Yajuj dan Majuj Berbaur dalam Perang Rusia-Ukraina?
Rabu, 09 Maret 2022 - 15:20 WIB
Tatanan dunia modern yang saat ini kita rasakan, menurut Imran Hosein adalah tatanan dunia yang sengaja dibentuk oleh Yajuj dan Majuj. Mereka menciptakan masyarakat global menuju kehidupan yang korup, destruktif dan penuh tuhan palsu.
Alif Jabal Kurdi dalam tulisannya yang telah dipublikasikan Laman Tafsir Al-Qur'an itu menyebut sejatinya semua penjelasan Hosein tersebut didasarkan pada ketertarikannya pada hadis yang menyatakan bahwa Yajuj dan Majuj akan melewati danau Tiberias dan Yerussalem. Sebab baginya hadis ini memperlihatkan adanya niat Yajuj dan Majuj untuk menguasai Yerussalem. Maka dengan itu menurutnya segala tindakan yang mengarah pada pengambilalihan kota itu dari umat Islam adalah tindakan dari Yajuj dan Majuj.
Sebagaimana sikap kedua aliansi besar dunia itu yang terlihat saling berhadapan namun sejatinya baik yang kontra pun bukan disebabkan oleh keberpihakannya kepada Islam namun lebih pada upaya memperlihatkan kebesaran dan dominasinya. Maka bisa dipahami bahwa menurut Hosein puncak kerusakan yang dilakukan oleh Yajuj dan Majuj adalah merebut Yerussalem dari umat Islam, sehingga dengan pemahaman ini penafsiran Imran Hosein yang mengaitkan Yajuj dan Majuj dengan dunia modern akan tampak logis.
Namun sebenarnya penafsiran Imran Hosein ini sangat layak untuk dikritisi lebih lanjut. Salah satu kritik diajukan oleh Sirajuddin Bariqi yang mengatakan bahwa ada Imran Hosein telah melakukan inkonsistensi dalam penafsirannya.
Menurutnya, Hosein sengaja tidak memasukkan riwayat-riwayat shahih mengenai ciri fisik Yajuj dan Majuj yang populer di kalangan mufassir demi memuluskan pra-pemahamannya mengenai hadis tentang Yajuj dan Majuj, danau Tiberias dan Yerussalem yang menurutnya merupakan gambaran dari kebebasan Yajuj dan Majuj (keringnya sungai Tiberias) serta puncak dari kerusakan yang mereka lakukan di bumi.
Sebab ketiadaan hadis-hadis mengenai ciri fisik Yajuj dan Majuj memberikan peluang besar bagi Hosein untuk membenarkan teorinya mengenai asal-muasal Yajuj dan Majuj. Di mana ia menyebut bangsa Eropa Timur dan teori mengenai konversi agama yang akhirnya menjadi dua blok besar dunia yang saling berhadapan. Akan sangat mungkin jika ia akan berkesimpulan berbeda jika ia mencantumkan hadis tersebut sebab secara realita, hadis ciri fisik Yajuj dan Majuj lebih dekat mengarah pada bangsa Asia Tengah sampai Timur bukan Eropa, sebagaimana pendapat Quraish Shihab.
Atas dasar tersebut, Bariqi menilai bahwa penafsiran Imran Hosein adalah tipologi penafsiran non-ilmiah sebab kebenaran datanya tidak bisa divalidasi akibat adanya inkonsistensi dan pemaksaan pra-pemahaman. Meskipun begitu, penafsiran Imran Hosein ini setidaknya bisa memberikan warna baru bagi diskursus-diskursus dalam kajian Islam yang jarang tersentuh.
Selain itu, penafsiran Hosein juga dapat menjadi bahan renungan dan introspeksi diri. Sebab, apabila kita sebagai manusia memang gemar membuat kerusakan di muka bumi ini lewat kegemaran menyulut perpecahan, merendahkan nilai kemanusiaan serta eksploitasi lingkungan secara besar-besaran, maka bukankah kita bertindak layaknya Yajuj dan Majuj? Mari menilai dan mari mengevaluasi. Wallahu a’lam.
Alif Jabal Kurdi dalam tulisannya yang telah dipublikasikan Laman Tafsir Al-Qur'an itu menyebut sejatinya semua penjelasan Hosein tersebut didasarkan pada ketertarikannya pada hadis yang menyatakan bahwa Yajuj dan Majuj akan melewati danau Tiberias dan Yerussalem. Sebab baginya hadis ini memperlihatkan adanya niat Yajuj dan Majuj untuk menguasai Yerussalem. Maka dengan itu menurutnya segala tindakan yang mengarah pada pengambilalihan kota itu dari umat Islam adalah tindakan dari Yajuj dan Majuj.
Sebagaimana sikap kedua aliansi besar dunia itu yang terlihat saling berhadapan namun sejatinya baik yang kontra pun bukan disebabkan oleh keberpihakannya kepada Islam namun lebih pada upaya memperlihatkan kebesaran dan dominasinya. Maka bisa dipahami bahwa menurut Hosein puncak kerusakan yang dilakukan oleh Yajuj dan Majuj adalah merebut Yerussalem dari umat Islam, sehingga dengan pemahaman ini penafsiran Imran Hosein yang mengaitkan Yajuj dan Majuj dengan dunia modern akan tampak logis.
Namun sebenarnya penafsiran Imran Hosein ini sangat layak untuk dikritisi lebih lanjut. Salah satu kritik diajukan oleh Sirajuddin Bariqi yang mengatakan bahwa ada Imran Hosein telah melakukan inkonsistensi dalam penafsirannya.
Baca Juga
Menurutnya, Hosein sengaja tidak memasukkan riwayat-riwayat shahih mengenai ciri fisik Yajuj dan Majuj yang populer di kalangan mufassir demi memuluskan pra-pemahamannya mengenai hadis tentang Yajuj dan Majuj, danau Tiberias dan Yerussalem yang menurutnya merupakan gambaran dari kebebasan Yajuj dan Majuj (keringnya sungai Tiberias) serta puncak dari kerusakan yang mereka lakukan di bumi.
Sebab ketiadaan hadis-hadis mengenai ciri fisik Yajuj dan Majuj memberikan peluang besar bagi Hosein untuk membenarkan teorinya mengenai asal-muasal Yajuj dan Majuj. Di mana ia menyebut bangsa Eropa Timur dan teori mengenai konversi agama yang akhirnya menjadi dua blok besar dunia yang saling berhadapan. Akan sangat mungkin jika ia akan berkesimpulan berbeda jika ia mencantumkan hadis tersebut sebab secara realita, hadis ciri fisik Yajuj dan Majuj lebih dekat mengarah pada bangsa Asia Tengah sampai Timur bukan Eropa, sebagaimana pendapat Quraish Shihab.
Atas dasar tersebut, Bariqi menilai bahwa penafsiran Imran Hosein adalah tipologi penafsiran non-ilmiah sebab kebenaran datanya tidak bisa divalidasi akibat adanya inkonsistensi dan pemaksaan pra-pemahaman. Meskipun begitu, penafsiran Imran Hosein ini setidaknya bisa memberikan warna baru bagi diskursus-diskursus dalam kajian Islam yang jarang tersentuh.
Selain itu, penafsiran Hosein juga dapat menjadi bahan renungan dan introspeksi diri. Sebab, apabila kita sebagai manusia memang gemar membuat kerusakan di muka bumi ini lewat kegemaran menyulut perpecahan, merendahkan nilai kemanusiaan serta eksploitasi lingkungan secara besar-besaran, maka bukankah kita bertindak layaknya Yajuj dan Majuj? Mari menilai dan mari mengevaluasi. Wallahu a’lam.
(mhy)
Lihat Juga :