Inilah Sumber Keburukan Manusia yang Membuat Setan Bergembira
Selasa, 29 November 2022 - 09:56 WIB
Dari Mujahid dan Adh-Dhahhak keduanya berkata,"Bukanlah suatu kebodohan bahwa seseorang itu tidak mengetahui yang halal dan yang haram, akan tetapi kebodohan itu ketika melakukan apa yang diharamkan." Ikrimah berkata,"Dunia semuanya adalah kebodohan,"
Dari Hasan Basri, bahwa ia ditanya tentang kebodohan , Maka ia menjawab,"Mereka adalah kaum yang tidak mengetahui hak mereka dari kewaajiban mereka." :Lalu dikatakan kepadanya,"Bagaimana pendapat Anda jika mereka telah mengetahuinya?' Ia menjawab,"Hendaknya mereke keluar darinya."
Kebodohan akan membawa kepada malapetaka. Orang bodoh itu bukan berarti mereka yang tidak bersekolah atau berpendidikan. Namun lebih kepada sikap yang mengabaikan pada kebenaran, mengumbar hawa nafsu, dan berangan-angan tanpa berusaha keras. Mereka tidak mempersiapkan masa depan pascakehidupan dunia dengan baik.
Boleh jadi pendidikannya hanya sekolah dasar, tetapi penuh dengan kebaikan dan kemuliaan. Atau bahkan tidak mengenyam bangku sekolah, tetapi mampu menebar manfaat , menjaga ibadah, dan mau belajar agama tiada henti. Mereka yang selalu mengingat kematian, mempersiapkan bekal sebaik mungkin dan terus menebar kebaikan.
Sementara itu, tetap saja akan dinilai sebagai orang bodoh walau mungkin saja gelarnya profesor, bilamana kesehariannya penuh dengan keangkuhan, lalai akan kebaikan dan tertutup hatinya dari kebenaran. Jabatannya boleh jadi presiden, gubernur, menteri, bupati, wali kota, rektor, atau apa pun itu, tetapi akan tetap dinilai bodoh, bila jauh dari rasa peduli, terus berusaha mempertahankan jabatan dengan segala cara, abai kepada hak-hak bawahan, lalai dari beribadah, sombong dan riya ketika berbuat kebaikan, serta membuat kebijakan yang jauh dari rasa keadilan.
Ketika ketidakadilan dipertontonkan, keburukan hanya tinggal menunggu waktu untuk betebaran. Kezaliman akan melahirkan perlawanan, kebencian, kerusuhan, bahkan peperangan. Bersikap adillah kepada diri sendiri, keluarga, bawahan yang dipimpin, teman seperjuangan, juga siapa pun yang berinteraksi dengan kita.
Bila merasa telah berbuat tidak adil, segeralah bertaubat kepada Allah Ta'ala dan meminta maaf kepada mereka yang dizalimi. Karena itu, masih ada saat untuk berbenah, memperbaiki diri, dan berusaha agar terhindar dari keburukan yang tidak hanya merugikan di dunia ini, tetapi lebih jauh lagi di akhirat nanti.
Sebagaimana firman Allah Ta'ala :
"Sesungguhnya taubat di sisi Allah, hanyalah taubat orang-orang yang berbuat keburukan karena kebodohan, kemudian mereka bertaubat dengan segera, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui dan Mahabijaksana." (QS Annisa: 17).
dan firman Allah Ta'ala :
"Apabila orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami itu datang kepadamu, maka katakanlah: "Salaamun alaikum. Tuhanmu telah menetapkan atas diri-Nya kasih sayang, (yaitu) bahwasanya barang siapa yang berbuat kejahatan di antara kamu lantaran kejahilan, kemudian ia bertaubat setelah mengerjakannya dan mengadakan perbaikan, maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS Al-An'am : 54)
Wallahu A'lam
Dari Hasan Basri, bahwa ia ditanya tentang kebodohan , Maka ia menjawab,"Mereka adalah kaum yang tidak mengetahui hak mereka dari kewaajiban mereka." :Lalu dikatakan kepadanya,"Bagaimana pendapat Anda jika mereka telah mengetahuinya?' Ia menjawab,"Hendaknya mereke keluar darinya."
Kebodohan akan membawa kepada malapetaka. Orang bodoh itu bukan berarti mereka yang tidak bersekolah atau berpendidikan. Namun lebih kepada sikap yang mengabaikan pada kebenaran, mengumbar hawa nafsu, dan berangan-angan tanpa berusaha keras. Mereka tidak mempersiapkan masa depan pascakehidupan dunia dengan baik.
Boleh jadi pendidikannya hanya sekolah dasar, tetapi penuh dengan kebaikan dan kemuliaan. Atau bahkan tidak mengenyam bangku sekolah, tetapi mampu menebar manfaat , menjaga ibadah, dan mau belajar agama tiada henti. Mereka yang selalu mengingat kematian, mempersiapkan bekal sebaik mungkin dan terus menebar kebaikan.
Sementara itu, tetap saja akan dinilai sebagai orang bodoh walau mungkin saja gelarnya profesor, bilamana kesehariannya penuh dengan keangkuhan, lalai akan kebaikan dan tertutup hatinya dari kebenaran. Jabatannya boleh jadi presiden, gubernur, menteri, bupati, wali kota, rektor, atau apa pun itu, tetapi akan tetap dinilai bodoh, bila jauh dari rasa peduli, terus berusaha mempertahankan jabatan dengan segala cara, abai kepada hak-hak bawahan, lalai dari beribadah, sombong dan riya ketika berbuat kebaikan, serta membuat kebijakan yang jauh dari rasa keadilan.
Ketika ketidakadilan dipertontonkan, keburukan hanya tinggal menunggu waktu untuk betebaran. Kezaliman akan melahirkan perlawanan, kebencian, kerusuhan, bahkan peperangan. Bersikap adillah kepada diri sendiri, keluarga, bawahan yang dipimpin, teman seperjuangan, juga siapa pun yang berinteraksi dengan kita.
Bila merasa telah berbuat tidak adil, segeralah bertaubat kepada Allah Ta'ala dan meminta maaf kepada mereka yang dizalimi. Karena itu, masih ada saat untuk berbenah, memperbaiki diri, dan berusaha agar terhindar dari keburukan yang tidak hanya merugikan di dunia ini, tetapi lebih jauh lagi di akhirat nanti.
Sebagaimana firman Allah Ta'ala :
إِنَّمَا ٱلتَّوْبَةُ عَلَى ٱللَّهِ لِلَّذِينَ يَعْمَلُونَ ٱلسُّوٓءَ بِجَهَٰلَةٍ ثُمَّ يَتُوبُونَ مِن قَرِيبٍ فَأُو۟لَٰٓئِكَ يَتُوبُ ٱللَّهُ عَلَيْهِمْ ۗ وَكَانَ ٱللَّهُ عَلِيمًا حَكِيمًا
"Sesungguhnya taubat di sisi Allah, hanyalah taubat orang-orang yang berbuat keburukan karena kebodohan, kemudian mereka bertaubat dengan segera, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui dan Mahabijaksana." (QS Annisa: 17).
dan firman Allah Ta'ala :
وَإِذَا جَآءَكَ ٱلَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِـَٔايَٰتِنَا فَقُلْ سَلَٰمٌ عَلَيْكُمْ ۖ كَتَبَ رَبُّكُمْ عَلَىٰ نَفْسِهِ ٱلرَّحْمَةَ ۖ أَنَّهُۥ مَنْ عَمِلَ مِنكُمْ سُوٓءًۢا بِجَهَٰلَةٍ ثُمَّ تَابَ مِنۢ بَعْدِهِۦ وَأَصْلَحَ فَأَنَّهُۥ غَفُورٌ رَّحِيمٌ
"Apabila orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami itu datang kepadamu, maka katakanlah: "Salaamun alaikum. Tuhanmu telah menetapkan atas diri-Nya kasih sayang, (yaitu) bahwasanya barang siapa yang berbuat kejahatan di antara kamu lantaran kejahilan, kemudian ia bertaubat setelah mengerjakannya dan mengadakan perbaikan, maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS Al-An'am : 54)
Wallahu A'lam
(wid)