Sultan Mu'izz ad-Din Muhammad, Peletak Dasar Pemerintahan Muslim di India
Selasa, 15 Maret 2022 - 17:56 WIB
Sebelum Kerajaan Mughal berdiri, di India sudah ada dinasti yang sangat berpengaruh dan menentukan corak Islam di India selanjutnya. Dinasti-dinasti ini memang tak berakar kuat, akan tetapi keberadaanya telah memberikan andil yang cukup besar untuk mendorong pertumbuhan dan perkembangan Islam di negeri Hindustan.
Selain dinasti Ghaznawiyah, yang berhasil menyebarkan kebudayaan Islam di Lahore. Selanjutnya muncul dinasti-dinasti berikutnya, di antaranya Dinasti Ghurid, Dinasti Mamalik, Dinasti Khalji, Dinasti Tughluk, Dinasti Sayyid, dan Dinasti Lodi.
Dinasti Ghurid adalah sebuah dinasti yang berasal dari keturunan Afghan-Irani. Pusat pemerintahannya terletak di Fairuzkuh (Gunung Hijau). Nenek moyangnya bernama Sam Khan. Wilayahnya kini berada di sekitar Afghanistan.
Dinasti tersebut pada mulanya beragama Buddha sebelum memeluk Islam. Para pembesar kesultanan ini bersyahadat setelah penaklukan Ghor oleh Sultan Ghaznavid Mahmud dari Ghazni pada 1011 M.
Gulingkan Ghaznawiyah
Dinasti Ghurid menggulingkan Kekaisaran Ghaznawiyah pada tahun 1186 ketika Sultan Mu'izz ad-Din Muhammad dari Ghuriyah menaklukkan ibu kota terakhir Ghaznawiyah di Lahore.
Mu'izz ad-Din Muhammad (1149 – 15 Maret 1206), juga dikenal sebagai Muhammad dari Ghor menjadi sultan bersama saudaranya Ghiyath ad-Din Muhammad dari tahun 1173 hingga 1202 dan sebagai penguasa tunggal dari tahun 1202 hingga 1206.
Dia dianggap sebagai peletak dasar pemerintahan Muslim di anak benua India, yang berlangsung selama beberapa abad. Mu'izz ad-Din Muhammad memerintah atas wilayah yang mencakup bagian dari Afghanistan modern, Bangladesh, Iran, India Utara, Pakistan, Tajikistan dan Turkmenistan.
Mu'izz ad-Din merebut kota Ghazni pada tahun 1173 untuk membalas kematian leluhurnya Muhammad ibn Suri di tangan Mahmud dari Ghazni dan menggunakannya sebagai landasan untuk ekspansi ke India utara.
Sementara itu, ia membantu saudaranya Ghiyath dalam kontesnya dengan Kekaisaran Khwarazmian untuk kekuasaan Khorasan di Asia Barat.
Pada tahun 1175, Mu'izz merebut Multan dari dinasti Hamid Ludi, dan juga merebut Uch pada tahun 1175. Dia juga menganeksasi kerajaan Ghaznawi di Lahore pada tahun 1186, tempat persembunyian terakhir para pesaingnya yang mengalami Persia.
Setelah mengkonsolidasikan kekuasaannya di wilayah Barat Laut, Mu'izz al-Din ingin menyerang jantung India Utara yang saat itu berada di bawah kendali Rajput.
Sugata Bose (2004) dalam bukunya berjudul "Modern South Asia: History, Culture, Political Economy" menyebut pada 1191 M, Mu'izz ad-Din Muhammad dikalahkan oleh Konfederasi Rajput bersatu yang dipimpin oleh Prithviraj Chauhan dalam Pertempuran Tarain Pertama.
Hanya saja, pada tahun 1192 M, Shihabuddin kembali dengan pasukan pemanah berkuda dan mengalahkan Rajput di bawah Prithviraj di medan yang sama, membuka jalan untuk menduduki sebagian besar India Utara dalam satu generasi.
Pertempuran itu juga menyebabkan kehancuran besar-besaran kekuatan Hindu di India Utara dan membentuk kehadiran Muslim secara kuat.
Asal Mula
Pada awalnya orang-orang Gaznah banyak mengangkat para penguasa dari Ghuri. Orang yang pertama sekali menjadi kepala pemerintahan negeri ini adalah Izzuddin Husein.
Dia adalah pendiri pemerintahan Dinasti Ghuriyah. Izzuddin Husein (Muhammad Ghuri) mampu menguasai Ghaznah pada tahun 1173 M. Dalam pelaksanaan pemerintahannya Mu'izz ad-Din Muhammad memakai gelar Al-Malik al-Muazzam (Raja Besar).
Setelah memperkuat dirinya di Ghaznah, ia mengalihkan perhatian ke India. Faktor-faktor yang mendorongnya mengalihkan perhatian ke India antara lain adalah karena gagalnya mendirikan kerajaan di Asia Tengah dan ancaman dari sisa-sisa Dinasti Ghaznah di Punjab. Di samping itu, tidak ada kesatuan politik di India.
Dalam kondisi tersebut, Ghuri mendapatkan kesempatan emas bagi kesuksesannya.
Dengan dimulainya kekuasaan Mu'izz ad-Din Muhammad, maka seluruh wilayah yang dahulunya dikuasai Dinasti Ghaznah satu persatu direbut dan dikusai oleh Dinasti Ghuriyah hingga pada sultan yang terakhir.
Pada tahun 1187 M, Mu'izz ad-Din Muhammad berhasil menaklukkan semua wilayah yang membebaskan diri semasa Dinasti Ghaznawiyah. Sasaran kampanye pertama kali dilakukannya adalah daerah Maltan, yang saat itu dikuasai oleh orang Syiah Ismailiyah radikal Qaramitha.
Ketika Mu'izz ad-Din Muhammad wafat, ia tidak meninggalkan keturunan anak laki-laki, di samping tidak ada yang datang dari Ghuri untuk menguasai takhta Delhi.
Selain itu Mu'izz ad-Din Muhammad Ghuri memberi letter of manumission (memerdekakan dari perbudakan), maka selanjunya ia menyerahkan takhtanya kepada bekas budak, sekaligus menantu, dan panglima perangnya, Qutub al-Din Aybek. Naiklah Aybek menjadi pengganti Ghuri dengan gelar sultan pada 1206 M.
Selain dinasti Ghaznawiyah, yang berhasil menyebarkan kebudayaan Islam di Lahore. Selanjutnya muncul dinasti-dinasti berikutnya, di antaranya Dinasti Ghurid, Dinasti Mamalik, Dinasti Khalji, Dinasti Tughluk, Dinasti Sayyid, dan Dinasti Lodi.
Dinasti Ghurid adalah sebuah dinasti yang berasal dari keturunan Afghan-Irani. Pusat pemerintahannya terletak di Fairuzkuh (Gunung Hijau). Nenek moyangnya bernama Sam Khan. Wilayahnya kini berada di sekitar Afghanistan.
Dinasti tersebut pada mulanya beragama Buddha sebelum memeluk Islam. Para pembesar kesultanan ini bersyahadat setelah penaklukan Ghor oleh Sultan Ghaznavid Mahmud dari Ghazni pada 1011 M.
Gulingkan Ghaznawiyah
Dinasti Ghurid menggulingkan Kekaisaran Ghaznawiyah pada tahun 1186 ketika Sultan Mu'izz ad-Din Muhammad dari Ghuriyah menaklukkan ibu kota terakhir Ghaznawiyah di Lahore.
Mu'izz ad-Din Muhammad (1149 – 15 Maret 1206), juga dikenal sebagai Muhammad dari Ghor menjadi sultan bersama saudaranya Ghiyath ad-Din Muhammad dari tahun 1173 hingga 1202 dan sebagai penguasa tunggal dari tahun 1202 hingga 1206.
Dia dianggap sebagai peletak dasar pemerintahan Muslim di anak benua India, yang berlangsung selama beberapa abad. Mu'izz ad-Din Muhammad memerintah atas wilayah yang mencakup bagian dari Afghanistan modern, Bangladesh, Iran, India Utara, Pakistan, Tajikistan dan Turkmenistan.
Mu'izz ad-Din merebut kota Ghazni pada tahun 1173 untuk membalas kematian leluhurnya Muhammad ibn Suri di tangan Mahmud dari Ghazni dan menggunakannya sebagai landasan untuk ekspansi ke India utara.
Sementara itu, ia membantu saudaranya Ghiyath dalam kontesnya dengan Kekaisaran Khwarazmian untuk kekuasaan Khorasan di Asia Barat.
Pada tahun 1175, Mu'izz merebut Multan dari dinasti Hamid Ludi, dan juga merebut Uch pada tahun 1175. Dia juga menganeksasi kerajaan Ghaznawi di Lahore pada tahun 1186, tempat persembunyian terakhir para pesaingnya yang mengalami Persia.
Setelah mengkonsolidasikan kekuasaannya di wilayah Barat Laut, Mu'izz al-Din ingin menyerang jantung India Utara yang saat itu berada di bawah kendali Rajput.
Sugata Bose (2004) dalam bukunya berjudul "Modern South Asia: History, Culture, Political Economy" menyebut pada 1191 M, Mu'izz ad-Din Muhammad dikalahkan oleh Konfederasi Rajput bersatu yang dipimpin oleh Prithviraj Chauhan dalam Pertempuran Tarain Pertama.
Hanya saja, pada tahun 1192 M, Shihabuddin kembali dengan pasukan pemanah berkuda dan mengalahkan Rajput di bawah Prithviraj di medan yang sama, membuka jalan untuk menduduki sebagian besar India Utara dalam satu generasi.
Pertempuran itu juga menyebabkan kehancuran besar-besaran kekuatan Hindu di India Utara dan membentuk kehadiran Muslim secara kuat.
Asal Mula
Pada awalnya orang-orang Gaznah banyak mengangkat para penguasa dari Ghuri. Orang yang pertama sekali menjadi kepala pemerintahan negeri ini adalah Izzuddin Husein.
Dia adalah pendiri pemerintahan Dinasti Ghuriyah. Izzuddin Husein (Muhammad Ghuri) mampu menguasai Ghaznah pada tahun 1173 M. Dalam pelaksanaan pemerintahannya Mu'izz ad-Din Muhammad memakai gelar Al-Malik al-Muazzam (Raja Besar).
Setelah memperkuat dirinya di Ghaznah, ia mengalihkan perhatian ke India. Faktor-faktor yang mendorongnya mengalihkan perhatian ke India antara lain adalah karena gagalnya mendirikan kerajaan di Asia Tengah dan ancaman dari sisa-sisa Dinasti Ghaznah di Punjab. Di samping itu, tidak ada kesatuan politik di India.
Dalam kondisi tersebut, Ghuri mendapatkan kesempatan emas bagi kesuksesannya.
Dengan dimulainya kekuasaan Mu'izz ad-Din Muhammad, maka seluruh wilayah yang dahulunya dikuasai Dinasti Ghaznah satu persatu direbut dan dikusai oleh Dinasti Ghuriyah hingga pada sultan yang terakhir.
Pada tahun 1187 M, Mu'izz ad-Din Muhammad berhasil menaklukkan semua wilayah yang membebaskan diri semasa Dinasti Ghaznawiyah. Sasaran kampanye pertama kali dilakukannya adalah daerah Maltan, yang saat itu dikuasai oleh orang Syiah Ismailiyah radikal Qaramitha.
Ketika Mu'izz ad-Din Muhammad wafat, ia tidak meninggalkan keturunan anak laki-laki, di samping tidak ada yang datang dari Ghuri untuk menguasai takhta Delhi.
Selain itu Mu'izz ad-Din Muhammad Ghuri memberi letter of manumission (memerdekakan dari perbudakan), maka selanjunya ia menyerahkan takhtanya kepada bekas budak, sekaligus menantu, dan panglima perangnya, Qutub al-Din Aybek. Naiklah Aybek menjadi pengganti Ghuri dengan gelar sultan pada 1206 M.
(mhy)