Mengapa Perlu Melakukan Muhasabah Iman? Ini penjelasannya
Kamis, 30 Juni 2022 - 12:46 WIB
Iman adalah aset terpenting bagi seorang muslim. Sebab dengan iman, seseorang akan mendapatkan kehidupan yang baik di dunia dan akhirat serta keselamatan dari segala keburukan dan azab Allah. Dengan iman juga, seseorang akan mendapatkan pahala besar yang menjadi sebab masuk ke dalam surga dan selamat dari neraka. Artinya iman adalah penghantar kita dalam kebahagiaan.
Sayangnya, iman itu bisa naik dan bisa turun. Iman bisa bertambah dan berkurang. Jika iman naik maka bersyukurlah. Karena itu adalah nikmat dan anugerah dari Allah Subhanahu wa Ta'ala. Jika iman dalam kondisi turun, maka harus hati-hati. Perlu muhasabah atau evaluasi keimanan.
Muhasabah iman adalah untuk memastikan bahwa keimanan kita tetap merupakan iman yang kukuh tidak tergoyahkan dengan kilau dunia. Muhasabah juga untuk memastikan diri kita masih ada iman walau lagi melemah dan perlu ditingkatkan lagi. Iman harus kita naikkan lagi. Itulah gunanya muhasabah.
Alasan lain mengapa harus muhasabah iman? Sebab iman akan menentukan amalan kita. Apakah kita beramal saleh atau beramal buruk? Apakah ibadah kita merosot atau masih Istiqomah?
Az-Zarqani dalam buku Syarh Al-Muwatha’ menyatakan bahwa amalan akhir manusia itulah yang menjadi penentu dan atas amalan itu pula ia akan dibalas Allah Subhanahubwa Ta'ala.
Siapa yang beramal buruk lalu beralih beramal baik, maka ia dinilai sebagai orang yang bertobat. Sebaliknya, siapa yang berpindah dari iman menjadi kufur maka ia akan merugi di hadapan Allah.
Firman Allah :
"Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan." (QS. An-Nahl : 97)
AllahTa’alajuga berfirman :
“Dan berkata orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan dan keimanan (kepada orang-orang yang kafir): “Sesungguhnya kamu telah berdiam (dalam kubur) menurut ketetapan Allah, sampai hari berbangkit.”(QS Ar-Ruum: 56)
Termasuk dalam muhasabah iman adalah kita berupaya mengumpulkan banyak amal ibadah agar kelak kita mencapai husnul khatimah. Mengucapkan kalimat "la ilaha ilallah" di akhir hidup kita itu menandakan kita beriman dan merupakan anugerah besar dari Allah.
Ketika mampu mengucapkannya, Allah akan melapangkan kubur dan mengembalikan kita ke tempat kembali yang diridai Allah, yakni surga.
Allah berfirman :
“Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh (dalam kehidupan) di dunia dan di akhirat dan Allah menyesatkan orang-orang yang zalim, dan Allah berbuat apa yang Ia kehendaki.” (QS Ibrahim: 27)
Menurut para ulama, iman itu terbagi menjadi dua. Pertama, iman yang didustakan oleh Allah. Iman seperti ini tidak akan memberikan keteguhan hati dan lisan seorang hamba di akhir kehidupannya. Kedua, iman yang diterima oleh Allah. Yakni Allah akan menjadikannya mampu mengucapkan kalimat "la ilaha ilallah" di akhir hidupnya.
Jadi, menjadi penting bagi kita untuk memastikan iman kita. Apakah diterima dan dibenarkan oleh Allah atau tidak. Hendaknya kita mengevaluasi kembali proses keimanan kita. Memastikan pula bahwa keimanan kita merupakan iman yang kukuh tidak tergoyahkan dengan kilau dosa dan tidak menggadaikan keimanan dengan banyaknya maksiat dan dosa.
Wallahu'alam
Sayangnya, iman itu bisa naik dan bisa turun. Iman bisa bertambah dan berkurang. Jika iman naik maka bersyukurlah. Karena itu adalah nikmat dan anugerah dari Allah Subhanahu wa Ta'ala. Jika iman dalam kondisi turun, maka harus hati-hati. Perlu muhasabah atau evaluasi keimanan.
Muhasabah iman adalah untuk memastikan bahwa keimanan kita tetap merupakan iman yang kukuh tidak tergoyahkan dengan kilau dunia. Muhasabah juga untuk memastikan diri kita masih ada iman walau lagi melemah dan perlu ditingkatkan lagi. Iman harus kita naikkan lagi. Itulah gunanya muhasabah.
Alasan lain mengapa harus muhasabah iman? Sebab iman akan menentukan amalan kita. Apakah kita beramal saleh atau beramal buruk? Apakah ibadah kita merosot atau masih Istiqomah?
Az-Zarqani dalam buku Syarh Al-Muwatha’ menyatakan bahwa amalan akhir manusia itulah yang menjadi penentu dan atas amalan itu pula ia akan dibalas Allah Subhanahubwa Ta'ala.
Siapa yang beramal buruk lalu beralih beramal baik, maka ia dinilai sebagai orang yang bertobat. Sebaliknya, siapa yang berpindah dari iman menjadi kufur maka ia akan merugi di hadapan Allah.
Firman Allah :
مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَىٰ وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً ۖ وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
"Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan." (QS. An-Nahl : 97)
AllahTa’alajuga berfirman :
وَقَالَ الَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ وَالْإِيمَانَ لَقَدْ لَبِثْتُمْ فِي كِتَابِ اللَّهِ إِلَى يَوْمِ الْبَعْثِ
“Dan berkata orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan dan keimanan (kepada orang-orang yang kafir): “Sesungguhnya kamu telah berdiam (dalam kubur) menurut ketetapan Allah, sampai hari berbangkit.”(QS Ar-Ruum: 56)
Termasuk dalam muhasabah iman adalah kita berupaya mengumpulkan banyak amal ibadah agar kelak kita mencapai husnul khatimah. Mengucapkan kalimat "la ilaha ilallah" di akhir hidup kita itu menandakan kita beriman dan merupakan anugerah besar dari Allah.
Baca Juga
Ketika mampu mengucapkannya, Allah akan melapangkan kubur dan mengembalikan kita ke tempat kembali yang diridai Allah, yakni surga.
Allah berfirman :
يُثَبِّتُ اللّٰهُ الَّذِيۡنَ اٰمَنُوۡا بِالۡقَوۡلِ الثَّابِتِ فِى الۡحَيٰوةِ الدُّنۡيَا وَفِى الۡاٰخِرَةِ ۚ وَيُضِلُّ اللّٰهُ الظّٰلِمِيۡنَ ۙ وَيَفۡعَلُ اللّٰهُ مَا يَشَآءُ
“Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh (dalam kehidupan) di dunia dan di akhirat dan Allah menyesatkan orang-orang yang zalim, dan Allah berbuat apa yang Ia kehendaki.” (QS Ibrahim: 27)
Menurut para ulama, iman itu terbagi menjadi dua. Pertama, iman yang didustakan oleh Allah. Iman seperti ini tidak akan memberikan keteguhan hati dan lisan seorang hamba di akhir kehidupannya. Kedua, iman yang diterima oleh Allah. Yakni Allah akan menjadikannya mampu mengucapkan kalimat "la ilaha ilallah" di akhir hidupnya.
Jadi, menjadi penting bagi kita untuk memastikan iman kita. Apakah diterima dan dibenarkan oleh Allah atau tidak. Hendaknya kita mengevaluasi kembali proses keimanan kita. Memastikan pula bahwa keimanan kita merupakan iman yang kukuh tidak tergoyahkan dengan kilau dosa dan tidak menggadaikan keimanan dengan banyaknya maksiat dan dosa.
Wallahu'alam
(wid)