yang mualaf itu adalah seorang tokoh, Abu Jahal akan mengajaknya berdialog dengan mengedepankan intelektualitas. Dengan cara tersebut, dia bisa mengubah cara dan arah pemikiran orang yang diajaknya berdialog itu.
Abu Jahal biasanya mengajukan pertanyaan-pertanyaan semacam, “Relakah kamu meninggalkan kepercayaan nenek moyang yang jelas-jelas memiliki pemikiran yang lebih baik daripada kepercayaanmu sekarang? Di mana letak kehormatanmu?"
Apabila seseorang yang hendak dipengaruhinya itu adalah seorang pedagang, Abu Jahal akan menakut-nakutinya dengan berbagai ketidakberuntungan. Dia akan mengatakan bahwa jika masuk Islam, orang itu akan merugi dan modalnya akan habis sia-sia.
Lain halnya jika yang dihadapi Abu Jahal adalah orang miskin. Dia akan mengancam dan menekan orang itu secara psikologis, dengan menakut-nakutinya terkait kondisi keuangan keluarganya. Bahkan, jika yang dihadapi Abu Jahal adalah orang miskin yang lemah dan termarginalkan, dia tidak segan-segan melakukan kekerasan fisik. Sebab, tidak ada orang yang akan mempermasalahkannya.
Dalam berbagai kesempatan, Abu Jahal sering kali berinteraksi dengan Rasulullah SAW. Interaksinya tidak lain untuk mengintimidasi Rasulullah SAW guna menghentikan dakwahnya.
Keberaniannya itu sekaligus menunjukkan bahwa Abu Jahal adalah orang yang paling antipati terhadap Islam dan dakwah yang dijalankan Rasulullah SAW.
Keberanian Abu Jahal sering ditunjukkan dengan cara mengancam Rasulullah SAW secara terang-terangan. Suatu waktu, Abu Jahal mengancam Rasulullah SAW agar berhenti menjelek-jelekkan tuhannya.
Dia berujar dengan penuh kemarahan, “Hai Muhammad, berhentilah mencaci maki tuhan-tuhan kami! Jika tidak, kami akan membalasnya dengan mencaci maki Tuhan yang engkau sembah.”
Sebagai jawaban terhadap ancaman tersebut, Allah SWT menurunkan ayat, "Dan janganlah kamu memaki sesembahan yang mereka sembah selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa dasar pengetahuan ( QS Al-An'am (6) : 108).
Setelah ayat tersebut turun, Rasulullah SAW kemudian melanjutkan dakwah tanpa menyinggung-nyinggung tuhan kaum Quraisy lagi.
Melarang Sholat
Nama Abu Jahal tidak dapat dipisahkan dari turunnya Surah Al-'Alaq ayat 9-19. Di dalam ayat tersebut diceritakan seseorang yang melarang Rasulullah SAW melakukan sholat. Orang yang dimaksud tidak lain adalah Abu Jahal.
Tindakan itu dilakukannya saat melihat Rasulullah SAW sedang mengerjakan sholat. Tanpa menunggu selesai, dia langsung mendekati Rasulullah SAW dan berteriak, “Bukankah sudah kularang engkau mengerjakan ini?"
Namun, Rasulullah SAW tidak gentar menentang Abu Jahal. Melihat reaksi Rasulullah SAW, Abu Jahal bertanya heran, “Mengapa kau menghardikku? Tidakkah kau tahu bahwa pengikutku lebih banyak?"
Sebagai tanggapan dari ucapan Abu Jahal tersebut, Allah SWT memberikan ancaman dengan menurunkan ayat,
Maka biarlah dia memanggil golongannya (untuk menolongnya). Kelak Kami akan memanggil Malaikat Zabaniyah (penyiksa orang-orang yang berdosa) ( QS Al-Alaq (96): 17-18).
Ibnu Katsir mengutip Ibnu Abbas mengatakan bahwa seandainya Abu Jahal memanggil golongannya (para pendukungnya), niscaya saat itu juga malaikat azab akan mengambilnya. Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini kalau tidak hasan, sahih.
Imam Ahmad mengatakan pula, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa Abu Jahal pernah berkata, "Sesungguhnya jika aku melihat Rasulullah sedang mengerjakan sholat di dekat Kakbah, benar-benar aku akan menginjak lehernya (saat ia sujud)."
Ibnu Abbas melanjutkan kisahnya, bahwa lalu Nabi SAW bersabda: "Seandainya dia melakukan niatnya itu, niscaya malaikat akan mengambilnya secara terang-terangan."
Abu Jahal biasanya mengajukan pertanyaan-pertanyaan semacam, “Relakah kamu meninggalkan kepercayaan nenek moyang yang jelas-jelas memiliki pemikiran yang lebih baik daripada kepercayaanmu sekarang? Di mana letak kehormatanmu?"
Apabila seseorang yang hendak dipengaruhinya itu adalah seorang pedagang, Abu Jahal akan menakut-nakutinya dengan berbagai ketidakberuntungan. Dia akan mengatakan bahwa jika masuk Islam, orang itu akan merugi dan modalnya akan habis sia-sia.
Lain halnya jika yang dihadapi Abu Jahal adalah orang miskin. Dia akan mengancam dan menekan orang itu secara psikologis, dengan menakut-nakutinya terkait kondisi keuangan keluarganya. Bahkan, jika yang dihadapi Abu Jahal adalah orang miskin yang lemah dan termarginalkan, dia tidak segan-segan melakukan kekerasan fisik. Sebab, tidak ada orang yang akan mempermasalahkannya.
Dalam berbagai kesempatan, Abu Jahal sering kali berinteraksi dengan Rasulullah SAW. Interaksinya tidak lain untuk mengintimidasi Rasulullah SAW guna menghentikan dakwahnya.
Keberaniannya itu sekaligus menunjukkan bahwa Abu Jahal adalah orang yang paling antipati terhadap Islam dan dakwah yang dijalankan Rasulullah SAW.
Keberanian Abu Jahal sering ditunjukkan dengan cara mengancam Rasulullah SAW secara terang-terangan. Suatu waktu, Abu Jahal mengancam Rasulullah SAW agar berhenti menjelek-jelekkan tuhannya.
Dia berujar dengan penuh kemarahan, “Hai Muhammad, berhentilah mencaci maki tuhan-tuhan kami! Jika tidak, kami akan membalasnya dengan mencaci maki Tuhan yang engkau sembah.”
Sebagai jawaban terhadap ancaman tersebut, Allah SWT menurunkan ayat, "Dan janganlah kamu memaki sesembahan yang mereka sembah selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa dasar pengetahuan ( QS Al-An'am (6) : 108).
Setelah ayat tersebut turun, Rasulullah SAW kemudian melanjutkan dakwah tanpa menyinggung-nyinggung tuhan kaum Quraisy lagi.
Melarang Sholat
Nama Abu Jahal tidak dapat dipisahkan dari turunnya Surah Al-'Alaq ayat 9-19. Di dalam ayat tersebut diceritakan seseorang yang melarang Rasulullah SAW melakukan sholat. Orang yang dimaksud tidak lain adalah Abu Jahal.
Tindakan itu dilakukannya saat melihat Rasulullah SAW sedang mengerjakan sholat. Tanpa menunggu selesai, dia langsung mendekati Rasulullah SAW dan berteriak, “Bukankah sudah kularang engkau mengerjakan ini?"
Namun, Rasulullah SAW tidak gentar menentang Abu Jahal. Melihat reaksi Rasulullah SAW, Abu Jahal bertanya heran, “Mengapa kau menghardikku? Tidakkah kau tahu bahwa pengikutku lebih banyak?"
Sebagai tanggapan dari ucapan Abu Jahal tersebut, Allah SWT memberikan ancaman dengan menurunkan ayat,
Maka biarlah dia memanggil golongannya (untuk menolongnya). Kelak Kami akan memanggil Malaikat Zabaniyah (penyiksa orang-orang yang berdosa) ( QS Al-Alaq (96): 17-18).
Ibnu Katsir mengutip Ibnu Abbas mengatakan bahwa seandainya Abu Jahal memanggil golongannya (para pendukungnya), niscaya saat itu juga malaikat azab akan mengambilnya. Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini kalau tidak hasan, sahih.
Imam Ahmad mengatakan pula, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa Abu Jahal pernah berkata, "Sesungguhnya jika aku melihat Rasulullah sedang mengerjakan sholat di dekat Kakbah, benar-benar aku akan menginjak lehernya (saat ia sujud)."
Ibnu Abbas melanjutkan kisahnya, bahwa lalu Nabi SAW bersabda: "Seandainya dia melakukan niatnya itu, niscaya malaikat akan mengambilnya secara terang-terangan."