Pra-Islam: Kisah Quraisy Menjadi Suku yang Mendominasi Kehidupan Masyarakat Arab
loading...
A
A
A
Di kalangan bangsa Arab penetap sudah ada pemerintahan. Pusatnya di Kota Makkah . Suku-suku yang pernah memerintah di Makkah antara lain suku Amaliqah, suku Bani Jurhum, Suku Bani Khuza’ah dan suku Quraisy .
Dr Syamruddin Nasution, M.Ag. dalam bukunya berjudul "Sejarah Peradaban Islam" (Yayasan Pusaka Riau, 2013) mengatakan Suku Amaliqah berkuasa di Makkah sebelum Nabi Ismail datang ke situ. Mereka dikalahkan dan diusir oleh suku Jurhum dari Makkah. "Ketika suku Jurhum berkuasa Nabi Ismail datang ke Makkah," jelasnya.
Pernikahan Nabi Ismail dengan salah satu anak gadis suku Jurhum menurunkan keturunan Adnan. Kalaitu, urusan pemerintahan kemudian dibagi dua. Masalah-masalah politik dan perang dipegang orang-orang Jurhum, sedangkan masalah keagamaan dan kepengurusan Kakbah diserahkan kepada keluarga Nabi Ismail.
Pada saat Banu Jurhum berkuasa di Makkah, banu Khuza’ah datang ke Makkah dari Saba’ Arabia selatan. Kala itu, Banu Jurhum yang tenggelam dalam kenikmatan hidup dimanfaatkan suku Khuza’ah untuk merebut kekuasaan dari tangan banu Jurhum.
Akibatnya Banu Jurhum terusir dan meninggalkan Makkah bersama-sama dengan anak-anak Nabi Ismail. Kekuasaan berpindah dari tangan Banu Jurhum ke tangan banu Khuza’ah, terjadi kira-kira tahun 207 SM.
Sebelum Banu Jurhum meninggalkan Makkah terlebih dahulu mereka memasukkan pusaka-pusaka kraton ke dalam sumur Zamzam dan ditimbun dengan tanah dan kelak sumur Zamzam ini baru dapat digali kembali di kemudian hari pada masa pemerintahan Abdul Muthalib (kakek Nabi Muhammad SAW)
Kekuasaan politik kemudian dapat direbut dan berpindah kembali ke suku Jurhum keturunan Adnan di bawah pimpinan Qushai.
Sejak Qushai memegang tampuk pemerintahan beliau menata kembali kehidupan di Makkah baik dalam bangunan fisik maupun mengatur kehidupan masyarakat, termasuk bangunan Kakbah yang sudah tua diperbaharuinya. Di samping Kakbah dibangun “Darun Nadwah” untuk tempat permusyawaratan dan penyelenggaraan pemerintahan.
Suku keturunan Adnan inilah yang kemudian mengatur urusan-urusan politik dan urusan-urusan yang berhubungan dengan Kakbah.
Semenjak itu, suku Quraisy menjadi suku yang mendominasi kehidupan masyarakat Arab. Ada sepuluh jabatan tinggi yang dibagi-bagikan kepada kabilah-kabilah asal suku Quraisy ini.
Di antaranya adalah (1) Hijabah, penjaga kunci-kunci kakbah, (2) Siqayah, pengawas mata air Zamzam untuk dipergunakan oleh para penziarah, (3) Diyat, kekuasaan hakim sipil dan kriminal, (4) Sifarah, pengurus pajak untuk orang miskin, (5) Nadwah, jabatan ketua dewan, (6) Khaimunah, pengurus balai musyawarah, (7) Khazinah, jabatan adminstrasi keuangan, dan (8) Azlam, penjaga panah peramal untuk mengetahui pendapat dewa-dewa.
Dalam pada itu sudah menjadi kebiasaan bahwa anggota yang tertua mempunyai pengaruh paling besar dan memakai gelar Rais.
Suku Quraisy berkuasa di Makkah sampai datang agama Islam. Urusan pemerintahan dipegang anak Qushai berganti-ganti. Qushai digantikan anaknya Abdi Manaf bin Qushai.
Akan tetapi Abdi Manaf tidak secakap ayahnya. Hasyim bin Abdi Manaf menggantikan ayahnya memerintah di Makkah. Dia adalah seorang negarawan yang cakap. Dia melakukan usaha-usaha memperkembangkan ekonomi dalam pemerintahan Quraisy di Makkah.
Beliau wafat tahun 510 M. dan digantikan oleh saudaranya Al-Muthalib. Al-Muthalib berusaha mencari anak Hasyim yang tinggal di Yatsrib untuk dipersiapkan menduduki jabatan kepala pemerintahan Quraisy di Makkah.
Al-Muthalib wafat ada tahun 520 M dan kedudukannya digantikan oleh Abdul Muthalib bin Hasyim , namun tidak disetujui oleh Naufal saudara al-Muthalib. Abdul Muthalib terpaksa mencari bantuan ke Yatsrib sebanyak 80 orang pemuda untuk mendukung pemerintahannya.
Dr Syamruddin Nasution, M.Ag. dalam bukunya berjudul "Sejarah Peradaban Islam" (Yayasan Pusaka Riau, 2013) mengatakan Suku Amaliqah berkuasa di Makkah sebelum Nabi Ismail datang ke situ. Mereka dikalahkan dan diusir oleh suku Jurhum dari Makkah. "Ketika suku Jurhum berkuasa Nabi Ismail datang ke Makkah," jelasnya.
Pernikahan Nabi Ismail dengan salah satu anak gadis suku Jurhum menurunkan keturunan Adnan. Kalaitu, urusan pemerintahan kemudian dibagi dua. Masalah-masalah politik dan perang dipegang orang-orang Jurhum, sedangkan masalah keagamaan dan kepengurusan Kakbah diserahkan kepada keluarga Nabi Ismail.
Pada saat Banu Jurhum berkuasa di Makkah, banu Khuza’ah datang ke Makkah dari Saba’ Arabia selatan. Kala itu, Banu Jurhum yang tenggelam dalam kenikmatan hidup dimanfaatkan suku Khuza’ah untuk merebut kekuasaan dari tangan banu Jurhum.
Akibatnya Banu Jurhum terusir dan meninggalkan Makkah bersama-sama dengan anak-anak Nabi Ismail. Kekuasaan berpindah dari tangan Banu Jurhum ke tangan banu Khuza’ah, terjadi kira-kira tahun 207 SM.
Sebelum Banu Jurhum meninggalkan Makkah terlebih dahulu mereka memasukkan pusaka-pusaka kraton ke dalam sumur Zamzam dan ditimbun dengan tanah dan kelak sumur Zamzam ini baru dapat digali kembali di kemudian hari pada masa pemerintahan Abdul Muthalib (kakek Nabi Muhammad SAW)
Kekuasaan politik kemudian dapat direbut dan berpindah kembali ke suku Jurhum keturunan Adnan di bawah pimpinan Qushai.
Sejak Qushai memegang tampuk pemerintahan beliau menata kembali kehidupan di Makkah baik dalam bangunan fisik maupun mengatur kehidupan masyarakat, termasuk bangunan Kakbah yang sudah tua diperbaharuinya. Di samping Kakbah dibangun “Darun Nadwah” untuk tempat permusyawaratan dan penyelenggaraan pemerintahan.
Suku keturunan Adnan inilah yang kemudian mengatur urusan-urusan politik dan urusan-urusan yang berhubungan dengan Kakbah.
Semenjak itu, suku Quraisy menjadi suku yang mendominasi kehidupan masyarakat Arab. Ada sepuluh jabatan tinggi yang dibagi-bagikan kepada kabilah-kabilah asal suku Quraisy ini.
Di antaranya adalah (1) Hijabah, penjaga kunci-kunci kakbah, (2) Siqayah, pengawas mata air Zamzam untuk dipergunakan oleh para penziarah, (3) Diyat, kekuasaan hakim sipil dan kriminal, (4) Sifarah, pengurus pajak untuk orang miskin, (5) Nadwah, jabatan ketua dewan, (6) Khaimunah, pengurus balai musyawarah, (7) Khazinah, jabatan adminstrasi keuangan, dan (8) Azlam, penjaga panah peramal untuk mengetahui pendapat dewa-dewa.
Dalam pada itu sudah menjadi kebiasaan bahwa anggota yang tertua mempunyai pengaruh paling besar dan memakai gelar Rais.
Suku Quraisy berkuasa di Makkah sampai datang agama Islam. Urusan pemerintahan dipegang anak Qushai berganti-ganti. Qushai digantikan anaknya Abdi Manaf bin Qushai.
Akan tetapi Abdi Manaf tidak secakap ayahnya. Hasyim bin Abdi Manaf menggantikan ayahnya memerintah di Makkah. Dia adalah seorang negarawan yang cakap. Dia melakukan usaha-usaha memperkembangkan ekonomi dalam pemerintahan Quraisy di Makkah.
Beliau wafat tahun 510 M. dan digantikan oleh saudaranya Al-Muthalib. Al-Muthalib berusaha mencari anak Hasyim yang tinggal di Yatsrib untuk dipersiapkan menduduki jabatan kepala pemerintahan Quraisy di Makkah.
Al-Muthalib wafat ada tahun 520 M dan kedudukannya digantikan oleh Abdul Muthalib bin Hasyim , namun tidak disetujui oleh Naufal saudara al-Muthalib. Abdul Muthalib terpaksa mencari bantuan ke Yatsrib sebanyak 80 orang pemuda untuk mendukung pemerintahannya.
(mhy)