Ashhabul Ukhdud: Kisah Pembakaran Orang-Orang Beriman Pra-Islam
Senin, 22 Juni 2020 - 05:00 WIB
Raja murka. Dia mencium cikal bakal fitnah dalam ucapan laki-laki ini yang dapat mengancam kekuasaan dan kerajaannya. Raja thaghut ini telah mendudukkan dirinya sebagai tuhan yang disembah selain Allah.
Dia mengklaim bahwa dirinya adalah tuhan manusia. Tukang sihir dan para pembantu raja yang rusak bekerja siang malam untuk menancapkan keyakinan seperti ini di hati penduduk kerajaan ini. Oleh karena itu, hati raja tergoncang. Dia takut terhadap kekuasaan dan kerajaannya. Maka dia menangkap laki-laki itu dan terus menyiksanya sampai akhirnya dia menyebut nama pemuda itu.
Ketika pemuda itu dihadapkan kepada raja, raja mengira bahwa dia telah menguasai sihir yang sangat tinggi. “Wahai anakku, sihirmu luar biasa hebatnya hingga dapat menyembuhkan kebutaan dan kusta. Kamu juga telah melakukan ini dan itu,” sambut Raja begitu pemuda itu sampai di hadapannya.
Pemuda itu menjabar, “Sesungguhnya aku tidak dapat menyembuhkan seorang pun. Sebenarnya yang menyembuhkan mereka adalah Allah.”
Raja akhirnya menyadari bahwa dugaannya meleset. Pemuda ini mengingkari sihir dan penyihir.
Pemuda ini tidak memakai ilmunya untuk menopang kerajaannya dan menjadikan rakyat sebagai hamba raja. Pemuda ini mengajak beriman kepada Allah yang Maha
Esa.
Maka pemuda itu pun dihukum dan terus disiksa hingga pemuda itu menunjuk sang pendeta. Lalu dia minta supaya pendeta itu dihadirkan.
Selanjutnya kepada pendeta itu dikatakan,”'Kembalilah kamu ke dalam agamamu semula.” Namun dia menolak.
Raja minta agar diambilkan gergaji. Gergaji itu diletakkan di atas kepalanya, lalu membelahnya hingga kedua belahan tubuhnya terjatuh.
Selanjutnya, dia minta untuk menghadapkan pemuda itu kepadanya. Lalu dia mengatakan kepadanya, “Kembalilah kepada agamamu.” Namun dia tetap menolak.
Maka dia menyerahkannya kepada beberapa orang pengikutnya, lalu berkata, “Pergi dan bawalah pemuda ini ke gunung ini dan itu, dan bawalah dia naik ke atas gunung. Jika kalian telah sampai di puncaknya dan dia kembali kepada agamanya, maka tidaklah bermasalah. Tetapi jika tidak, maka lemparkanlah dia.”
Kemudian mereka segera membawa pemuda itu naik ke gunung. Maka pemuda itu berdoa, “Ya Allah, lindungilah diriku dari (kejahatan) mereka sesuai dengan kehendak-Mu.”
Maka gunung itu goncang, mereka pun berjatuhan dari gunung. Kemudian pemuda itu dengan berjalan kaki datang menemui sang raja. Kemudian raja bertanya kepadanya, “Apa yang dilakukan oleh orang-orang yang membawamu?”
Dia menjawab, “Allah yang Maha Tinggi telah menghindarkan diriku dari kejahatan mereka.”
Maka pemuda itu diserahkan kepada pasukan lain seraya berkata, “Pergilah kalian dan bawalah pemuda ini dengan sebuah perahu ke tengah-tengah laut. Jika dia mau kembali ke dalam agamanya semula, maka dia akan selamat. Jika tidak, maka lemparkanlah dia ke tengah lautan.”
Lalu mereka berangkat dengan membawa pemuda tersebut. Selanjutnya, pemuda itu berdoa, “Ya Allah, selamatkanlah aku dari mereka sesuai dengan kehendakMu.”
Dia mengklaim bahwa dirinya adalah tuhan manusia. Tukang sihir dan para pembantu raja yang rusak bekerja siang malam untuk menancapkan keyakinan seperti ini di hati penduduk kerajaan ini. Oleh karena itu, hati raja tergoncang. Dia takut terhadap kekuasaan dan kerajaannya. Maka dia menangkap laki-laki itu dan terus menyiksanya sampai akhirnya dia menyebut nama pemuda itu.
Ketika pemuda itu dihadapkan kepada raja, raja mengira bahwa dia telah menguasai sihir yang sangat tinggi. “Wahai anakku, sihirmu luar biasa hebatnya hingga dapat menyembuhkan kebutaan dan kusta. Kamu juga telah melakukan ini dan itu,” sambut Raja begitu pemuda itu sampai di hadapannya.
Pemuda itu menjabar, “Sesungguhnya aku tidak dapat menyembuhkan seorang pun. Sebenarnya yang menyembuhkan mereka adalah Allah.”
Raja akhirnya menyadari bahwa dugaannya meleset. Pemuda ini mengingkari sihir dan penyihir.
Pemuda ini tidak memakai ilmunya untuk menopang kerajaannya dan menjadikan rakyat sebagai hamba raja. Pemuda ini mengajak beriman kepada Allah yang Maha
Esa.
Maka pemuda itu pun dihukum dan terus disiksa hingga pemuda itu menunjuk sang pendeta. Lalu dia minta supaya pendeta itu dihadirkan.
Selanjutnya kepada pendeta itu dikatakan,”'Kembalilah kamu ke dalam agamamu semula.” Namun dia menolak.
Raja minta agar diambilkan gergaji. Gergaji itu diletakkan di atas kepalanya, lalu membelahnya hingga kedua belahan tubuhnya terjatuh.
Selanjutnya, dia minta untuk menghadapkan pemuda itu kepadanya. Lalu dia mengatakan kepadanya, “Kembalilah kepada agamamu.” Namun dia tetap menolak.
Maka dia menyerahkannya kepada beberapa orang pengikutnya, lalu berkata, “Pergi dan bawalah pemuda ini ke gunung ini dan itu, dan bawalah dia naik ke atas gunung. Jika kalian telah sampai di puncaknya dan dia kembali kepada agamanya, maka tidaklah bermasalah. Tetapi jika tidak, maka lemparkanlah dia.”
Kemudian mereka segera membawa pemuda itu naik ke gunung. Maka pemuda itu berdoa, “Ya Allah, lindungilah diriku dari (kejahatan) mereka sesuai dengan kehendak-Mu.”
Maka gunung itu goncang, mereka pun berjatuhan dari gunung. Kemudian pemuda itu dengan berjalan kaki datang menemui sang raja. Kemudian raja bertanya kepadanya, “Apa yang dilakukan oleh orang-orang yang membawamu?”
Dia menjawab, “Allah yang Maha Tinggi telah menghindarkan diriku dari kejahatan mereka.”
Maka pemuda itu diserahkan kepada pasukan lain seraya berkata, “Pergilah kalian dan bawalah pemuda ini dengan sebuah perahu ke tengah-tengah laut. Jika dia mau kembali ke dalam agamanya semula, maka dia akan selamat. Jika tidak, maka lemparkanlah dia ke tengah lautan.”
Lalu mereka berangkat dengan membawa pemuda tersebut. Selanjutnya, pemuda itu berdoa, “Ya Allah, selamatkanlah aku dari mereka sesuai dengan kehendakMu.”