Menelisik Yahudi di Madinah, Keturunan Arab Atau Ibrani?

Senin, 25 Juli 2022 - 15:19 WIB
Setelah perang Yahudi-Romawi (80 M) yang berujung pada luluh lantaknya Palestina, hancurnya kuil Baitul Maqdis, dan tercerai-berainya bangsa Yahudi ke seluruh penjuru dunia, banyak kelompok Yahudi menuju ke wilayah Arab. Wilayah ini lebih mereka sukai dibanding tempat lain, karena sistem nomadismenya yang bebas dan lokasinya yang berada di wilayah padang pasir terpencil sehingga sulit dicapai pasukan Romawi yang terorganisasi.

Senada dengan paparan ini, Moshe Gil berpandangan bahwa bangsa Yahudi masuk dan tinggal di Hijaz pada dua periode di antara beberapa periode invasi Romawi ke Palestina, yakni di antara tahun 70 M dan 135 M.

"Dari paparan tersebut, jelaslah bahwa kedua peneliti secara implisit menolak riwayat-riwayat yang menyatakan keberadaan bangsa Yahudi di Hijaz bermula sejak masa Nabi Musa," ujar Muhammad bin Fariz.

Pertanyaannya sekarang, kalau kita bisa menerima pendapat bahwa bangsa Yahudi memasuki Hijaz di antara tahun 70 dan 135 M—hipotesis ini berkemungkinan benar karena terkait peristiwa historis di Syam yang tidak mungkin diabaikan—apakah kita akan menerima pula riwayat-riwayat yang melacak eksistensi bangsa Yahudi di Hijaz sampai ke era sebelum Masehi, tepatnya pada masa Bani Israil kaumnya Nabi Musa?

"Kiranya sulit untuk menerima riwayat-riwayat semacam ini, karena ia tidak bersandar pada sumber-sumber tepercaya," ujar Muhammad bin Fariz.

Jawwad Ali menduga tampaknya dia benar—sumber berbagai riwayat itu adalah orang-orang Yahudi Hijaz atau orang-orang yang masuk Islam di antara mereka. Tujuannya tak lain membuktikan kalau mereka memiliki nasab dan keturunan terhormat di tanah ini sejak dahulu, bahwa mereka pernah punya kekuatan dahsyat, bahwa sejarah mereka di kawasan ini terentang hingga ke zaman para nabi dan permulaan Bani Israil, sehingga mereka dapat mengaku sebagai kelompok yang terpilih di antara bangsa Ibrani.

Salah satu hal yang menarik perhatian adalah meski ada banyak kabilah dan marga Yahudi yang disebutkan Ibnu Rustah, al-Ashfihani, juga as-Samhudi, ternyata tak banyak yang dikenal ketika Rasulullah telah berhijrah ke Madinah.



Melebur

Muhammad bin Fariz menyebutkan bahwa yang paling populer yaitu tiga kabilah Yahudi: Bani Yainuga, Bani Nadhir, dan Bani Quraizhah.

Di titik ini bisa diajukan pertanyaan: (1) Apa yang terjadi dengan berbagai kabilah dan marga Yahudi yang lain? (2) Apakah mereka punah atau bermigrasi keluar dari Hijaz? (3) Ataukah mereka melebur dengan kabilah-kabilah Arab yang lebih besar di Yatsrib dan sekitarnya? (4) Apakah kelompok-kelompok Yahudi yang berjumlah belasan itu, selain ketiga kabilah populer di atas, merupakan keturunan Ibrani, ataukah mereka semua adalah keturunan Arab yang memeluk ajaran Yahudi?

Menurut Muhammad bin Fariz, pertanyaan pertama dan kedua sulit dijawab, baik secara negatif maupun positif, karena keduanya sama-sama mungkin.

Sementara itu, kemungkinan meleburnya mereka dengan kabilah-kabilah Arab lain yang menetap di Yatsrib—inti pertanyaan ketiga—termasuk asumsi yang patut dipertimbangkan.

Abu al-Faraj al-Ashfihani menuturkan, setelah Malik bin al-Ajlan' membantai sekelompok Yahudi Madinah, orang-orang Yahudi pun tunduk dan tak banyak melawan. Mereka ketakutan. Bahkan tiap kali ada orang dari suku Aus dan Khazraj mengejek dengan sesuatu yang tidak disenangi, mereka tidak lagi saling mendatangi. Si Yahudi justru mendatangi para tetangga di sekitar tempat dia tinggal dan berkata: “Kami adalah tetangga dan sekutu kalian.

Hingga, mayoritas kelompok Yahudi meminta perlindungan kepada salah satu marga dari dua suku ini demi memperoleh dukungan. "Dan, jika kita akan menerima riwayat ini sebagai kebenaran, barangkali ia bisa membantu menjelaskan asal-usul Yahudi Aus dan Khazraj yang berulang-ulang disebutkan pada Piagam Madinah," ujar Muhammad bin Fariz.

Sedangkan untuk pertanyaan terakhir, mengenai asal-usul berbagai kabilah dan marga ini—apakah mereka keturunan Ibrani atau kabilah-kabilah Arab yang memeluk Yahudi—kita tidak bisa memberikan jawaban yang memuaskan.



Menurut Muhammad bin Fariz, nama-nama kabilah dan marga ini adalah benar nama Arab. Dalam buku sejarahnya, al-Ya'qubi menyebutkan bahwa sebagian besar kelompok Yahudi di Hijaz berasal dari bangsa Arab yang memeluk ajaran atau agama Yahudi.

Karena itulah, dari nama-nama kelompok di atas, Margoliouth tidak mendapati satu nama pun dengan unsur Ibrani kecuali kabilah Za'ura. Pandangan ini diikuti oleh Jawwad Ali. Hal menarik yang patut disebutkan di sini adalah bahwa Za'ura adalah nama salah satu marga kabilah Aus dari keturunan Jusyam dari Bani Abdul Asyhal.

Dengan demikian, tidak mudah mencocokkan Za'ura yang Yahudi dan Za'ura-nya Bani Abdul Asyhal. Pastilah ada kerancuan dalam persoalan ini.
Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
Halaman :
Hadits of The Day
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: Malaikat tidak mau masuk ke rumah yang di dalamnya terdapat patung-patung atau gambar-gambar.

(HR. Muslim No. 3948)
Artikel Terkait
Al-Qur'an, Bacalah!
Rekomendasi
Terpopuler
Artikel Terkini More