Sejarah Perang Uhud dan Pelajaran Berharga untuk Umat Muslim
Jum'at, 16 Desember 2022 - 05:10 WIB
Sejarah Perang Uhud merupakan pertempuran paling menyakitkan bagi pasukan muslim dan membuat Nabi Muhammad SAW menangis. Selain menderita kekalahan, sebanyak 70 sahabat mulia gugur sebagai syahid.
Pada Perang Uhud ini, paman yang sangat dicintai Nabi Muhammad SAW, Hamzah bin Abdul Muthalib radhiyallahu 'anhu gugur. Rasulullah SAW sendiri nyaris menjadi sasaran pedang pasukan kafir Quraisy. Beliau ikut terluka, gigi gerahamnya tanggal.
Latar Belakang
Perang Uhud adalah pertempuran besar antara kaum muslimin dan kaum kafir Quraisy pada Tahun 625 M (Syawal Tahun ke-3 Hijriyah). Perang ini merupakan aksi balas dendam kaum kafir Quraisy yang kalah saat Perang Badar Tahun ke-2 Hijriyah (Ramadhan Tahun 624 M). Kekalahan mereka dalam Perang Badar telah mematikan aktivitas perdagangan kaum kafir Quraisy. Mereka juga ingin membalas banyaknya kematian di pihak mereka saat Perang Badar.
Kronologi
Perang Uhud terjadi di dekat Bukit Uhud, sekitar 4 Mil dari Masjid Nabawi Madinah. Peran ini melibatkan 700 pasukan muslim yang dipimpin langsung oleh Rasulullah SAW. Sementara pasukan kafir Quraisy membawa 3.000 pasukan dipimpin pemuka Quraisy Abu Sufyan lengkap dengan baju zirah dan kudanya.
Pasukan musyrikin berkumpul di Ash-Shamghah, perkampungan dekat Kota Madinah. Mereka melepaskan unta dan kuda untuk memakan rumput di ladang kaum Anshar itu. Setelah itu, perjalanan mereka dilanjutkan ke Al-Aqiq dan kemudian singgah di dekat Bukit Uhud.
Jumlah Pasukan
Pasukan muslimin berjumlah 700 orang, di antaranya pasukan infanteri 650 orang dan pasukan kavaleri 50 orang. Sedangkan pasukan kafir Quraisy berjumlah sangat banyak 3.000 orang. Para istri pemuka Quraisy ikut serta dalam pasukan ini. Sebanyak 2.900 orang berasal dari suku Quraisy dan sekutunya. Sedangkan 100 orang dari Bani Tsaqif. Sebanyak 700 orang memakai baju besi. Mereka membawa 200 ekor kuda dan 3.000 ekor unta. Pemimpinnya adalah Abu Sufyan bin Harb.
Pasukan Muslim Kalah
Ketika mendapat kabar kedatangan pasukan musyrikin Quraisy, Nabi Muhammad SAW mengadakan pertemuan pada bulan Syawal 3 Hijriyah. Beliau menginstruksikan para pasukan muslim untuk tetap berada di Madinah dan membiarkan pasukan Abu Sufyan menyerbu Madinah. Madinah dalam keadaan siaga satu, tak seorang pun lepas dari senjatanya.
Ketika pasukan musyrikin melanjutkan perjalanan hingga mendekati Madinah. Mereka melewati Wadi Al-Aqiq, lalu membelok ke arah kanan hingga tiba di dekat Bukit Uhud, tepatnya di lokasi yang disebut Ainainy sebelah utara Madinah. Pasukan musyrikin Quraisy mengambil tempat di sana pada Jumat, 6 Syawal 3 Hijriyah.
Ketika pasukan muslim pimpinan Nabi Muhammad SAW tiba di Bukit Uhud, beliau mengatur formasi. Sebanyak 50 orang pemanah ditempatkan di puncak bukit, Abdullah bin Jubair ditunjuk sebagai pemimpinnya. Sedangkan yang lain bersiaga di antara bukit untuk melawan musuh.
Awalnya pertempuran didominasi oleh pasukan muslim. Namun keadaan berbalik ketika regu pemanah di bukit melihat kemenangan di depan mata. Mereka tidak sabar ingin mengambil harta rampasan lawan.
Ibnu Jubair yang memimpin pasukan pemanah sudah mengingatkan pasukan untuk mentaati pesan Nabi Muhammad. Namun, sebagian pasukan tergiur harta rampasan, mereka turun dan meninggalkan posisi mereka. Inilah yang memicu kehancuran pasukan muslim.
Ketika pasukan muslim berebut harta rampasan, pertahanan mereka tampak kosong dan membuka celah bagi pasukan Quraisy menyerang balik dari arah depan dan belakang. Akibatnya, pasukan muslim yang seharusnya dilindungi oleh regu pemanah akhirnya menjadi korban dan bulan-bulanan pasukan Quraisy.
Pelajaran Berharga
Kekalahan pasukan muslim di Perang Uhud menjadi pelajaran berharga bagi umat muslim. Kekalahan ini sangat menyakitkan dan membuat Rasulullah SAW bersedih karena sebelumnya Allah menjanjikan kemenangan. Tetapi Allah berkehendak untuk memberi pelajaran.
Penyebab kekalahan pasukan muslim pada perang ini lantaran pasukan pemanah yang ditempatkan di atas bukit meninggalkan tempatnya karena tergiur harta rampasan perang. Allah telah mengampuni mereka setelah mereka menyesali kesalahan itu. Berikut keterangan Allah dalam Al-Qur'an:
Pada Perang Uhud ini, paman yang sangat dicintai Nabi Muhammad SAW, Hamzah bin Abdul Muthalib radhiyallahu 'anhu gugur. Rasulullah SAW sendiri nyaris menjadi sasaran pedang pasukan kafir Quraisy. Beliau ikut terluka, gigi gerahamnya tanggal.
Latar Belakang
Perang Uhud adalah pertempuran besar antara kaum muslimin dan kaum kafir Quraisy pada Tahun 625 M (Syawal Tahun ke-3 Hijriyah). Perang ini merupakan aksi balas dendam kaum kafir Quraisy yang kalah saat Perang Badar Tahun ke-2 Hijriyah (Ramadhan Tahun 624 M). Kekalahan mereka dalam Perang Badar telah mematikan aktivitas perdagangan kaum kafir Quraisy. Mereka juga ingin membalas banyaknya kematian di pihak mereka saat Perang Badar.
Kronologi
Perang Uhud terjadi di dekat Bukit Uhud, sekitar 4 Mil dari Masjid Nabawi Madinah. Peran ini melibatkan 700 pasukan muslim yang dipimpin langsung oleh Rasulullah SAW. Sementara pasukan kafir Quraisy membawa 3.000 pasukan dipimpin pemuka Quraisy Abu Sufyan lengkap dengan baju zirah dan kudanya.
Pasukan musyrikin berkumpul di Ash-Shamghah, perkampungan dekat Kota Madinah. Mereka melepaskan unta dan kuda untuk memakan rumput di ladang kaum Anshar itu. Setelah itu, perjalanan mereka dilanjutkan ke Al-Aqiq dan kemudian singgah di dekat Bukit Uhud.
Jumlah Pasukan
Pasukan muslimin berjumlah 700 orang, di antaranya pasukan infanteri 650 orang dan pasukan kavaleri 50 orang. Sedangkan pasukan kafir Quraisy berjumlah sangat banyak 3.000 orang. Para istri pemuka Quraisy ikut serta dalam pasukan ini. Sebanyak 2.900 orang berasal dari suku Quraisy dan sekutunya. Sedangkan 100 orang dari Bani Tsaqif. Sebanyak 700 orang memakai baju besi. Mereka membawa 200 ekor kuda dan 3.000 ekor unta. Pemimpinnya adalah Abu Sufyan bin Harb.
Pasukan Muslim Kalah
Ketika mendapat kabar kedatangan pasukan musyrikin Quraisy, Nabi Muhammad SAW mengadakan pertemuan pada bulan Syawal 3 Hijriyah. Beliau menginstruksikan para pasukan muslim untuk tetap berada di Madinah dan membiarkan pasukan Abu Sufyan menyerbu Madinah. Madinah dalam keadaan siaga satu, tak seorang pun lepas dari senjatanya.
Ketika pasukan musyrikin melanjutkan perjalanan hingga mendekati Madinah. Mereka melewati Wadi Al-Aqiq, lalu membelok ke arah kanan hingga tiba di dekat Bukit Uhud, tepatnya di lokasi yang disebut Ainainy sebelah utara Madinah. Pasukan musyrikin Quraisy mengambil tempat di sana pada Jumat, 6 Syawal 3 Hijriyah.
Ketika pasukan muslim pimpinan Nabi Muhammad SAW tiba di Bukit Uhud, beliau mengatur formasi. Sebanyak 50 orang pemanah ditempatkan di puncak bukit, Abdullah bin Jubair ditunjuk sebagai pemimpinnya. Sedangkan yang lain bersiaga di antara bukit untuk melawan musuh.
Awalnya pertempuran didominasi oleh pasukan muslim. Namun keadaan berbalik ketika regu pemanah di bukit melihat kemenangan di depan mata. Mereka tidak sabar ingin mengambil harta rampasan lawan.
Ibnu Jubair yang memimpin pasukan pemanah sudah mengingatkan pasukan untuk mentaati pesan Nabi Muhammad. Namun, sebagian pasukan tergiur harta rampasan, mereka turun dan meninggalkan posisi mereka. Inilah yang memicu kehancuran pasukan muslim.
Ketika pasukan muslim berebut harta rampasan, pertahanan mereka tampak kosong dan membuka celah bagi pasukan Quraisy menyerang balik dari arah depan dan belakang. Akibatnya, pasukan muslim yang seharusnya dilindungi oleh regu pemanah akhirnya menjadi korban dan bulan-bulanan pasukan Quraisy.
Pelajaran Berharga
Kekalahan pasukan muslim di Perang Uhud menjadi pelajaran berharga bagi umat muslim. Kekalahan ini sangat menyakitkan dan membuat Rasulullah SAW bersedih karena sebelumnya Allah menjanjikan kemenangan. Tetapi Allah berkehendak untuk memberi pelajaran.
Penyebab kekalahan pasukan muslim pada perang ini lantaran pasukan pemanah yang ditempatkan di atas bukit meninggalkan tempatnya karena tergiur harta rampasan perang. Allah telah mengampuni mereka setelah mereka menyesali kesalahan itu. Berikut keterangan Allah dalam Al-Qur'an: