5 Larangan Bagi Orang yang Junub, Nomor 4 Tak Sadar Sering Dibawa
Kamis, 10 Maret 2022 - 13:16 WIB
Ada larangan-larangan bagi orang yang junub . Larangan tersebut berkaitan dengan kondisi junub dan penyebabnya. Junub sendiri merupakan hadats yang disebabkan oleh persetubuhan. Orang yang junub itu tidak suci, dia berhadats besar. Karena itu, orang yang berkondisi junub wajib untuk mandi besar, atau mandi janabah. Hukum mandi wajib ini berlaku bagi semuanya, laki-laki, wanita, orang dewasa, atau anak-anak yang sedang tumbuh dewasa. Lantas apa saja larangan yang diberlakukan kepada orang yang berkondisi junub?
Disarikan dari kitab Al-Mu’tamad fi Al-Fiqhi Asy-Syafi’ karya DR. Muhammad az-Zuhali, dijelaskan bahwa junub atau janabah secara bahasa artinya al-bu’du: menjauh. Istilah ini digunakan untuk dalam pembahasan air mani, jimak, atau pertemuan antara dua kelamin.
Penyebab junub tidak hanya disebabkan oleh persetubuhan. Namun, ada dua sebab yang menjadikan seseorang dihukumi junub, yakni:
1. Karena Jimak
Junub disebabkan oleh jimak–persetubuhan. Biasanya dilakukan antara laki-laki dan wanita. Yaitu dengan memasukkan zakar ke dalam farji. Jika demikian maka keduanya wajib melakukan mandi.
Allah berfirman,
“Jika kamu junub, maka mandilah” (QS. Al-Maidah: 6)
Aisyah meriwayatkan, Rasulullah bersabda,
“Apabila dua orang yang telah dikhitan bertemu (bersetubuh) maka wajib melakukan mandi, sekalipun tidak mengeluarkan mani.” (HR. At-Tirmidzi No. 102)
Mandi juga wajib bagi orang yang memasukkan zakarnya ke dalam farji tanpa disengaja atau tanpa maksud berjimak. Mandi juga wajib sekalipun memasukkan zakar bukan pada farji yang shahih (istri-istrinya); farji wanita asing, binatang, atau bahkan memasukkannya ke bagian dubur baik menggunakan alat kontrasepsi maupun tidak
2. Keluar mani
Sebab junub yang lain adalah keluar mani. Seseorang wajib melakukan mandi ketika dirinya mengeluarkan mani. Berlaku bagi semuanya, bagi laki-laki maupun perempuan. Baik keluar mani karena bersetubuh, bercumbu, mimpi basah, saat tidur atau saat terbangun, sebab mengkhayal, berpikir, dll. Oleh sebab itu, semuanya wajib melakukan mandi.
Seseorang yang mimpi basah namun dia tidak mendapati mani yang keluar, atau ragu apakah keluar mani atau tidak maka tidak wajib mandi. Sebaliknya, jika mendapati mani ketika bangun tidur, sekalipun tidak ingat bahwa dirinya mimpi basah maka dia berkewajiban untuk mandi oleh sebab mendapati mani.
Diriwayatkan dari Aisyah, suatu ketika seseorang bertanya kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam perihal laki-laki yang mendapati basah namun dia tidak ingat apakah bermimpi.
Sesudah itu, Nabi menjawab: “Dia harus mandi.” Adapun kepada laki-laki yang bermimpi namun tidak mendapati basah air mani, Nabi menjawab: “Dia tidak perlu mandi.” (HR. Abu Dawud No. 204)
Seseorang yang mendapati tempat tidurnya basah karena air mani, dan tidak ada satu orang pun selain dia yang tidur di kasur itu maka wajib mandi. Jika dia telah mendirikan shalat maka wajib diulangi. Akan tetapi, jika tempat tidurnya juga dipakai oleh orang lain maka dia tidak wajib mandi oleh sebab keraguannya dalam kasus ini. Hanya saja dianjurkan baginya untuk mandi. Tidak perlu mandi oleh sebab keluar madzi atau wadzi. Cukup mencucinya dan berwdhu saja.
Larangan Bagi Orang yang Junub
Disarikan dari kitab Al-Mu’tamad fi Al-Fiqhi Asy-Syafi’ karya DR. Muhammad az-Zuhali, dijelaskan bahwa junub atau janabah secara bahasa artinya al-bu’du: menjauh. Istilah ini digunakan untuk dalam pembahasan air mani, jimak, atau pertemuan antara dua kelamin.
Penyebab junub tidak hanya disebabkan oleh persetubuhan. Namun, ada dua sebab yang menjadikan seseorang dihukumi junub, yakni:
1. Karena Jimak
Junub disebabkan oleh jimak–persetubuhan. Biasanya dilakukan antara laki-laki dan wanita. Yaitu dengan memasukkan zakar ke dalam farji. Jika demikian maka keduanya wajib melakukan mandi.
Allah berfirman,
وَاِنْ كُنْتُمْ جُنُبًا فَاطَّهَّرُوْاۗ
“Jika kamu junub, maka mandilah” (QS. Al-Maidah: 6)
Aisyah meriwayatkan, Rasulullah bersabda,
إِذَا جَاوَزَ الْخِتَانُ الْخِتَانَ فَقَدْ وَجَبَ الْغُسْلُ
“Apabila dua orang yang telah dikhitan bertemu (bersetubuh) maka wajib melakukan mandi, sekalipun tidak mengeluarkan mani.” (HR. At-Tirmidzi No. 102)
Mandi juga wajib bagi orang yang memasukkan zakarnya ke dalam farji tanpa disengaja atau tanpa maksud berjimak. Mandi juga wajib sekalipun memasukkan zakar bukan pada farji yang shahih (istri-istrinya); farji wanita asing, binatang, atau bahkan memasukkannya ke bagian dubur baik menggunakan alat kontrasepsi maupun tidak
2. Keluar mani
Sebab junub yang lain adalah keluar mani. Seseorang wajib melakukan mandi ketika dirinya mengeluarkan mani. Berlaku bagi semuanya, bagi laki-laki maupun perempuan. Baik keluar mani karena bersetubuh, bercumbu, mimpi basah, saat tidur atau saat terbangun, sebab mengkhayal, berpikir, dll. Oleh sebab itu, semuanya wajib melakukan mandi.
Seseorang yang mimpi basah namun dia tidak mendapati mani yang keluar, atau ragu apakah keluar mani atau tidak maka tidak wajib mandi. Sebaliknya, jika mendapati mani ketika bangun tidur, sekalipun tidak ingat bahwa dirinya mimpi basah maka dia berkewajiban untuk mandi oleh sebab mendapati mani.
Diriwayatkan dari Aisyah, suatu ketika seseorang bertanya kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam perihal laki-laki yang mendapati basah namun dia tidak ingat apakah bermimpi.
Sesudah itu, Nabi menjawab: “Dia harus mandi.” Adapun kepada laki-laki yang bermimpi namun tidak mendapati basah air mani, Nabi menjawab: “Dia tidak perlu mandi.” (HR. Abu Dawud No. 204)
Seseorang yang mendapati tempat tidurnya basah karena air mani, dan tidak ada satu orang pun selain dia yang tidur di kasur itu maka wajib mandi. Jika dia telah mendirikan shalat maka wajib diulangi. Akan tetapi, jika tempat tidurnya juga dipakai oleh orang lain maka dia tidak wajib mandi oleh sebab keraguannya dalam kasus ini. Hanya saja dianjurkan baginya untuk mandi. Tidak perlu mandi oleh sebab keluar madzi atau wadzi. Cukup mencucinya dan berwdhu saja.
Larangan Bagi Orang yang Junub