Nikmat Allah Taala yang Wajib Disyukuri Menurut Al-Qur'an
Rabu, 10 Agustus 2022 - 14:32 WIB
Muhammad Quraish Shihab mengingatkan bahwa pada dasarnya segala nikmat yang diperoleh manusia harus disyukurinya. Nikmat diartikan oleh sementara ulama sebagai "segala sesuatu yang berlebih dari modal Anda".
Quraish Shihab dalam bukunya berjudul " Wawasan Al-Quran " bertanya adakah manusia memiliki sesuatu sebagai modal? Dan dia menjawab "Tidak". "Bukankah hidupnya sendiri adalah anugerah dari Allah?" ujar Quraish Shihab sembari mengutip al-Quran surat Al-Ihsan ayat 1. "Bukankah telah datang atas manusia satu waktu dari masa, sedang ia ketika itu belum merupakan sesuatu yang dapat disebut?" ( QS Al-Insan [76] : 1).
Nikmat Allah demikian berlimpah ruah, sehingga Al-Quran menyatakan, "Seandainya kamu (akan) menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan sanggup menghitungnya ( QS Ibrahim [14] : 34).
Al-Biqa'i dalam tafsirnya terhadap surat Al-Fatihah mengemukakan bahwa "al-hamdulillah" dalam surat Al-Fatihah menggambarkan segala anugerah Tuhan yang dapat dinikmati oleh makhluk, khususnya manusia. Itulah sebabnya empat surat lain yang juga dimulai dengan al-hamdulillah masing-masing menggambarkan kelompok nikmat Tuhan, sekaligus merupakan perincian dari kandungan nikmat yang dicakup oleh kalimat al-hamdulillah dalam surat Al-Fatihah itu. Karena Al-Fatihah adalah induk Al-Qur'an dan kandungan ayat-ayatnya dirinci oleh ayat-ayat lain.
Keempat surat yang dimaksud adalah:
1. Al-An'am (surat ke-6) yang dimulai dengan, "Segala puji bagi Allah Yang te1ah menciptakan langit dan bumi, dan mengadakan gelap dan terang."
Ayat ini mengisyaratkan nikmat wujud di dunia ini dengan segala potensi yang dianugerahkan Allah baik di darat, laut, maupun udara, serta gelap dan terang.
2. Al-Kahf (surat ke-18), yang dimulai dengan: "Segala puji bagi Allah yang telah menurunkan kepada hamba-Nya Al-Kitab (Al-Qur'an), dan tidak membuat kebengkokan (kekurangan) di dalamnya."
Di sini diisyaratkan nikmat-nikmat pemeliharaan Tuhan yang dianugerahkannya secara aktual di dunia ini. Disebut pula nikmat-Nya yang terbesar yaitu kehadiran Al-Qur'an di tengah-tengah umat manusia, untuk "mewakili" nikmat-nikmat pemeliharaan lainnya.
3. Saba' (surat ke-34), yang dimulai dengan, "Segala puji bagi Allah yang memiliki apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi, dan bagi-Nya pula segala puji di akhirat. Dan Dialah Yang Maha Bijaksana lagi Maha Mengetabui."
Ayat ini mengisyaratkan nikmat Tuhan di akhirat kelak, yakni kehidupan baru setelah mengalami kematian di dunia, di mana dengan kehadirannya di sana manusia dapat memperoleh kenikmatan abadi.
4. Fathir (surat ke-35), yang dimulai dengan, "Segala puji bagi Allah Pencipta langit dan bumi, Yang menjadikan malaikat sebagai utusan-utusan untuk mengurus berbagai macam urusan (di dunia dan di akhirat), yang mempunyai sayap masing-masing (ada yang) dua, tiga, dan empat."
Ayat ini adalah isyarat tentang nikmat-nikmat abadi yang akan dianugerahkan Allah kelak setelah mengalami hidup baru di akhirat.
Quraish Shihab menjelaskan setiap rincian yang terdapat dalam keempat kelompok nikmat yang dicakup oleh keempat surat di atas, menuntut syukur hamba-Nya baik dalam bentuk ucapan al-hamdulillah, maupun pengakuan secara tulus dari lubuk hati, serta mengamalkan perbuatan yang diridhai-Nya.
Dalam beberapa ayat lainnya disebut sekian banyak nikmat secara eksplisit, antara lain:
1. Kehidupan dan kematian. "Bagaimana kamu mengkufuri (tidak mensyukuri nikmat) Allah, padahal tadinya kamu tiada, lalu kamu dihidupkan, kemudian kamu dimatikan, lalu dihidupkan kembali. ( QS Al-Baqarah [2] : 28).
2. Hidayat Allah. "Hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur ( QS Al-Baqarah [2] : 185).
3. Pengampunan-Nya, antara lain dalam firman-Nya. "Kemudian setelah itu Kami maafkan kesalahanmu agar kamu bersyukur "( QS Al-Baqarah [2] : 52)
4. Pancaindera dan akal. "Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberimu pendengaran, penglihatan, dan hati, supaya kamu bersyukur" ( QS An-Nahl [16] : 78).
5. Rezeki. "Dan diberinya kamu rezeki yang baik-baik agar kamu bersyukur". ( QS Al-Anfal [8] : 26).
6. Sarana dan prasarana antara lain. "Dan Dialah (Allah) yang menundukkan lautan (untukmu) agar kamu dapat memakan daging (ikan) yang segar darinya, dan kamu mengeluarkan dan lautan itu perhiasan yang kamu pakai, dan kamu melihat bahtera berlayar padanya, dan supaya kamu mencari (keuntungan) dan karunia-Nya, dan supaya kamu bersyukur". ( QS An-Nahl [16] : 14) .
7. Kemerdekaan. "Dan (ingatlah) ketika Musa berkata kepada kaumnya, "Hai kaumku, ingatlah nikmat Allah atas kamu ketika Dia mengangkat nabi-nabi di antaramu, dan dijadikannya kamu orang-orang yang merdeka (bebas dari penindasan Fir'aun)". ( QS Al-Maidah [5] : 20)
"Masih banyak lagi nikmat-nikmat lain yang secara eksplisit disebut oleh Al-Quran," ujar Quraish Shihab.
Terulang 30 Kali
Dalam surat Ar-Rahman (surat ke-55), Al-Qur'an membicarakan aneka nikmat Allah dalam kehidupan dunia ini dan kehidupan akhirat kelak. Hampir pada setiap dua nikmat yang disebutkan. Quran mengulangi satu pertanyaan dengan redaksi yang sama yaitu, "Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu ingkari?"
Pertanyaan tersebut terulang sebanyak 30 satu kali. Sementara ulama menganalisis jumlah itu dan mengelompokkannya untuk sampai pada suatu kesimpulan.
Delapan pertanyaan berkaitan dengan nikmat-nikmat Tuhan dalam kehidupan di dunia ini, antara lain nikmat pengajaran Al-Qur'an, pengajaran berekspresi, langit, bumi, matahari, lautan, tumbuh-tumbuhan, dan sebagainya.
Tujuh pertanyaan berkaitan dengan ancaman siksa neraka di akhirat nanti. Perlu diingat bahwa ancaman adalah bagian dari pemeliharaan dan pendidikan, serta merupakan salah satu nikmat Tuhan.
Delapan pertanyaan berkaitan dengan nikmat-nikmat Tuhan yang diperoleh dalam surga pertama.
Delapan pertanyaan berkaitan dengan nikmat-nikmat-Nya pada surga kedua.
Quraish Shihab mengatakan dari hasil pengelompokan demikian, para ulama menyusun semacam "rumus", yaitu siapa yang mampu mensyukuri nikmat-nikmat Allah yang disebutkan dalam rangkaian delapan pertanyaan pertama--syukur seperti makna yang dikemukakan di atas-- maka ia akan selamat dari ketujuh pintu neraka yang disebut dalam ancaman dalam tujuh pertanyaan berikutnya. Sekaligus dia dapat memilih pintu-pintu mana saja dari kedelapan pintu surga, baik surga pertama maupun surga kedua, baik Surga (kenikmatan duniawi) maupun kenikmatan ukhrawi.
Quraish Shihab dalam bukunya berjudul " Wawasan Al-Quran " bertanya adakah manusia memiliki sesuatu sebagai modal? Dan dia menjawab "Tidak". "Bukankah hidupnya sendiri adalah anugerah dari Allah?" ujar Quraish Shihab sembari mengutip al-Quran surat Al-Ihsan ayat 1. "Bukankah telah datang atas manusia satu waktu dari masa, sedang ia ketika itu belum merupakan sesuatu yang dapat disebut?" ( QS Al-Insan [76] : 1).
Nikmat Allah demikian berlimpah ruah, sehingga Al-Quran menyatakan, "Seandainya kamu (akan) menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan sanggup menghitungnya ( QS Ibrahim [14] : 34).
Al-Biqa'i dalam tafsirnya terhadap surat Al-Fatihah mengemukakan bahwa "al-hamdulillah" dalam surat Al-Fatihah menggambarkan segala anugerah Tuhan yang dapat dinikmati oleh makhluk, khususnya manusia. Itulah sebabnya empat surat lain yang juga dimulai dengan al-hamdulillah masing-masing menggambarkan kelompok nikmat Tuhan, sekaligus merupakan perincian dari kandungan nikmat yang dicakup oleh kalimat al-hamdulillah dalam surat Al-Fatihah itu. Karena Al-Fatihah adalah induk Al-Qur'an dan kandungan ayat-ayatnya dirinci oleh ayat-ayat lain.
Keempat surat yang dimaksud adalah:
1. Al-An'am (surat ke-6) yang dimulai dengan, "Segala puji bagi Allah Yang te1ah menciptakan langit dan bumi, dan mengadakan gelap dan terang."
Ayat ini mengisyaratkan nikmat wujud di dunia ini dengan segala potensi yang dianugerahkan Allah baik di darat, laut, maupun udara, serta gelap dan terang.
2. Al-Kahf (surat ke-18), yang dimulai dengan: "Segala puji bagi Allah yang telah menurunkan kepada hamba-Nya Al-Kitab (Al-Qur'an), dan tidak membuat kebengkokan (kekurangan) di dalamnya."
Di sini diisyaratkan nikmat-nikmat pemeliharaan Tuhan yang dianugerahkannya secara aktual di dunia ini. Disebut pula nikmat-Nya yang terbesar yaitu kehadiran Al-Qur'an di tengah-tengah umat manusia, untuk "mewakili" nikmat-nikmat pemeliharaan lainnya.
3. Saba' (surat ke-34), yang dimulai dengan, "Segala puji bagi Allah yang memiliki apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi, dan bagi-Nya pula segala puji di akhirat. Dan Dialah Yang Maha Bijaksana lagi Maha Mengetabui."
Ayat ini mengisyaratkan nikmat Tuhan di akhirat kelak, yakni kehidupan baru setelah mengalami kematian di dunia, di mana dengan kehadirannya di sana manusia dapat memperoleh kenikmatan abadi.
4. Fathir (surat ke-35), yang dimulai dengan, "Segala puji bagi Allah Pencipta langit dan bumi, Yang menjadikan malaikat sebagai utusan-utusan untuk mengurus berbagai macam urusan (di dunia dan di akhirat), yang mempunyai sayap masing-masing (ada yang) dua, tiga, dan empat."
Ayat ini adalah isyarat tentang nikmat-nikmat abadi yang akan dianugerahkan Allah kelak setelah mengalami hidup baru di akhirat.
Quraish Shihab menjelaskan setiap rincian yang terdapat dalam keempat kelompok nikmat yang dicakup oleh keempat surat di atas, menuntut syukur hamba-Nya baik dalam bentuk ucapan al-hamdulillah, maupun pengakuan secara tulus dari lubuk hati, serta mengamalkan perbuatan yang diridhai-Nya.
Dalam beberapa ayat lainnya disebut sekian banyak nikmat secara eksplisit, antara lain:
1. Kehidupan dan kematian. "Bagaimana kamu mengkufuri (tidak mensyukuri nikmat) Allah, padahal tadinya kamu tiada, lalu kamu dihidupkan, kemudian kamu dimatikan, lalu dihidupkan kembali. ( QS Al-Baqarah [2] : 28).
2. Hidayat Allah. "Hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur ( QS Al-Baqarah [2] : 185).
3. Pengampunan-Nya, antara lain dalam firman-Nya. "Kemudian setelah itu Kami maafkan kesalahanmu agar kamu bersyukur "( QS Al-Baqarah [2] : 52)
4. Pancaindera dan akal. "Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberimu pendengaran, penglihatan, dan hati, supaya kamu bersyukur" ( QS An-Nahl [16] : 78).
5. Rezeki. "Dan diberinya kamu rezeki yang baik-baik agar kamu bersyukur". ( QS Al-Anfal [8] : 26).
6. Sarana dan prasarana antara lain. "Dan Dialah (Allah) yang menundukkan lautan (untukmu) agar kamu dapat memakan daging (ikan) yang segar darinya, dan kamu mengeluarkan dan lautan itu perhiasan yang kamu pakai, dan kamu melihat bahtera berlayar padanya, dan supaya kamu mencari (keuntungan) dan karunia-Nya, dan supaya kamu bersyukur". ( QS An-Nahl [16] : 14) .
7. Kemerdekaan. "Dan (ingatlah) ketika Musa berkata kepada kaumnya, "Hai kaumku, ingatlah nikmat Allah atas kamu ketika Dia mengangkat nabi-nabi di antaramu, dan dijadikannya kamu orang-orang yang merdeka (bebas dari penindasan Fir'aun)". ( QS Al-Maidah [5] : 20)
"Masih banyak lagi nikmat-nikmat lain yang secara eksplisit disebut oleh Al-Quran," ujar Quraish Shihab.
Terulang 30 Kali
Dalam surat Ar-Rahman (surat ke-55), Al-Qur'an membicarakan aneka nikmat Allah dalam kehidupan dunia ini dan kehidupan akhirat kelak. Hampir pada setiap dua nikmat yang disebutkan. Quran mengulangi satu pertanyaan dengan redaksi yang sama yaitu, "Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu ingkari?"
Pertanyaan tersebut terulang sebanyak 30 satu kali. Sementara ulama menganalisis jumlah itu dan mengelompokkannya untuk sampai pada suatu kesimpulan.
Delapan pertanyaan berkaitan dengan nikmat-nikmat Tuhan dalam kehidupan di dunia ini, antara lain nikmat pengajaran Al-Qur'an, pengajaran berekspresi, langit, bumi, matahari, lautan, tumbuh-tumbuhan, dan sebagainya.
Tujuh pertanyaan berkaitan dengan ancaman siksa neraka di akhirat nanti. Perlu diingat bahwa ancaman adalah bagian dari pemeliharaan dan pendidikan, serta merupakan salah satu nikmat Tuhan.
Delapan pertanyaan berkaitan dengan nikmat-nikmat Tuhan yang diperoleh dalam surga pertama.
Delapan pertanyaan berkaitan dengan nikmat-nikmat-Nya pada surga kedua.
Quraish Shihab mengatakan dari hasil pengelompokan demikian, para ulama menyusun semacam "rumus", yaitu siapa yang mampu mensyukuri nikmat-nikmat Allah yang disebutkan dalam rangkaian delapan pertanyaan pertama--syukur seperti makna yang dikemukakan di atas-- maka ia akan selamat dari ketujuh pintu neraka yang disebut dalam ancaman dalam tujuh pertanyaan berikutnya. Sekaligus dia dapat memilih pintu-pintu mana saja dari kedelapan pintu surga, baik surga pertama maupun surga kedua, baik Surga (kenikmatan duniawi) maupun kenikmatan ukhrawi.
(mhy)