Surat An-Najm Ayat 13-18: Ketika Rasulullah SAW di Sidratul Muntaha Bersama Jibril
Jum'at, 25 Februari 2022 - 09:48 WIB
Begitu pula menurut apa yang telah diketengahkan oleh Bukhari dan Muslim di dalam kitab sahih masing-masing melalui hadis Asy-Sya'bi dengan sanad yang sama.
Imam Ahmad juga meriwayatkan dari Abdullah ibnu Syaqiq yang menceritakan bahwa ia pernah berkata kepada Abu Dzar , bahwa seandainya dirinya menjumpai Rasulullah SAW, tentulah dia akan bertanya.
Abu Dzar bertanya, "Pertanyaan apakah yang akan engkau ajukan kepada beliau?"
Aku menjawab, "Apakah dia pernah melihat Tuhannya?"
Abu Dzar berkata, "Aku telah menanyakan hal itu kepada beliau, lalu beliau SAW menjawab: 'Sesungguhnya aku telah melihat-Nya berupa nur (cahaya), lalu mana mungkin aku dapat melihat-Nya'?”
Demikianlah menurut bunyi teks yang ada pada Imam Ahmad.
Imam Muslim telah meriwayatkan hadis ini melalui dua jalur dengan dua lafaz. Dari Abu Dzar yang menceritakan bahwa ia pernah bertanya kepada Rasulullah SAW, "Apakah engkau pernah melihat Tuhanmu?"
Nabi SAW menjawab: "Yang kulihat hanya nur, mana mungkin aku dapat melihat-Nya."
Al-Khalal telah meriwayatkan suatu pendapat yang menilai hadis ini mengandung kelemahan, bahwa Imam Ahmad pernah ditanya tentang hadits ini, maka ia menjawab, "Aku masih tetap menganggapnya berpredikat munkar," tetapi aku tidak mengetahui apa alasannya.
Ibnu Abu Hatim juga meriwayatkan dari Abu Dzar yang mengatakan bahwa Nabi SAW telah melihat Tuhannya dengan pandangan hatinya dan tidak melihat-Nya dengan pandangan matanya.
Ibnu Khuzaimah berupaya membuktikan bahwa hadis ini munqati' (ada mata rantai perawi yang terputus). Sedangkan Ibnul Juzi' menakwilkan hadis ini dengan pengertian bahwa barangkali Abu Dzar menanyakan hal itu kepada Rasulullah SAW sebelum beliau menjalani Isra. Karena itulah maka Abu Dzar ra menjawab Abdullah ibnu Syaqiq dengan jawaban tersebut. Tetapi seandainya Abu Dzar menanyakan hal itu kepada Nabi SAW setelah peristiwa" Isra, niscaya Nabi SAW akan menjawabnya dengan jawaban positif (ya).
Ibnu Katsir mengatakan takwil Ibnul Juzi dinilai lemah karena sesungguhnya Aisyah ra telah menanyakan hal itu sesudah peristiwa Isra. Ternyata jawaban beliau SAW tidak menguatkan bahwa beliau telah melihat-Nya dengan terang-terangan. Dan mengenai orang yang berpendapat bahwa Nabi SAW berbicara kepada Aisyah ra disesuaikan dengan kemampuan daya tangkapnya, atau berupaya untuk menyalahkan pendapat Aisyah.
Seperti Ibnu Khuzaimah di dalam kitab Tauhid-nya, maka sesungguhnya dia sendirilah yang keliru, hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.
Sehubungan dengan makna firman-Nya: Dan sesungguhnya Muhammad telah melihat Jibril itu (dalam rupa aslinya) pada waktu yang lain. (An-Najm: 13), Abu Hurairah ra mengatakan bahwa Nabi SAW telah melihat Jibril as.
Mujahid juga mengatakan Rasulullah SAW telah melihat Jibril as dalam bentuknya yang asli sebanyak dua kali. Hal yang sama telah dikatakan oleh Qatadah dan Ar-Rabi' ibnu Anas serta lain-lainnya.
Sidratul Muntaha
Firman Allah SWT:
Imam Ahmad juga meriwayatkan dari Abdullah ibnu Syaqiq yang menceritakan bahwa ia pernah berkata kepada Abu Dzar , bahwa seandainya dirinya menjumpai Rasulullah SAW, tentulah dia akan bertanya.
Abu Dzar bertanya, "Pertanyaan apakah yang akan engkau ajukan kepada beliau?"
Aku menjawab, "Apakah dia pernah melihat Tuhannya?"
Abu Dzar berkata, "Aku telah menanyakan hal itu kepada beliau, lalu beliau SAW menjawab: 'Sesungguhnya aku telah melihat-Nya berupa nur (cahaya), lalu mana mungkin aku dapat melihat-Nya'?”
Demikianlah menurut bunyi teks yang ada pada Imam Ahmad.
Imam Muslim telah meriwayatkan hadis ini melalui dua jalur dengan dua lafaz. Dari Abu Dzar yang menceritakan bahwa ia pernah bertanya kepada Rasulullah SAW, "Apakah engkau pernah melihat Tuhanmu?"
Nabi SAW menjawab: "Yang kulihat hanya nur, mana mungkin aku dapat melihat-Nya."
Al-Khalal telah meriwayatkan suatu pendapat yang menilai hadis ini mengandung kelemahan, bahwa Imam Ahmad pernah ditanya tentang hadits ini, maka ia menjawab, "Aku masih tetap menganggapnya berpredikat munkar," tetapi aku tidak mengetahui apa alasannya.
Ibnu Abu Hatim juga meriwayatkan dari Abu Dzar yang mengatakan bahwa Nabi SAW telah melihat Tuhannya dengan pandangan hatinya dan tidak melihat-Nya dengan pandangan matanya.
Ibnu Khuzaimah berupaya membuktikan bahwa hadis ini munqati' (ada mata rantai perawi yang terputus). Sedangkan Ibnul Juzi' menakwilkan hadis ini dengan pengertian bahwa barangkali Abu Dzar menanyakan hal itu kepada Rasulullah SAW sebelum beliau menjalani Isra. Karena itulah maka Abu Dzar ra menjawab Abdullah ibnu Syaqiq dengan jawaban tersebut. Tetapi seandainya Abu Dzar menanyakan hal itu kepada Nabi SAW setelah peristiwa" Isra, niscaya Nabi SAW akan menjawabnya dengan jawaban positif (ya).
Ibnu Katsir mengatakan takwil Ibnul Juzi dinilai lemah karena sesungguhnya Aisyah ra telah menanyakan hal itu sesudah peristiwa Isra. Ternyata jawaban beliau SAW tidak menguatkan bahwa beliau telah melihat-Nya dengan terang-terangan. Dan mengenai orang yang berpendapat bahwa Nabi SAW berbicara kepada Aisyah ra disesuaikan dengan kemampuan daya tangkapnya, atau berupaya untuk menyalahkan pendapat Aisyah.
Seperti Ibnu Khuzaimah di dalam kitab Tauhid-nya, maka sesungguhnya dia sendirilah yang keliru, hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.
Sehubungan dengan makna firman-Nya: Dan sesungguhnya Muhammad telah melihat Jibril itu (dalam rupa aslinya) pada waktu yang lain. (An-Najm: 13), Abu Hurairah ra mengatakan bahwa Nabi SAW telah melihat Jibril as.
Mujahid juga mengatakan Rasulullah SAW telah melihat Jibril as dalam bentuknya yang asli sebanyak dua kali. Hal yang sama telah dikatakan oleh Qatadah dan Ar-Rabi' ibnu Anas serta lain-lainnya.
Baca Juga
Sidratul Muntaha
Firman Allah SWT:
إِذْ يَغْشَى السِّدْرَةَ مَا يَغْشَى
Lihat Juga :