Asal Usul Hajar Aswad dan Keutamaan Menciumnya
Sabtu, 12 November 2022 - 21:42 WIB
Asal Usul Hajar Aswad
Hajar Aswad menduduki tempat paling mulia di muka bumi ini. Terletak di pojok Ka'bah bagian Tenggara Ka'bah. Sudut ini dibangun pertama kali oleh Nabi Ibrahim bersama putranya Ismail 'alaihimussalam.
Dari Ibnu Abbas, ia berkata Rasulullah SAW bersabda, Hajar Aswad turun dari surga, berwarna sangat putih daripada susu, lalu berwarna hitam akibat dosa manusia. (Sunan Tirmidzi 308)
Asal usul Hajar Aswad disebutkan dalam Kitab Hasyiyah Al-Bujairomi 'alal Khotib karya Syakh Sulaiman bin Muhammad bin Umar al-Bujairimi Al-Syafii (Imam Bujairimi) wafat 1221 Hijriyah.
جَاءَ أَنَّ آدَمَ نَزَلَ مِنْ الْجَنَّةِ وَمَعَهُ الْحَجَرُ الْأَسْوَدُ مُتَأَبِّطُهُ أَيْ تَحْتَ إبْطِهِ، وَهُوَ يَاقُوتَةٌ مِنْ يَوَاقِيتِ الْجَنَّةِ؛ وَلَوْلَا أَنَّ اللَّهَ تَعَالَى طَمَسَ ضَوْأَهُ مَا اسْتَطَاعَ أَحَدٌ أَنْ يَنْظُرَ إلَيْهِ
Telah datang suatu riwayat, bahwa Nabi Adam 'alaihis salam turun dari Surga, dan bersama beliau Hajar Aswad yang beliau "kempit" di bawah ketiak beliau. Hajar Aswad merupakan batu permata Surga. Andai saja Allah Ta'ala tidak memadamkan sinarnya, niscaya tak ada satu pun (mata) yang mampu memandangnya.
وَرُوِيَ عَنْ وَهْبِ بْنِ مُنَبَّهٍ: أَنَّ آدَمَ لَمَّا أَمَرَهُ اللَّهُ تَعَالَى بِالْخُرُوجِ مِنْ الْجَنَّةِ أَخَذَ جَوْهَرَةً مِنْ الْجَنَّةِ الَّتِي هِيَ الْحَجَرُ الْأَسْوَدُ مَسَحَ بِهَا دُمُوعَهُ، فَلَمَّا نَزَلَ إلَى الْأَرْضِ لَمْ يَزَلْ يَبْكِي وَيَسْتَغْفِرُ اللَّهَ وَيَمْسَحُ دُمُوعَهُ بِتِلْكَ الْجَوْهَرَةِ حَتَّى اسْوَدَّتْ دُمُوعُهُ، ثُمَّ لَمَّا بَنَى الْبَيْتَ أَمَرَهُ جِبْرِيلُ أَنْ يَجْعَلَ تِلْكَ الْجَوْهَرَةَ فِي الرُّكْنِ فَفَعَلَ.
Diriwayatkan dari Wahb bin Munabbih, bahwa Nabi Adam ketika diperintahkan oleh Allah untuk turun dari Surga, beliau mengambil batu permata yang beliau pergunakan untuk menyeka air matanya. Ketika sampai di bumi, beliau tak henti-hentinya menangis dan memohon ampun kepada Allah sambil menyeka air matanya dengan batu permata itu. Hingga air mata itu menjadi hitam.
Kemudian ketika beliau membangun Ka'bah, Malaikat Jibril memerintahkan kepada beliau agar meletakkan batu permata itu di satu sudut Ka'bah. Nabi Adam pun melaksanakn perintah itu.
Hajar Aswad sebesar itu dikempit oleh Nabi Adam tentu bukan hal yang aneh. Sebab tubuh Nabi Adam berukuran tinggi besar. Dalam riwayat tingginya 60 Dzira', sekira ukuran pohon kelapa.
Peletakan Hajar Aswad oleh Rasulullah SAW
Ketika Nabi Muhammad SAW berusia 30 tahun (belum diangkat menjadi Rasul), bangunan Kakbah direnovasi akibat banjir melanda Kota Mekkah saat itu. Ketika sampai pada peletakan Hajar Aswad, kabilah Suku Quraisy berselisih, siapa yang akan menaruhnya. Perselisihan ini nyaris menimbulkan pertumpahan darah.
Akhirnya disepakatilah penyelesaiannya dengan menunjuk seorang pengadil yang memutuskan. Pilihan itu ternyata jatuh kepada Nabi Muhammad yang terpercaya.
Dengan bijak beliau berkata pada pimpinan kabilah suku. "Berikan padaku sebuah kain". Lalu didatangkanlah kain kepadanya, kemudian beliau mengambil Hajar Aswad dan menaruhnya dalam kain itu dengan tangannya. Lalu beliau berkata: "Hendaklah setiap kabilah memegang sisi-sisi kain ini, kemudian angkatlah bersama-sama!".
Mereka semua pun melakukannya dan ketika telah sampai di tempatnya, Rasulullah menaruhnya sendiri dengan tangannya
dan meletakkannya di tempatnya semula. Inilah kebijaksanaan Nabi Muhammad yang diridhai semua pihak.
Hajar Aswad sendiri diletakkan di atas ketinggian 1,50 meter dari permukaan pelataran thawaf. Adapun panjang sisi yang berada di bagian pintu dan bagian yang searah dengannya adalah 12 meter. Sedangkan tinggi pintunya adalah 2 meter di atas permukaan bumi.
Demikian keutamaan mencium Hajar Aswad dan asal usulnya. Semoga kita termasuk -orang-orang yang dapat mencium dan mengusap Hajar Aswad dengan haq.
Wallahu A'lam
Hajar Aswad menduduki tempat paling mulia di muka bumi ini. Terletak di pojok Ka'bah bagian Tenggara Ka'bah. Sudut ini dibangun pertama kali oleh Nabi Ibrahim bersama putranya Ismail 'alaihimussalam.
Dari Ibnu Abbas, ia berkata Rasulullah SAW bersabda, Hajar Aswad turun dari surga, berwarna sangat putih daripada susu, lalu berwarna hitam akibat dosa manusia. (Sunan Tirmidzi 308)
Asal usul Hajar Aswad disebutkan dalam Kitab Hasyiyah Al-Bujairomi 'alal Khotib karya Syakh Sulaiman bin Muhammad bin Umar al-Bujairimi Al-Syafii (Imam Bujairimi) wafat 1221 Hijriyah.
جَاءَ أَنَّ آدَمَ نَزَلَ مِنْ الْجَنَّةِ وَمَعَهُ الْحَجَرُ الْأَسْوَدُ مُتَأَبِّطُهُ أَيْ تَحْتَ إبْطِهِ، وَهُوَ يَاقُوتَةٌ مِنْ يَوَاقِيتِ الْجَنَّةِ؛ وَلَوْلَا أَنَّ اللَّهَ تَعَالَى طَمَسَ ضَوْأَهُ مَا اسْتَطَاعَ أَحَدٌ أَنْ يَنْظُرَ إلَيْهِ
Telah datang suatu riwayat, bahwa Nabi Adam 'alaihis salam turun dari Surga, dan bersama beliau Hajar Aswad yang beliau "kempit" di bawah ketiak beliau. Hajar Aswad merupakan batu permata Surga. Andai saja Allah Ta'ala tidak memadamkan sinarnya, niscaya tak ada satu pun (mata) yang mampu memandangnya.
وَرُوِيَ عَنْ وَهْبِ بْنِ مُنَبَّهٍ: أَنَّ آدَمَ لَمَّا أَمَرَهُ اللَّهُ تَعَالَى بِالْخُرُوجِ مِنْ الْجَنَّةِ أَخَذَ جَوْهَرَةً مِنْ الْجَنَّةِ الَّتِي هِيَ الْحَجَرُ الْأَسْوَدُ مَسَحَ بِهَا دُمُوعَهُ، فَلَمَّا نَزَلَ إلَى الْأَرْضِ لَمْ يَزَلْ يَبْكِي وَيَسْتَغْفِرُ اللَّهَ وَيَمْسَحُ دُمُوعَهُ بِتِلْكَ الْجَوْهَرَةِ حَتَّى اسْوَدَّتْ دُمُوعُهُ، ثُمَّ لَمَّا بَنَى الْبَيْتَ أَمَرَهُ جِبْرِيلُ أَنْ يَجْعَلَ تِلْكَ الْجَوْهَرَةَ فِي الرُّكْنِ فَفَعَلَ.
Diriwayatkan dari Wahb bin Munabbih, bahwa Nabi Adam ketika diperintahkan oleh Allah untuk turun dari Surga, beliau mengambil batu permata yang beliau pergunakan untuk menyeka air matanya. Ketika sampai di bumi, beliau tak henti-hentinya menangis dan memohon ampun kepada Allah sambil menyeka air matanya dengan batu permata itu. Hingga air mata itu menjadi hitam.
Kemudian ketika beliau membangun Ka'bah, Malaikat Jibril memerintahkan kepada beliau agar meletakkan batu permata itu di satu sudut Ka'bah. Nabi Adam pun melaksanakn perintah itu.
Hajar Aswad sebesar itu dikempit oleh Nabi Adam tentu bukan hal yang aneh. Sebab tubuh Nabi Adam berukuran tinggi besar. Dalam riwayat tingginya 60 Dzira', sekira ukuran pohon kelapa.
Peletakan Hajar Aswad oleh Rasulullah SAW
Ketika Nabi Muhammad SAW berusia 30 tahun (belum diangkat menjadi Rasul), bangunan Kakbah direnovasi akibat banjir melanda Kota Mekkah saat itu. Ketika sampai pada peletakan Hajar Aswad, kabilah Suku Quraisy berselisih, siapa yang akan menaruhnya. Perselisihan ini nyaris menimbulkan pertumpahan darah.
Akhirnya disepakatilah penyelesaiannya dengan menunjuk seorang pengadil yang memutuskan. Pilihan itu ternyata jatuh kepada Nabi Muhammad yang terpercaya.
Dengan bijak beliau berkata pada pimpinan kabilah suku. "Berikan padaku sebuah kain". Lalu didatangkanlah kain kepadanya, kemudian beliau mengambil Hajar Aswad dan menaruhnya dalam kain itu dengan tangannya. Lalu beliau berkata: "Hendaklah setiap kabilah memegang sisi-sisi kain ini, kemudian angkatlah bersama-sama!".
Mereka semua pun melakukannya dan ketika telah sampai di tempatnya, Rasulullah menaruhnya sendiri dengan tangannya
dan meletakkannya di tempatnya semula. Inilah kebijaksanaan Nabi Muhammad yang diridhai semua pihak.
Hajar Aswad sendiri diletakkan di atas ketinggian 1,50 meter dari permukaan pelataran thawaf. Adapun panjang sisi yang berada di bagian pintu dan bagian yang searah dengannya adalah 12 meter. Sedangkan tinggi pintunya adalah 2 meter di atas permukaan bumi.
Demikian keutamaan mencium Hajar Aswad dan asal usulnya. Semoga kita termasuk -orang-orang yang dapat mencium dan mengusap Hajar Aswad dengan haq.
Wallahu A'lam