Ini Daftar Penghinaan Terhadap Nabi Muhammad SAW Sebelum Salman Rushdie
Sabtu, 29 Oktober 2022 - 08:49 WIB
Jauh sebelum Salman Rushdie dengan novelnya The Satanic Verses, Geert Wilders dengan film Fitna, lalu Kurt Westergaard dengan kartun/karikatur pelecehan Nabi Muhammad SAW , penghinaan dan prasangka jahat terhadap Islam, Nabi Muhammad SAW, dan Al-Qur'an sudah bersemi di dunia Barat.
Muhammad Husain Haekal dalam bukunya berjudul "Sejarah Hidup Muhammad" menyebut pada pertengahan abat ke-19, pandangan penulis-penulis Barat berprasangka jahat saat menguraikan tentang Nabi Muhammad SAW.
Dictionnaire Larousse, menyebut Nabi Muhammad sebagai tukang sihir yang hanyut dalam kerusakan akhlak, perampok unta, seorang kardinal yang tidak berhasil menduduki kursi Paus, lalu menciptakan agama baru untuk membalas dendam kepada kawan-kawannya.
Haekal mengatakan 'cerita Muhammad' yang disiarkan oleh Reinaud dan Francisque Michel tahun 1831 melukiskan kepada kita pandangan orang-orang yang hidup dalam Abad Pertengahan itu tentang dia.
Emile Dermenghem
Menurut Haekal, dari sekian banyak orientalis yang telah membuat analisa tentang sejarah hidup Muhammad, ada seorang di antaranya yang agak jujur. Salah satunya adalah penulis Prancis Emile Dermenghem.
Dalam bukunya berjudul La Vie de Mahomet, Emile Dermenghem sebagaimana dikutip Haekal, memperingatkan kolega-kolega yang menulis tentang agama ini dengan mengatakan:
"Sesudah pecah perang Islam-Kristen, dengan sendirinya jurang pertentangan dan salah-pengertian bertambah lebar, tambah tajam. Orang harus mengakui, bahwa orang-orang Baratlah yang memulai timbulnya pertentangan itu sampai begitu memuncak.
Sejak zaman penulis-penulis Bizantium, tanpa mau bersusah payah mengadakan studi -kecuali Jean Damasceme- telah melempari Islam dengan berbagai macam penghinaan.
Para penulis dan penyair menyerang kaum Muslimin Andalusia dengan cara yang sangat rendah. Mereka menuduh, bahwa Muhammad adalah perampok unta, orang yang hanyut dalam foya-foya, mereka menuduhnya tukang sihir, kepala bandit dan perampok, bahkan menuduhnya sebagai seorang pendeta Romawi yang marah dan dendam karena tidak dipilih menduduki kursi Paus ...
Dan yang sebagian mengiranya ia adalah tuhan palsu, yang oleh pengikut-pengikutnya dibawakan sesajen berupa kurban-kurban manusia.
Bahkan Guibert de Nogent sendiri, orang yang begitu serius masih menyebutkan, bahwa Muhammad mati karena krisis mabuk yang jelas sekali, dan bahwa tubuhnya kedapatan terdampar di atas timbunan kotoran binatang dan sudah dimakan babi. Oleh karena itu, lalu ditafsirkan, bahwa itulah sebabnya minuman keras dan daging binatang itu diharamkan.
Di samping itu, ada beberapa nyanyian yang melukiskan Muhammad sebagai berhala dari emas, dan masjid-masjid sebagai kuil-kuil kuno yang penuh dengan patung-patung dan gambar-gambar.
Pencipta "Nyanyian Antakia" (Chanson d'Antioche) membawa cerita tentang adanya orang yang pernah melihat berhala "Mahom" terbuat dari emas dan perak murni dan dia duduk di atas seekor gajah di tempat yang terbuat dari lukisan mosaik.
Sedang "Nyanyian Roland" (Chanson de Roland) melukiskan pahlawan-pahlawan Charlemagne menghancurkan berhala-berhala Islam, dan mengira bahwa kaum Muslimin di Andalusia itu menyembah trinitas terdiri dari Tervagant, Mahom dan Apollo.
Dan "Cerita Muhammad" (Le Roman de Mahomet) itu menganggap, bahwa Islam membenarkan wanita melakukan poliandri.
Cara berpikir yang penuh dengan kedengkian dan penuh legenda itu tetap menguasai kehidupan mereka. Sejak zaman Rudolph de Ludheim, sampai saat kita sekarang ini, masih ada saja orang-orang semacam Nicolas de Cuse, Vives, Maracci, Hottinger, Bibliander, Prideaux dan yang lain.
Muhammad Husain Haekal dalam bukunya berjudul "Sejarah Hidup Muhammad" menyebut pada pertengahan abat ke-19, pandangan penulis-penulis Barat berprasangka jahat saat menguraikan tentang Nabi Muhammad SAW.
Dictionnaire Larousse, menyebut Nabi Muhammad sebagai tukang sihir yang hanyut dalam kerusakan akhlak, perampok unta, seorang kardinal yang tidak berhasil menduduki kursi Paus, lalu menciptakan agama baru untuk membalas dendam kepada kawan-kawannya.
Haekal mengatakan 'cerita Muhammad' yang disiarkan oleh Reinaud dan Francisque Michel tahun 1831 melukiskan kepada kita pandangan orang-orang yang hidup dalam Abad Pertengahan itu tentang dia.
Emile Dermenghem
Menurut Haekal, dari sekian banyak orientalis yang telah membuat analisa tentang sejarah hidup Muhammad, ada seorang di antaranya yang agak jujur. Salah satunya adalah penulis Prancis Emile Dermenghem.
Dalam bukunya berjudul La Vie de Mahomet, Emile Dermenghem sebagaimana dikutip Haekal, memperingatkan kolega-kolega yang menulis tentang agama ini dengan mengatakan:
"Sesudah pecah perang Islam-Kristen, dengan sendirinya jurang pertentangan dan salah-pengertian bertambah lebar, tambah tajam. Orang harus mengakui, bahwa orang-orang Baratlah yang memulai timbulnya pertentangan itu sampai begitu memuncak.
Sejak zaman penulis-penulis Bizantium, tanpa mau bersusah payah mengadakan studi -kecuali Jean Damasceme- telah melempari Islam dengan berbagai macam penghinaan.
Para penulis dan penyair menyerang kaum Muslimin Andalusia dengan cara yang sangat rendah. Mereka menuduh, bahwa Muhammad adalah perampok unta, orang yang hanyut dalam foya-foya, mereka menuduhnya tukang sihir, kepala bandit dan perampok, bahkan menuduhnya sebagai seorang pendeta Romawi yang marah dan dendam karena tidak dipilih menduduki kursi Paus ...
Dan yang sebagian mengiranya ia adalah tuhan palsu, yang oleh pengikut-pengikutnya dibawakan sesajen berupa kurban-kurban manusia.
Bahkan Guibert de Nogent sendiri, orang yang begitu serius masih menyebutkan, bahwa Muhammad mati karena krisis mabuk yang jelas sekali, dan bahwa tubuhnya kedapatan terdampar di atas timbunan kotoran binatang dan sudah dimakan babi. Oleh karena itu, lalu ditafsirkan, bahwa itulah sebabnya minuman keras dan daging binatang itu diharamkan.
Di samping itu, ada beberapa nyanyian yang melukiskan Muhammad sebagai berhala dari emas, dan masjid-masjid sebagai kuil-kuil kuno yang penuh dengan patung-patung dan gambar-gambar.
Pencipta "Nyanyian Antakia" (Chanson d'Antioche) membawa cerita tentang adanya orang yang pernah melihat berhala "Mahom" terbuat dari emas dan perak murni dan dia duduk di atas seekor gajah di tempat yang terbuat dari lukisan mosaik.
Sedang "Nyanyian Roland" (Chanson de Roland) melukiskan pahlawan-pahlawan Charlemagne menghancurkan berhala-berhala Islam, dan mengira bahwa kaum Muslimin di Andalusia itu menyembah trinitas terdiri dari Tervagant, Mahom dan Apollo.
Dan "Cerita Muhammad" (Le Roman de Mahomet) itu menganggap, bahwa Islam membenarkan wanita melakukan poliandri.
Cara berpikir yang penuh dengan kedengkian dan penuh legenda itu tetap menguasai kehidupan mereka. Sejak zaman Rudolph de Ludheim, sampai saat kita sekarang ini, masih ada saja orang-orang semacam Nicolas de Cuse, Vives, Maracci, Hottinger, Bibliander, Prideaux dan yang lain.