Sejarah Qunut Nazilah, Dilakukan Nabi Muhammad SAW Sebulan Penuh
Senin, 29 Agustus 2022 - 17:30 WIB
Sejarah qunut nazilah pertama kali dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW pascatragedi Bir Ma’unah pada bulan Shafar ke-4 Hijriyah (Mei 625 H). Kala itu, 70 sahabat yang diutus oleh Nabi SAW untuk berdakwah ke wilayah Najd dibantai kaum kafir di Bir Ma’unah.
Peristiwa ini mengguratkan kesedihan yang mendalam pada diri Rasulullah SAW . Beliaupun mendoakan kejelekan para pelakunya selama satu bulan penuh. Doa itulah yang kemudian disebut dengan doa qunut nazilah dan terus diamalkan kaum muslimin hingga kini, terutama ketika sedang menghadapi bahaya atau malapetaka.
Ibnu Hajar dalam Fathul Bari juga memaparkan kisah yang disebutkan Al-Imam Al-Bukhari dalam Shahih-nya, menyebut ada perjanjian antara kaum musyrikin dengan Rasulullah SAW. Mereka adalah kelompok yang tidak ikut memerangi beliau. Mereka yang mengadakan perjanjian dengan beliau adalah Bani Amir yang dipimpin oleh Abu Barra Amir bin Malik bin Ja’far si Pemain Tombak.
Kala itu datang Abu Barra menemui Rasulullah SAW di Madinah, kemudian oleh beliau diajak kepada Islam.
Ia tidak menyambutnya, namun juga tidak menunjukkan sikap penolakan.
Kemudian dia berkata: “Wahai Rasulullah, seandainya engkau mengutus sahabat-sahabatmu kepada penduduk Najd untuk mengajak mereka kepada Islam, aku berharap mereka akan menyambutnya.”
Beliau SAW berkata: “Aku mengkhawatirkan perlakuan penduduk Najd atas mereka.”
Abu Barra meyakinkan Nabi SAW. “Aku yang menjamin mereka.”
Rasulullah SAW kemudian mengutus 70 orang sahabat yang ahli membaca Al-Quran, termasuk pemuka kaum muslimin pilihan. Mereka tiba di sebuah tempat bernama Bir Ma’unah, sebuah daerah yang terletak antara wilayah Bani ‘Amir dan kampung Bani Sulaim.
Setibanya di sana, mereka mengutus Haram bin Milhan, saudara Ummu Sulaim bintu Milhan, membawa surat Rasulullah SAW kepada Amir bin Thufail.
Amir bin Thufail tidak menghiraukan surat itu, bahkan memberi isyarat agar seseorang membunuh Haram. Ketika orang itu menikamkan tombaknya dan Haram melihat darah, dia berkata: “Demi Rabb Kakbah, aku beruntung.”
Amir bin Thufail kemudian menghasut orang-orang Bani Amir agar memerangi rombongan sahabat lainnya, namun mereka menolak karena adanya perlindungan Abu Barra.
Diapun menghasut Bani Sulaim dan ajakan ini disambut oleh Ushaiyyah, Ri’i, dan Dzakwan. Merekapun datang mengepung para sahabat Rasulullah SAW lalu membunuh mereka kecuali Ka’b bin Zaid bin An-Najjar yang ketika itu terluka dan terbaring bersama jenazah lainnya. Dia hidup hingga terjadinya peristiwa Khandaq.
Akhirnya Rasulullah SAW melakukan qunut selama sebulan mendoakan kejelekan terhadap orang-orang yang membunuh para qurra` sahabat-sahabat beliau di Bir Ma’unah. Belum pernah para sahabat melihat Rasulullah SAW begitu berduka dibandingkan ketika mendengar berita ini.
Imam Al-Bukhari menceritakan dari Anas bin Malik ra:
“Rasulullah SAW qunut selama satu bulan ketika para qurra` itu terbunuh. Dan aku belum pernah melihat Rasulullah SAW begitu berduka dibandingkan ketika kejadian tersebut.”
Ibnu Jarir meriwayatkan pula dalam Tarikh-nya, sebagaimana dinukil oleh Ibnul Qayyim dalam Zadul Ma’ad (3/247), bahwa pada saat pembantaian tersebut, Amr bin Umayyah Adh-Dhamari dan Al-Mundzir bin ‘Uqbah bin ‘Amir tinggal di pekarangan kaum muslimin.
Mereka tidak mengetahui adanya peristiwa pembantaian itu melainkan karena adanya burung-burung yang mengitari tempat kejadian tersebut. Akhirnya mereka melihat kenyataan yang memilukan itu.
Peristiwa ini mengguratkan kesedihan yang mendalam pada diri Rasulullah SAW . Beliaupun mendoakan kejelekan para pelakunya selama satu bulan penuh. Doa itulah yang kemudian disebut dengan doa qunut nazilah dan terus diamalkan kaum muslimin hingga kini, terutama ketika sedang menghadapi bahaya atau malapetaka.
Ibnu Hajar dalam Fathul Bari juga memaparkan kisah yang disebutkan Al-Imam Al-Bukhari dalam Shahih-nya, menyebut ada perjanjian antara kaum musyrikin dengan Rasulullah SAW. Mereka adalah kelompok yang tidak ikut memerangi beliau. Mereka yang mengadakan perjanjian dengan beliau adalah Bani Amir yang dipimpin oleh Abu Barra Amir bin Malik bin Ja’far si Pemain Tombak.
Kala itu datang Abu Barra menemui Rasulullah SAW di Madinah, kemudian oleh beliau diajak kepada Islam.
Ia tidak menyambutnya, namun juga tidak menunjukkan sikap penolakan.
Kemudian dia berkata: “Wahai Rasulullah, seandainya engkau mengutus sahabat-sahabatmu kepada penduduk Najd untuk mengajak mereka kepada Islam, aku berharap mereka akan menyambutnya.”
Beliau SAW berkata: “Aku mengkhawatirkan perlakuan penduduk Najd atas mereka.”
Abu Barra meyakinkan Nabi SAW. “Aku yang menjamin mereka.”
Rasulullah SAW kemudian mengutus 70 orang sahabat yang ahli membaca Al-Quran, termasuk pemuka kaum muslimin pilihan. Mereka tiba di sebuah tempat bernama Bir Ma’unah, sebuah daerah yang terletak antara wilayah Bani ‘Amir dan kampung Bani Sulaim.
Setibanya di sana, mereka mengutus Haram bin Milhan, saudara Ummu Sulaim bintu Milhan, membawa surat Rasulullah SAW kepada Amir bin Thufail.
Amir bin Thufail tidak menghiraukan surat itu, bahkan memberi isyarat agar seseorang membunuh Haram. Ketika orang itu menikamkan tombaknya dan Haram melihat darah, dia berkata: “Demi Rabb Kakbah, aku beruntung.”
Amir bin Thufail kemudian menghasut orang-orang Bani Amir agar memerangi rombongan sahabat lainnya, namun mereka menolak karena adanya perlindungan Abu Barra.
Diapun menghasut Bani Sulaim dan ajakan ini disambut oleh Ushaiyyah, Ri’i, dan Dzakwan. Merekapun datang mengepung para sahabat Rasulullah SAW lalu membunuh mereka kecuali Ka’b bin Zaid bin An-Najjar yang ketika itu terluka dan terbaring bersama jenazah lainnya. Dia hidup hingga terjadinya peristiwa Khandaq.
Akhirnya Rasulullah SAW melakukan qunut selama sebulan mendoakan kejelekan terhadap orang-orang yang membunuh para qurra` sahabat-sahabat beliau di Bir Ma’unah. Belum pernah para sahabat melihat Rasulullah SAW begitu berduka dibandingkan ketika mendengar berita ini.
Imam Al-Bukhari menceritakan dari Anas bin Malik ra:
“Rasulullah SAW qunut selama satu bulan ketika para qurra` itu terbunuh. Dan aku belum pernah melihat Rasulullah SAW begitu berduka dibandingkan ketika kejadian tersebut.”
Ibnu Jarir meriwayatkan pula dalam Tarikh-nya, sebagaimana dinukil oleh Ibnul Qayyim dalam Zadul Ma’ad (3/247), bahwa pada saat pembantaian tersebut, Amr bin Umayyah Adh-Dhamari dan Al-Mundzir bin ‘Uqbah bin ‘Amir tinggal di pekarangan kaum muslimin.
Mereka tidak mengetahui adanya peristiwa pembantaian itu melainkan karena adanya burung-burung yang mengitari tempat kejadian tersebut. Akhirnya mereka melihat kenyataan yang memilukan itu.
Lihat Juga :