Makna Ucapan Umar bin Khattab, Lari dari Takdir Tuhan kepada Takdir-Nya yang Lain
Selasa, 26 Juli 2022 - 14:15 WIB
https://kalam.sindonews.com/read/836563/69/ketika-takdir-menjadi-komoditas-politik-muawiyah-1658747261
Demikian juga ketika Imam Ali ra sedang duduk bersandar di satu tembok yang ternyata rapuh, beliau pindah ke tempat lain. Beberapa orang di sekelilingnya bertanya seperti pertanyaan di atas. Jawaban Ali ibn Thalib, sama intinya dengan jawaban Khalifah Umar ra.
Robohnya tembok, berjangkitnya penyakit adalah berdasarkan hukum-hukum yang telah ditetapkan-Nya, dan bila seseorang tidak menghindar ia akan menerima akibatnya. Akibat yang menimpanya itu juga adalah takdir, tetapi bila ia menghindar dan luput dari marabahaya maka itu pun takdir. Bukankah Tuhan telah menganugerahkan manusia kemampuan memilah dan memilih?
Quraish Shihab menjelaskan bahwa kemampuan ini pun antara lain merupakan ketetapan atau takdir yang dianugerahkan-Nya. Jika demikian, manusia tidak dapat luput dari takdir, yang baik maupun buruk. "Tidak bijaksana jika hanya yang merugikan saja yang disebut takdir, karena yang positif pun takdir," katanya.
Menurut Quraish Shihab, yang demikian merupakan sikap 'tidak menyucikan Allah, serta bertentangan dengan petunjuk Nabi SAW,' "... dan kamu harus percaya kepada takdir-Nya yang baik maupun yang buruk."
Dengan demikian, kata Quraish Shihab, menjadi jelaslah kiranya bahwa adanya takdir tidak menghalangi manusia untuk berusaha menentukan masa depannya sendiri, sambil memohon bantuan Illahi.
Demikian juga ketika Imam Ali ra sedang duduk bersandar di satu tembok yang ternyata rapuh, beliau pindah ke tempat lain. Beberapa orang di sekelilingnya bertanya seperti pertanyaan di atas. Jawaban Ali ibn Thalib, sama intinya dengan jawaban Khalifah Umar ra.
Robohnya tembok, berjangkitnya penyakit adalah berdasarkan hukum-hukum yang telah ditetapkan-Nya, dan bila seseorang tidak menghindar ia akan menerima akibatnya. Akibat yang menimpanya itu juga adalah takdir, tetapi bila ia menghindar dan luput dari marabahaya maka itu pun takdir. Bukankah Tuhan telah menganugerahkan manusia kemampuan memilah dan memilih?
Quraish Shihab menjelaskan bahwa kemampuan ini pun antara lain merupakan ketetapan atau takdir yang dianugerahkan-Nya. Jika demikian, manusia tidak dapat luput dari takdir, yang baik maupun buruk. "Tidak bijaksana jika hanya yang merugikan saja yang disebut takdir, karena yang positif pun takdir," katanya.
Menurut Quraish Shihab, yang demikian merupakan sikap 'tidak menyucikan Allah, serta bertentangan dengan petunjuk Nabi SAW,' "... dan kamu harus percaya kepada takdir-Nya yang baik maupun yang buruk."
Dengan demikian, kata Quraish Shihab, menjadi jelaslah kiranya bahwa adanya takdir tidak menghalangi manusia untuk berusaha menentukan masa depannya sendiri, sambil memohon bantuan Illahi.
(mhy)
Lihat Juga :