Dunia atau Akhirat, Manakah yang Lebih Menarik?
Rabu, 26 Oktober 2022 - 12:28 WIB
Godaan dunia sungguh sangat banyak dan beragam. Sehingga banyak manusia yang berebut mencari kesenangan dunia. Urusan akhirat terkesan dijalani sambil lalu saja. Urusan akhirat sekadar selintas terbesit di pikiran tanpa harus diupayakan dengan bersusah payah dan maksimal.
Sehingga banyak yang melupakan bahwa kesenangan dunia hanya sementara, harta yang dikumpulkan bakal ditinggal, kemewahan di dalamnya bakal hancur sedang akhirat adalah kehidupan selama-lamanya. Jika susah, maka susah selamanya. Jika bahagia, maka bahagia selamanya.
Maka dalam Kitab: Syarah Riyadhus Sholihin, Syeikh Utsaimin menulis bahwa sungguh mengherankan; jika manusia mengejar dunia. Padahal dunialah yang diciptakan untuk manusia. Bukan manusia yang diciptakan untuk dunia.
Baca Juga: urusan akhiratbagi orang yang memahami ilmu, akan dianggap di luar tabiatnya. Apalagi, akhirat adalah hal yang ghaib yang diluar jangkauan nalar. Orang yang tidak punya ilmu cenderung akan melihat dunia adalah fakta nyata. Kebahagiaan, keindahan, dan kemewahan dunia bisa langsung dinikmati. Orang tidak berilmu cenderung mengabaikan nasihat dan ancaman dari Al-Qur'an dan hadis.
Orang yang berilmu akan merenungkan hadis Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam :
"Demi Allâh! Tidaklah dunia dibandingkan akhirat melainkan seperti salah seorang dari kalian mencelupkan jarinya ke laut, -(perawi hadis ini yaitu) Yahya memberikan isyarat dengan jari telunjuknya- lalu hendaklah dia melihat apa yang dibawa jarinya itu?
[HR. Muslim dan Ibnu Hibbân)
Masih banyak gambaran kehidupan dunia yang begitu gamblang dari Qur'an dan hadis. Lalu akankah kita membiarkan kita terus terlena dan tertipu dengan kehidupan dunia? Relakah kita menukar kehidupan akhirat yang kekal dengan kehidupan dunia yang akan segera sirna?
Dunia adalah bunga yang dipetik kemudian layu. Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman :
"Dan janganlah engkau tujukan pandangan matamu kepada kenikmatan yang telah Kami berikan kepada beberapa golongan dari mereka, (sebagai) bunga kehidupan dunia, agar Kami uji mereka dengan (kesenangan) itu. Karunia Tuhanmu lebih baik dan lebih kekal." (QS. Ta-Ha 20 : 131)
Hadis dari Imam Al-Bukhari dan Imam Muslim meriwayatkan dari shahabat Abu Sa’id Al-Khudri –radhiyallahu ‘anhu-, ujarnya, “RasulullahShallallahu’alaihi Wasallamduduk di mimbar sedangkan kami duduk di sekelilin beliau. Beliau bersabda :
“Sesungguhnya di antara yang aku khawatirkan pada diri kalian setelah peninggalanku ialah dibukakannya bunga dunia dan pernak-perniknya untuk kalian.” (HR. Bukhari Muslim)
Oleh karenanya, syariat Islam menguatkan dengan kabar gembira dan ancaman tentang dunia dan akhirat ini. Agar manusia mempertajam akalnya. Bisa membedakan kenikmatan dunia atau kenikmatan akhirat yang jadi pilihannya.
Tabiat manusia akan memilih antara kesenangan dunia atau akhirat. Bagi yang menghabiskan waktunya mencari dunia saja , maka laksana air yang terus mengalir tempat rendah.
Akhirat harus dadikan tujuan utama. Hidup kita harus penuh dengan ibadah agar selamat kelak di akhirat. Tapi jangan melupakan urusan dunia karena kita hidup di dunia.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
wabtaghi fiimaaa aataakallohud-daarol-aakhirota wa laa tangsa nashiibaka minad-dun-yaa wa ahsing kamaaa ahsanallohu ilaika wa laa tabghil-fasaada fil-ardh, innalloha laa yuhibbul-mufsidiin
"Dan carilah (pahala) negeri akhirat dengan apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu, tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang berbuat kerusakan." (QS. Al-Qasas : 77)
Wallahu A'lam
Sehingga banyak yang melupakan bahwa kesenangan dunia hanya sementara, harta yang dikumpulkan bakal ditinggal, kemewahan di dalamnya bakal hancur sedang akhirat adalah kehidupan selama-lamanya. Jika susah, maka susah selamanya. Jika bahagia, maka bahagia selamanya.
Maka dalam Kitab: Syarah Riyadhus Sholihin, Syeikh Utsaimin menulis bahwa sungguh mengherankan; jika manusia mengejar dunia. Padahal dunialah yang diciptakan untuk manusia. Bukan manusia yang diciptakan untuk dunia.
Baca Juga: urusan akhiratbagi orang yang memahami ilmu, akan dianggap di luar tabiatnya. Apalagi, akhirat adalah hal yang ghaib yang diluar jangkauan nalar. Orang yang tidak punya ilmu cenderung akan melihat dunia adalah fakta nyata. Kebahagiaan, keindahan, dan kemewahan dunia bisa langsung dinikmati. Orang tidak berilmu cenderung mengabaikan nasihat dan ancaman dari Al-Qur'an dan hadis.
Orang yang berilmu akan merenungkan hadis Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam :
"Demi Allâh! Tidaklah dunia dibandingkan akhirat melainkan seperti salah seorang dari kalian mencelupkan jarinya ke laut, -(perawi hadis ini yaitu) Yahya memberikan isyarat dengan jari telunjuknya- lalu hendaklah dia melihat apa yang dibawa jarinya itu?
[HR. Muslim dan Ibnu Hibbân)
Masih banyak gambaran kehidupan dunia yang begitu gamblang dari Qur'an dan hadis. Lalu akankah kita membiarkan kita terus terlena dan tertipu dengan kehidupan dunia? Relakah kita menukar kehidupan akhirat yang kekal dengan kehidupan dunia yang akan segera sirna?
Dunia adalah bunga yang dipetik kemudian layu. Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman :
وَلَا تَمُدَّنَّ عَيْنَيْكَ اِلٰى مَا مَتَّعْنَا بِهٖۤ اَزْوَا جًا مِّنْهُمْ زَهْرَةَ الْحَيٰوةِ الدُّنْيَا ۙ لِنَفْتِنَهُمْ فِيْهِ ۗ وَرِزْقُ رَبِّكَ خَيْرٌ وَّاَبْقٰى
"Dan janganlah engkau tujukan pandangan matamu kepada kenikmatan yang telah Kami berikan kepada beberapa golongan dari mereka, (sebagai) bunga kehidupan dunia, agar Kami uji mereka dengan (kesenangan) itu. Karunia Tuhanmu lebih baik dan lebih kekal." (QS. Ta-Ha 20 : 131)
Hadis dari Imam Al-Bukhari dan Imam Muslim meriwayatkan dari shahabat Abu Sa’id Al-Khudri –radhiyallahu ‘anhu-, ujarnya, “RasulullahShallallahu’alaihi Wasallamduduk di mimbar sedangkan kami duduk di sekelilin beliau. Beliau bersabda :
“Sesungguhnya di antara yang aku khawatirkan pada diri kalian setelah peninggalanku ialah dibukakannya bunga dunia dan pernak-perniknya untuk kalian.” (HR. Bukhari Muslim)
Oleh karenanya, syariat Islam menguatkan dengan kabar gembira dan ancaman tentang dunia dan akhirat ini. Agar manusia mempertajam akalnya. Bisa membedakan kenikmatan dunia atau kenikmatan akhirat yang jadi pilihannya.
Tabiat manusia akan memilih antara kesenangan dunia atau akhirat. Bagi yang menghabiskan waktunya mencari dunia saja , maka laksana air yang terus mengalir tempat rendah.
Akhirat harus dadikan tujuan utama. Hidup kita harus penuh dengan ibadah agar selamat kelak di akhirat. Tapi jangan melupakan urusan dunia karena kita hidup di dunia.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
وَا بْتَغِ فِيْمَاۤ اٰتٰٮكَ اللّٰهُ الدَّا رَ الْاٰ خِرَةَ وَلَا تَنْسَ نَصِيْبَكَ مِنَ الدُّنْيَا وَاَ حْسِنْ كَمَاۤ اَحْسَنَ اللّٰهُ اِلَيْكَ وَلَا تَبْغِ الْـفَسَا دَ فِى الْاَ رْضِ ۗ اِنَّ اللّٰهَ لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِيْنَ
wabtaghi fiimaaa aataakallohud-daarol-aakhirota wa laa tangsa nashiibaka minad-dun-yaa wa ahsing kamaaa ahsanallohu ilaika wa laa tabghil-fasaada fil-ardh, innalloha laa yuhibbul-mufsidiin
"Dan carilah (pahala) negeri akhirat dengan apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu, tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang berbuat kerusakan." (QS. Al-Qasas : 77)
Wallahu A'lam
(wid)